Connect with us

Menkeu Tinjau Kredit UMi di Pasar Besar Malang

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tinjau Pedangan Pasar Besar Malang yang menerima UMi, Kamis (4/1) Foto Doc.Kemenkeu

Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melakukan peninjauan aktivitas pedagang di Pasar Besar Malang, Jawa Timur yang sebagian besar pedagang merupakan penerima pembiayaan Ultra Mikro (UMi).

Kepada pedagang di Pasar Besar Malang tersebut, Bekas Derektur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan tujuan pembiayaan UMi tersebut. Menurutnya, melalu UMi ini, Presiden Joko Widodo menginginkan agar pembangunan dapat dinika langsung oleh masyarakat, misalnya infrastruktur yang langsung dinikmati masyarakat, listrik masuk ke desa.

“Khusus untuk UKM yang mayoritas pelakunya adalah Usaha Kecil dan Menengah, pemerintah ingin agar manfaat pembangunan langsung dinikmati masyarakat,” jelas Sri kepada para pedagang di Pasar Besar Malang, Jawa Timur seperti dikutip Fakta.news melalui situs resmi Kementerian Keuangan, Kamis (4/1).

Sri menambahkan, meskipun sudah tersedia Kredit Usaha Rakyat (KUR), terdapat kebutuhan dari masyarakat yang belum bisa mengakses fasilitas perbankan.

“KUR sudah mencapai Rp95 triliun. Untuk masyarakat Mikro, jumlahnya puluhan juta bagi masyarakat yang belum bisa mengakses fasilitas perbankan. Kita mendapatkan anggaran Rp1,5 triliun tahun 2017 untuk pilot project pembiyaan UMi untuk UMKM dengan pinjaman dibawah Rp10 juta. UMi sudah disalurkan dari Sabang sampai Merauke untuk menyalurkan dana kepada para pelaku usaha kecil misal jualan ayam, sandal, penjahit, es degan,” ujar Sri.

Dia berharap, dengan adanya akses pendanaan UMi ini, masyarakat mendapatkan modal kerja dengan biaya yang sangat rendah. Pada tahun anggaran 2018 alokasi pembiayaan UMi ditingkatkan menjadi Rp2,5 triliun.

“Pemerintah ingin masyarakat mendapatkan modal kerja agar masyarakat dapat menjalankan ekonomi dan mendapatkan rezeki yang baik. Dengan kerja keras dapat membantu membina dan eksekusi, yaitu koperasi dan modal ventura yang sudah mampu. Para pelaku usaha tersebut butuh pinjaman maksimal Rp10 juta. Dan petugas yang datang dengan HP (hand phone) menunjukkan dengan HP untuk mencicil. Kalau ada dana Rp1.5 triliun harus dipastikan semua ke rakyat. Di tahun 2018 pemerintah telah menambah menjadi Rp2,5 triliun,” paparnya.

Sri pun berpesan kepada Direktur Jenderal (Dirjen) Perbendaharaan untuk membina koperasi yang berpotensi menjadi penyalur pembiayaan UMi tersebut.

“Saya sudah meminta Dirjen Perbendaharaan dan jajarannya agar koperasi yang belum mampu, bisa dibina dan menjadi penyalur. Nanti akan memiliki manfaat yang banyak kepada masyarakat dan bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari kepada masyarakat,” imbuhnya.

Sri juga mengaku, bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap efektivitas UMi. Jika manfaatnya baik, maka di tahun 2019 pihaknya akan mengalokasikan kembali dengan jumlah yang lebih besar lagi.

“Evaluasinya akan kami lihat di pertengahan 2018. Kalau baik, di 2019 akan kita anggarkan yang lebih besar lagi agar manfaatnya lebih terasa,” terang Sri.

Sri juga berterimakasih kepada Bank Indonesia (BI) dan Juka Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah mendorong kegiatan ini. Dia juga berharap kepada Walikota Malang untuk dapat mendorong para pedagang tersebut.

“Saya berdoa semoga usaha Ultra Mikro dapat berjalan dengan baik dan masyarakat dapat terbantu dengan program ini,” kilahnya.

 

Nyong Syarief

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Presiden Jokowi Serap Aspirasi Nelayan Pajukukang

Oleh

Fakta News

Jakarta – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Iriana Jokowi mengunjungi Kampung Nelayan Desa Pajukukang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Rabu (29/3/2023). Presiden menyebutkan kehadirannya di Pajukukang adalah untuk mengetahui persoalan yang dihadapi para nelayan setempat.

“Ini kita hanya ingin melihat persoalan-persoalan di lapangan yang dialami oleh nelayan saat ini,” ujar Presiden usai berdialog dengan para nelayan.

Di dalam dialog, kata Presiden, para nelayan mengemukakan sejumlah persoalan mulai dari perizinan, konflik antarnelayan, hingga alat tangkap ikan.

“Kita sudah banyak menampung aspirasi mereka dan akan segera dicarikan solusinya. Saya kira kecil-kecil lapangan tapi perlu disolusikan,” imbuhnya.

Presiden menambahkan, dirinya telah memerintahkan jajaran terkait untuk menyelesaikan persoalan para nelayan tersebut.

“Izin tadi saya sudah perintahkan langsung. Masalah konflik antarnelayan yang beda wilayah nanti saya akan sampaikan ke Polda untuk diberitahu bahwa semua nelayan itu adalah saudara jangan sampai apa terjadi gesekan dan benturan,” ucapnya.

Turut mendampingi Presiden dan Ibu Iriana Jokowi, antara lain, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, serta Bupati Maros Chaidir Syam.

Baca Selengkapnya

BERITA

Misbakhun Pertanyakan Efektivitas Satgas BLBI

Oleh

Fakta News
Misbakhun Pertanyakan Efektivitas Satgas BLBI
Anggota Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun dalam diskusi Forum Legislasi bertajuk ‘Menakar Efektivitas Kinerja Satgas BLBI’ yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/3/2023). Foto : DPR RI

Jakarta – Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun mempertanyakan efektivitas Satuan Tugas (Satgas) BLBI yang dibentuk pemerintah sejak tahun 2021. Menurutnya, pembentukan Satgas sejak awal merupakan bukti bahwa kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga terkait tidak berjalan dengan baik.

Politisi Partai Golongan Karya itu menilai, seharusnya kasus BLBI ini bisa diatasi oleh Dirjen Kekayaan Negara dan jajarannya karena masuk ke bagian piutang negara. Oleh karena itu, dirinya mempertanyakan kemampuan Satgas BLBI untuk menuntaskan kinerjanya sebelum habisnya masa kerja di akhir tahun 2023.

“Waktu yang tersisa kan tinggal 9 bulan sampai per 31 Desember, (sedangkan) pencapaian kinerjanya baru 25,83 persen. Itu menjadi pertanyaan kita tentang efektivitas kerja mereka. Apakah dari sisa waktu yang ada, mereka bisa mengejar pencapaian itu? Itu yang paling utama,” ujar Mukhamad Misbakhun dalam Diskusi Forum Legislasi dengan tema ‘Menakar Efektivitas Kinerja Satgas BLBI’ yang diselenggarakan di Media Center DPR RI, Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Selasa (28/3/2023).

Misbakhun juga menyoroti perihal orang-orang yang ada di balik Satgas BLBI. Dirinya menyampaikan bahwa sejauh ini, orang-orang yang terlibat masih orang-orang yang sama yang berasal dari lembaga terkait yang sejak awal memiliki tugas untuk menangani pemulihan hak negara dari sisa piutang dana BLBI. Untuk itu, lagi-lagi dirinya mempertanyakan alasan mengapa penanganan kasus ini baru bekerja ketika ada satgas, sementara sebelum-sebelumnya kasus ini seperti ditinggalkan begitu saja.

“Isinya Satgas juga orang lembaga itu. Dirjen Kekayaan Negara sebagai pelaksananya, terus Menkopolhukam sebagai ketuanya, ya kan?  Ada PPATK, ada Bareskrim, ada Jaksa Agung dan sebagainya. Tugasnya apa? Menelusuri aset, mencari data keuangannya. Tugasnya memang itu semua. Tapi kenapa baru dilaksanakan kalau ada Satgas?” tanyanya.

Legislator Dapil Jawa Timur II ini menyampaikan apabila Satgas BLBI ini tidak mampu menyelesaikan kinerjanya sesuai masa kerja maka lebih baik tidak perlu diadakan perpanjangan. Menurutnya, angka 25,83 persen sebagai hasil evaluasi kinerja ini sudah menunjukkan bahwa pembentukan Satgas untuk menangani kasus BLBI ini bukan langkah yang efektif. Untuk itu, dirinya mendorong pemerintah untuk melakukan upaya yang lebih signifikan dalam menangani kasus BLBI ini.

“Kalau pemerintah mengusulkan (perpanjangan masa kerja Satgas BLBI), ya kita ingin menolak. Kerjakan saja lewat sistem yang ada. Bisa melalui proses lelang atau bisa melalui mekanisme kewenangan undang-undang yang selama ini dipakai. Satgas itu kan cuma satuan tugas. Tanpa satuan tugas pun hak negara tidak hilang. Tinggal dilanjutkan oleh Dirjen Kekayaan Negara,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi III DPR RI Wihadi Wiyanto menambahkan, apabila ada satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah dalam upaya memulihkan kembali hak negara dari kerugian yang ditimbulkan oleh kasus BLBI, hal itu adalah dengan mendorong pembentukan Undang-Undang Perampasan Aset bersama dengan DPR. Dirinya menilai bahwa selama ini, aset-aset negara dari kasus BLBI hanya dijaminkan saja, tetapi tidak benar-benar dirampas karena belum ada payung hukumnya. Sehingga, menurutnya kehadiran Undang-Undang Perampasan Aset ini akan menjadi hal yang sangat penting bagi kemajuan penanganan kasus BLBI.

“Saya kira hal seperti ini perlu kita dorong adanya Undang-Undang Perampasan Aset yang terkait dengan masalah BLBI ini. (Tinggal) negara siap atau tidak untuk membuat undang-undang (bersama dengan DPR). Jangan-jangan pemerintah sendiri yang gak siap untuk membuat undang-undang itu, karena berbagai hal yang mereka, mungkin dari kinerja dan dari banyak juga yang hilang dan segala macam asetnya itu,” ujar Politisi Partai Gerindra tersebut.

Baca Selengkapnya

BERITA

Menkeu Ungkap Peran Penting UMKM dalam Perekonomian ASEAN

Oleh

Fakta News

Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam menumbuhkan perekonomian ASEAN. Menkeu menyatakan, UMKM di kawasan ASEAN menyerap 35-97% tenaga kerja dan berkontribusi sebesar 35-69% GDP pada masing-masing negara.

Hal itu disampaikan Menkeu dalam High-Level Dialogue yang membahas mengenai inklusi dan literasi keuangan digital bagi UMKM di kawasan ASEAN, Rabu (29/03). Event ini merupakan gelaran pembuka dari rangkaian agenda ASEAN Chairmanship yang dihelat di Bali selama beberapa hari kedepan.

Pada kesempatan tersebut, Menkeu menyebut UMKM harus dapat beradaptasi dan mengintegrasikan dirinya ke dalam ekonomi digital. “Ekonomi digital bahkan menjadi game changer bagi perekonomian sejumlah negara”, ujar Menkeu.

Meski demikian, sejumlah negara ASEAN tercatat masih memiliki indeks inklusi finansial yang masih rendah. Oleh karenanya, Menkeu menekankan pentingnya mengambil langkah strategis dengan menggencarkan inklusi serta literasi finansial sekaligus mengakselerasi keuangan digital bagi UMKM.

Menkeu menjelaskan bahwa inklusi dan literasi finansial bagi UMKM bermanfaat dalam pengembangan kapasitas bisnis dan perluasan akses pasar. Menkeu menuturkan, salah satu bentuk digitalisasi yang sangat berpengaruh bagi UMKM adalah sistem pembayaran secara elektronik.

Meski demikian, Menkeu juga menekankan bahwa digitalisasi tidak bisa lepas dari risiko yang menyertai. Sehingga, diperlukan kerangka bauran kebijakan agar ekosistem digital dapat berjalan secara optimal, menguntungkan, mudah diakses, murah, dan aman.

Di akhir paparan, Menkeu optimis bahwa melalui kerja sama dan kerangka kebijakan yang kuat serta koordinasi yang baik, UMKM di ASEAN dapat tumbuh secara optimal dan menjadikan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi dunia.

Baca Selengkapnya