Connect with us

Pertamina dan BPH Migas Berkordinasi Tentukan Harga yang Kompetitif

PT Pertamina dan BPH Migas saat High Level Meeting(Foto : istimewa)

Jakarta – Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi pasal 46 ayat 3 diatur bahwa tugas Badan Pengatur meliputi pengaturan dan penetapan mengenai; Ketersediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak; Cadangan Bahan Bakar Minyak nasional; Pemanfaatan fasilitas Pengangkutan dan Penyimpanan Bahan bakar Minyak; Tarif pengangkutan Gas Bumi melalui pipa; Harga Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil; Pengusahaan transmisi dan distribusi Gas Bumi.

Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, pada Jumat (18/8/2017), Badan Pengatur Hilir (BPH) Minyak dan Gas (Migas) yang diwakili oleh Ketua dan Anggota Komite BPH Migas berkesempatan melakukan pertemuan tingkat petinggi perusahaan (High Level Meeting) bersama PT. Pertamina (Persero). Di pihak Pertamina diwakili oleh Direktur Utama, Direktur Pemasaran dan Direktur Gas beserta jajarannya. Pertemuan antar petinggi di  bidang migas tersebut,  dalam rangka meningkatkan kerjasama dan koordinasi, untuk membahas 3 agenda besar. Tiga agenda besar tersebut meliputi:

  1. Bidang Bahan Bakar Minyak, terkait
    • Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penugasan penyediaan dan pendistribusian realisasi dan prognosa JBT dan JBKP di seluruh wilayah NKRI oleh PT Pertamina (Persero)
    • Progress pelaksanaan BBM Satu Harga sesuai Permen ESDM No. 36 tahun 2016 dari 150 lokasi, 54 lokasi di tahun 2017 yang terealisasi 22 lokasi.
    • Sinkronisasi data penjualan BBM (di BPH Migas, Ditjen Migas, dan Pemda)
    • Revisi Perpres 191 tahun 2014, persyaratan kilang untuk penugasan JBKP
  2. Bidang Gas Bumi, terkait
    • Progres Review / Penetapan Tarif Pengangkutan dan progres EPC Gas Bumi Melalui Pipa milik PT. Pertamina Gas meliputi ruas pipa Arun – Belawan; Porong – Grati; Muara Karang – Muara Tawar; KM53 – Bontang; BEL-KIM –KEK; Gresik- Semarang; Duri – Dumai; Grissik – Pusri
    • Penetapan Tarif Tetap Ruas Arun – Belawan sesuai kesepakatan PT Pertamina dan PT PLN ; Tarif I = US$ 1.76 / Mscf (1 Mei 2017 s/d 31 Desember 2017); Tarif II = US$ 1.54 / Mscf ( 1 Januari 2018 dan seterusnya).

Dari usulan tersebut BPH Migas mengevaluasi dan menetapkan Tarif Pengangkutan Gas Bumi ruas Arun – Belawan sesuai dengan UU No 22 tahun 2001 tentang Migas pasal 46 ayat 3, BPH Migas yang menetapkan tarif pengangkutan (toll fee). Untuk itu, BPH Migas melakukan revisi peraturan BPH Migas No. 8 tahun 2013 tentang penetapan tarif dimana BPH Migas akan terlibat dalam setiap tahapan sampai penetapan.

Sementara itu, untuk Bidang Penunjang, Program Magang PNS BPH Migas pada BUMN sektor minyak dan gas bumi, diharapkan dapat dilaksanakan di PT Pertamina (Persero). Direktur Utama PT. Pertamina (Persero), Elia Massa Manik mengatakan, kunjungan kami (PT. Pertamina) dalam high level meeting ini adalah untuk melakukan koordinasi serta singkronisasi langkah bersama BPH Migas. “Hal ini  dalam rangka untuk menentukan harga energi yang kompetitif di Indonesia,” katanya.

Hal senada diungkapkan Ketua dan Anggota Komite BPH Migas beserta Direktur PT. Pertamina (Persero) dalam Konferensi Pers bersama awak media, untuk menginformasikan kepada seluruh masyarakat melalui media bahwa koordinasi ini dilaksanakan dalam rangka untuk menyamakan langkah demi kemajuan energi di Indonesia. Kepala BPH Migas, Dr. Ir. M Fanshurullah Asa, MT mengatakan, bahwa “Kegiatan Koordinasi ini akan kami lakukan secara rutin selama 6 bulan sekali agar koordinasi dan singkronisasi BPH Migas beserta PT. Pertamina dapat terjalin dengan sangat baik”.

Ipin

 

 

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat

Oleh

Fakta News
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh saat memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024). Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.

“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).

Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.

Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.

Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.

Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.

Baca Selengkapnya

BERITA

Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil

Oleh

Fakta News
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily. Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.

“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).

Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.

Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.

“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.

Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.

“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.

Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.

Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar  siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.

“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.

Baca Selengkapnya

BERITA

Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi

Oleh

Fakta News
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024). Foto: DPR RI

Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.

“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).

Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.

“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.

Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.

“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.

Baca Selengkapnya