Pertumbuhan Ekonomi Domestik Versi Bank Indonesia
Jakarta – Pertumbuhan ekonomi domestik di kuartal II 2018 diperkirakan sebesar 5,15 persen (year on year/yoy). Perkiraan ini berarti turun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,2 persen.
Hal ini diutarakan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (3/8). Meski turun dari proyeksi sebelumnya, perkiraan tersebut diharapkan meningkat seiring pemulihan pertumbuhan ekonomi di kuartal II.
“Mudah-mudahan kuartal-II 5,15 persen, masih di bawah kapasitas pengeluaran nasional, jadi tekanan inflasi dari permintaan masih rendah,” katanya.
Ya, Perry menjelaskan pemulihan pertumbuhan ekonomi domestik tersebut dipacu laju inflasi yang masih terkendali. Menurutnya, inflasi hingga Juli 2018 yang sebesar 3,18 persen (yoy) pun masih tergolong rendah. Hal ini juga dinilai mampu membantu perbaikan konsumsi rumah tangga.
Baca Juga:
- Bank Indonesia Menjamin Ekonomi Indonesia Masih Aman
- Bank Indonesia Akan Naikkan Lagi Suku Bunga Acuan Merespon The Fed
- UU PNBP Bisa Jadi Penguat Kebijakan Ekonomi Pemerintahan Jokowi
Namun, masih katanya, meski inflasi tergolong rendah, hal itu tidak mencerminkan konsumsi yang tertahan. Ia mengamini kalau konsumsi memang masih terbilang menggeliat.
Kondisi itu ditopang pengeluaran untuk biaya sekolah, sewa, dan juga momentum konsumsi tinggi berbagai komoditas pada Ramadhan dan Lebaran lalu.
Fenomena kenaikan sejumlah harga juga jadi kendala. Hal ini terjadi seiring adanya tekanan nilai tukar rupiah. Ini pula yang kemudian turut memicu kenaikan harga barang atau bahan baku impor.
Hanya saja, kata Perry optimistis, semua itu belum begitu berdampak signifikan mengerek inflasi dan mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Ia mengungkapkan eksportir dan importir cukup patuh untuk melakukan lindung nilai valas. Dalam kondisi seperti itu, risiko nilai tukar terhadap pembengkakan biaya usaha dapat berkurang.
“Saya yakin para eksportir dan importir sudah melakukan lindung nilai untuk memitigasi,” tambah Perry.
Terlepas dari itu, pertumbuhan ekspor memang tidak terindikasi sekuat perkiraan awal. Hal itu disebabkan tren harga komoditas globalnya menurun.
Atas dasar hal itulah, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2018 berada di bias bawah sasaran Bank Sentral di 5,1-5,5 persen.
Diakui Perry, hingga bulan keenam kemarin, kinerja ekspor Indonesia belum sesuai ekspektasi. Hasil dari ekspor di Juni hanya 13 miliar dolar AS atau menurun 19,8 persen dibanding ekspor Mei 2018.
Dengan begitu, sepanjang Januari-Juni 2018, ekspor Indonesia hanya 89 miliar dolar AS, yang terdiri dari non migas 79,38 miliar dolar AS dan ekspor migas 8,67 miliar dolar AS. Sedangkan impor secara keseluruhan mencapai 89,04 miliar dolar AS di paruh pertama tahun ini.
“Itu telah mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi 2018 yang diprakirakan mendekati batas bawah kisaran proyeksi BI 5,1-5,5 persen,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2018 bisa mencapai 5,2 persen. Ini saja masih sedikit di bawah asumsi yang ditetapkan dalam APBN sebesar 5,4 persen.
“Pertumbuhan untuk keseluruhan tahun 5,2 persen,” kata Sri Mulyani, beberapa waktu lalu.
Sri Mulyani menjelaskan perkiraan angka tersebut dengan mempertimbangkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada semester I-2018 sebesar 5,1 persen dan proyeksi pada semester II-2018, menurutnya, sebesar 5,3 persen.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.