PT Pertamina MOR III Lakukan Sosialisasi Bahaya Narkoba
Jakarta – PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) III melalui Fungsi Medical dan Persatuan Wanita Patra (PWP) bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta menggelar acara sosialisasi terkait bahaya narkoba di Kantor Pertamina MOR III, Jalan Kramat Raya No 59 Jakarta Pusat, Rabu (30/8/2017) kemarin. Acara yang bertema Semangat Kerja Nyata Tanpa Narkoba tersebut ditujukan untuk menegaskan tentang bahaya narkoba serta menciptakan budaya dan lingkungan kerja yang sehat dan bebas narkoba. Hal ini sesuai seperti yang diamanatkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi bahwa semua elemen negara dan bangsa agar bersatu dan bersama-sama memberantas Narkoba dikarenakan saat ini Indonesia Darurat Narkoba.
Hadir dalam acara antara lain General Manager Pertamina MOR III, Mohammad Irfan beserta jajaran manajemen dan Ibu-Ibu PWP serta Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP DKI Jakarta, Khrisna Anggara. General Manager Pertamina MOR III menggarisbawahi terkait pentingnya pemahaman tentang bahaya narkoba agar kehidupan masyarakat, khususnya para pekerja di lingkungan MOR III dapat terbebas dari bahaya jerat narkoba.
“Kami berkomitmen penuh mendukung BNN dalam upayanya melakukan pemberantasan melalui program sosialisasi terkait bahaya narkoba. Hal ini sangat penting demi terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan bebas narkoba,” kata Irfan.
Dalam acara yang dihadiri oleh para pekerja dan mitra kerja di lingkungan Pertamina MOR III tersebut, para pembicara menyampaikan tentang narkoba yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup masyarakat banyak. Ketergantungan pada narkoba dapat menyebabkan hidup seseorang menjadi terganggu dan tak menentu. Salah satu upaya terbaik melakukan pencegahan atas bahaya narkoba adalah melalui program sosialisasi, sehingga pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dengan baik kepada khalayak.
“Program sosialisasi ini sangat baik sekali dan kami berharap dapat dilakukan secara berkala. Kesadaran akan bahaya narkoba harus ditingkatkan agar para insan Pertamina tetap menjadi yang terbaik dan bekerja dalam lingkungan yang sehat,” jelas Irfan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP DKI Jakarta, Khrisna Anggara menjadi Narasumber dalam kegiatan ini yang memberikan informasi-informasi terkait permasalahan Narkoba di DKI Jakarta, kerentanan para pekerja yang dalam hal ini para pekerja lapangan dalam keterlibatan penyalahgunaan Narkoba serta informasi terkait jenis NPS baru yang beredar sekarang ini.
Materi yang diberikan ini selain untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan juga sebagai awareness bahwa Narkoba merupakan musuh kita bersama terutama pada generasi muda. Para peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan sosialisasi ini dan diharapkan para peserta kegiatan dapat mengkampanyekan hidup sehat tanpa Narkoba baik di dalam keluarga, di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan tempat kerja.
Pertamina telah berkomitmen mengkampanyekan Stop Narkoba ditandai penandatanganan komitmen untuk menolak Narkoba yang dilaksanakan oleh GM dan jajarannya, membuat leaflet, spanduk dan banner sebagai media kampanye anti Narkoba. Dan akan membuat MoU untuk siap bekerja sama dengan BNNP DKI dalam program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan PT. Pertamina. #STOPNarkoba.
Acara sosialisasi ditutup dengan penandatanganan Plakat Komitmen Anti Narkoba oleh jajaran internal manajemen Pertamina MOR III. Komitmen ini diharapkan dapat mengoptimalkan pencegahan narkoba di lingkungan kerja serta meningkatkan pemahaman pekerja tentang bahaya narkoba. Sesuai dengan tema kampanye sosial PT Pertamina (Persero) yakni KobarkanKebaikan, mari kita kobarkan kebaikan melalui sosialisasi terkait bahaya narkoba dengan Semangat Kerja Nyata Tanpa Narkoba.
“Komitmen kami jelas, bahwa bagi setiap pekerja ataupun mitra kerja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba bisa di PHK sesuai dengan peraturan perusahaan yang berlaku. Tapi saya yakin bahwa kita semua sebagai insan Pertamina bebas dari jerat narkoba,” tutup Irfan.
Ping
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.