KataData Menelisik Cara Kubu Prabowo Melakukan Perhitungan Suara, Ini Hasilnya
Jakarta – KataData menelusuri cara kerja kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam melakukan perhitungan suara. Hasilnya, data yang ditampilkan salah satu relawan 02, Ruang Sandi, tidak proporsional. Apa artinya?
Penelusuran KataData ini lantaran kubu 02 kerap mengklaim kemenangan. Bahkan, deklarasi kemenangan dilakukan sebanyak “empat kali”.
Nah, salah satu yang ditelisik KataData adalah kelompok relawan Sandiaga Uno, yang bernama Ruang Sandi. Relawan tersebut mengumpulkan data C-1 dari tiap tempat pemungutan suara (TPS).
Dikutip dari laman KataData, per Selasa (23/4), kelompok relawan Sandiaga ini telah menyerahkan 13.700 salinan data C-1 yang belum diolah ke pihak Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi.
Koordinator Nasional Ruang Sandi, Dimas Akbar, mengklaim bahwa Ruang Sandi telah mengolah 2.000 salinan formulir C-1. Olahan 2.000 salinan ini digunakan sebagai “semacam hitung cepat” versi Ruang Sandi.
Dari olahan data 2.000 TPS tersebut, Ruang Sandi menyimpulkan bahwa Prabowo-Sandi menang dengan mengumpulkan 139.635 suara. Sementara, Joko Widodo-Kiai Maruf Amin dapat 83.186 suara.
“Prabowo unggul sekitar 62% melawan Jokowi-Maruf yang hanya 38%,” kata dia. Sesuai bukan dengan klaim Prabowo? Namun, KataData menemukan kejanggalan.
Baca Juga:
- Jokowi-Maruf Tetap Unggul Meski Dilakukan Pemungutan Suara Ulang
- TKN: Omongan Amien Rais Tak Akan Kurangi Kepribadian Jokowi
- Media Prancis Bongkar Delapan Hoaks Selama Pilpres di Indonesia
KataData: Data Ruang Sandi Minim dan Tidak Proporsional
Salinan 2.000 data C-1 TPS ini masih minim bila dibandingkan data real count yang sudah direkapitulasi Komisi Pemilihan Umum. Totalnya per Kamis (25/4) sudah mencapai 34 persen. Atau, tepatnya 277.235 dari 813.350 TPS (34.08557%). Dari data sementara KPU, Jokowi-Maruf masih unggul dengan 56,11 persen berbanding 43,89 persen untuk Prabowo-Sandi.
Analisis 2.000 TPS oleh Ruang Sandi tersebut tidak tepat dipakai sebagai acuan real count. Sebab hanya 0,002 persen dari keseluruhan TPS di Indonesia. Sebagai hitung cepat pun tak masuk akal pula. Sebab, persebaran data tidak proporsional.
KataData lantas menyoroti enam provinsi dengan suara terbanyak. Di antaranya Jawa Barat dengan jumlah DPT mencapat 33,2 juta, kemudian diikuti Jawa Timur (30,9 juta), Jawa Tengah (27,8 juta), Sumatera Utara (9,7 juta), Banten (8,1 juta) dan DKI Jakarta (7,7 juta). Dari data hitung cepat, paslon nomor urut 01 menang di Jateng, Jatim, Sumut, dan DKI Jakarta. Sementara, pasangan 02 unggul di Jabar dan Banten.
Nah, Ruang Sandi justru memenangkan Prabowo-Sandi di 6 wilayah tersebut. Setelah diusut tim KataData, data Ruang Sandi ini tidak proporsional dengan sebaran suara nasional.
Misalnya saja di Jawa Barat. Sumbangan suara Jabar untuk nasional sebesar 17,2 persen. Di data Ruang Sandi hanya dicantumkan 11,1 persen. Hasilnya, Prabowo-Sandi menang dengan 64,8 persen.
Di Jawa Timur dan Jawa Tengah juga sama. Dua lumbung suara Jokowi-Maruf ini total menyumbang 30,6 persen suara nasional. Dengan rincian Jatim 16,1 persen dan Jateng 14,5 persen.
Di data relawan Sandiaga itu, kedua wilayah itu hanya ditampilkan sebesar 6,2 persen untuk Jatim dan 8,9 persen untuk Jateng. Hasil Ruang Sandi, lagi-lagi Prabowo-Sandi unggul. Di Jateng, 02 menang dengan 71,1 persen dan Jatim sebesar 70,9 persen. Di tiga tempat lain pun sama. Dan, bisa ditebak pasti suara 02 menang telak.
Persebaran yang tak proporsional tentu saja tidak mencerminkan kondisi riil. Direktur Eksekutif Charta Politika, dikutip dari KataData, data Ruang Sandi tersebut tidak mencerminkan fakta. Sebab, data yang dihitung diprioritaskan di lumbung suara kubu 02.
“Wajar saja tidak proporsional dan tak mencerminkan suara nasional,” kata Yunarto.
Yunarto pun meminta kubu 02 membuka data center. Ini agar publik tahu kebenaran klaim kemenangan Prabowo-Sandi sebesar 62 persen.
Dwi
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.