Penerbitan DPR Pantau Distribusi Parlementaria di Sumsel
Jakarta – Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Bagian Penerbitan, Biro Pemberitaan Parlemen, Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yang dipimpin langsung oleh Kepala Sub Bagian Distribusi Bagian Penerbitan DPR RI Eko Priyanto melakukan monitoring dan evaluasi Majalah dan Buletin Parlementaria di Perpustakaan Universitas Sriwijaya, dan Perpustakaan Daerah Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
“Tujuan kami hadir ke sini dalam rangka monitoring dan evaluasi sejauh mana produk Parlementaria sampai ke perpustakaan di Palembang. Melalui Majalah maupun Buletin Parlementaria yang memuat informasi seputar aktifitas dan kegiatan wakil rakyat tersebut bisa dibaca atau tersampaikan, dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat maupun sivitas akademika di Palembang,” jelas Eko usai melakukan pertemuan, Selasa (17/9/2019).
Eko menambahkan Majalah dan Buletin Parlementaria berisi kinerja Anggota Dewan maupun berita-berita seputar Kesetjenan dan Badan Keahlian DPR RI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Ia pun menanyakan pendistribusian apakah sudah terkirim dengan baik, serta tepat waktu dan sampai pada tujuan yang dikirim.
Pada kesempatan yang sama Kepala Sub Bagian Pelayanan Informasi Publik, Bagian Hubungan Masyarakat Setjen dan BK DPR RI Tri Hastuti menyampaikan sejumlah program kerja yang ada pada Bagian Humas DPR RI yang turut dipublikasikan di Majalah dan Buletin Parlementaria. Diantaranya kegiatan Parlemen Remaja yang dilaksanakan satu tahun sekali dan Parlemen Kampus yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun.
“Parlemen Remaja ini diikuti siswa-siswi SMA seluruh Indonesia, dengan tujuan untuk memberikan pembelajaran politik sejak dini. Minat siswa-siswi untuk mengikuti acara ini sangat tinggi antusiasnya. Terbukti di tahun 2019 kurang lebih 11 ribu pendaftar yang mengikuti seleksi,” jelas Tuti sembari menambahkan dari 11 ribu pendaftar, yang lulus seleksi dan menjadi peserta Parlemen Remaja sebanyak 128 pelajar.
Terdistribusi dengan Baik
Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Daerah Palembang Faizal dan Pustakawan di Universitas Sriwijaya Halim Sobri mengatakan, pengiriman Majalah dan Buletin Parlementaria sudah dilakukan dengan baik. “Pengiriman per minggunya sudah terkirim baik. Setiap edisi Buletin kami dikirim dua eksemplar, dalam satu bulan empat edisi dan majalah satu edisi tiap bulanya,” imbuhnya.
Faisal berharap, selain Majalah dan Buletin Parlementaria, produk cetakan lain yang dihasilkan oleh Setjen dan BK DPR RI juga dapat didistribusikan ke Perpustakaan Daerah Palembang. Ia pun menginginkan, dengan kedatangan perwakilan Setjen dan BK DPR RI bisa menjalin kerja sama maupun bersinergi dengan perpustakaan di daerah untuk melakukan sosialisasi kinerja Dewan kepada masyarakat agar tercipta minat baca dengan baik.
Sementara itu, perwakilan PT. Nusantara Card Semesta (NCS) sebagai pihak yang dipercaya untuk mendistribusikan Majalah dan Buletin Parlementaria ke daerah-daerah berjanji akan berusaha untuk meningkatkan pelayanan dengan mengirimkan produk Parlementaria tepat waktu.
Adapun Tim Monev Distribusi Parlementaria yang dipimpin langsung oleh Kasubag Distribusi Penerbitan DPR RI Eko Prianto, juga diikuti oleh Kasubag Produksi Mediantoro, Kasubag Pelayanan Informasi Publik Tri Hastuti dengan beranggotakan, Barliansyah, Maria Dumaris, Friederick Muenchen, dan Runi Sari B. (rni/sf)
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.