“Ngopi” Peringati 67 Tahun KAA Bandung, Bahas Inspirasi Solidaritas Global
Surabaya – Tepat di pertengahan Bulan Ramadhan 2022, Komunitas Ngobrol Pintar yang menggandeng PT PLN (Persero) menggelar Kelas Sejarah untuk memperingati 67 Tahun Konferensi Asia-Afrika mengusung tema “KAA Bandung yang lahirkan Solidaritas Global” di Kota Surabaya, Sabtu (16/4/2022).
“Kegiatan kelas sejarah ini diikuti 70 peserta dari berbagai elemen, diantaranya mahasiswa dari jurusan sejarah, 4 elemen eks pendukung Jokowi, dan Seniman Asli Suroboyo dan aktivis pergerakan Jawa Timur lainnya,” beber Aven Januar, koordinator Panitia kepada media, Minggu (17/1/2022).
Hadir sebagai pembicara yakni Eko Sulistyo – Sejarahwan dan juga Komisaris PT PLN (Persero), Airlangga Pribadi – Dosen FISIP Unair Surabaya, Agus Ghunu – Dosen Unitri Malang, Henky Kurniadi – Budayawan Jawa Timur, dan Benny Sampirwanto – Assisten 1 Pemprov Jawa Timur.
Didampingi host Edward Dewaruci – advokat senior Surabaya yang juga Ketua Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) Jawa Timur dan Aven Januar, kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama dengan PT PLN (Persero) yang didukung beberapa elemen aktivis se-Surabaya dan Sidoarjo ini.
“Berbicara KAA, salah satu tokohnya Ali Sastroamidjojo. Beliau tokoh pergerakan atau Bapak Bangsa yang mulai aktif ikut berjuang memerdekakan NKRI, sejak menjadi mahasiswa di negeri Belanda. Akhir-akhir ini banyak pelajaran sejarah yang dihilangkan atau diminimalisasi, sehingga banyak anak-anak yang tidak tahu pahlawan nasional,” papar Agus Ghunu dalam kesempatan pertama berbicara.
Melalui peringatan 67 tahun KAA ini, lanjutnya, banyak generasi millenial yang bisa memahami sejarah bangsa dan banyaknya tokoh nasional yang memberikan sumbangsih air mata, keringat dan darah bagi bangsa dan negara.
“KAA Bandung digelar bertujuan untuk menyatukan dan membebaskan negara-negara di Asia Afrika pasca dijajah bangsa bangsa kolonial, yang mana kemerdekaan seutuhnya harus dinikmati sesuai dengan kesepakatan dalam Piagam PBB 1945,” papar Eko Sulistyo pada kesempatan kedua berbicara ini.
Menurut alumnus Sejarah UNS Surakarta ini, menyatakan bahwa generasi muda saat ini harus memahami besarnya peran tokoh nasional Indonesia dalam terwujudnya konferensi Asia Afrika Bandung 1955 ini. Diantaranya, Ali Sastroamidjojo dan Presiden Soekarno.
“Atas ide besar dan perjuangan tokoh bangsa tersebut, Indonesia bisa menjadi pelopor terbentuknya kekuatan dunia ketiga atau kekuatan baru diantara poros barat dan poros timur, serta menggerakan dan mendorong semangat solidaritas antar bangsa,” papar Eko yang juga mantan Deputy IV Kantor Staff Kepresidenan RI ini.
Sedang Henky Kurniadi, yang merupakan budayawan Jawa Timur ini menyoroti pentingnya memahami kepepoloran tokoh bangsa, Ali Sastroamidjojo. Menurutnya ada 3 Prestasi besar bagi sosok tokoh nasional ini, yakni yang pertama adalah keterlibatannya dalam proses nasionalisasi asset De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
Lalu yang kedua adalah disaat kepemimpinan Ali dalam kabinet Ali Sastroamidjojo bisa melahirkan penyelenggaraan pemilu yang dinilai paling demokratis hingga saat ini yakni Pemilu 1955. Terakhir, adalah kepeloporannya dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika.
“KAA Bandung adalah momentum bagi negara negara pasca kolonial di Asia Afrika untuk mengkonsolidasikan kekuatan, kekuatan menghadapi hegemoni dua kekuatan besar yakni Barat dan Timur,” papar Airlangga Pribadi pada kesempatan ketiga berbicara ini.
Tujuan dari mengkonsolidasikan kekuatan ini, lanjut alumnus Murdoch University ini, adalah dalam kerangka melaksanakan inspirasi Soekarno bahwa bangsa – bangsa Asia Afrika harus bisa melepaskan dari kepahitan di masa lalu, serta membebaskan dari belenggu kemiskinan serta kebangkitan ekonomi pasca dijajah oleh Bangsa Kolonial.
“Jadi KAA Bandung adalah sebuah kesepakatan bersama untuk melahirkan solidaritas global, merupakan proyek kemanusiaan bersama yang dibangun oleh secara bersama-sama bangsa Asia Afrika, melepas ketergantungannya dalam proyek kemanusiaan barat-timur yang dimuati oleh banyak kepentingan/hegemoni kekuasaan barat-timur pasca kolonialisme,” jelas Airlangga Pribadi.
Pada kesempatan terakhir, Benny Sampirwanto – Assisten 1 Pemprov Jawa Timur yang menggantikan kehadiran Hj Khofifah Indar Parawansa, menyampaikan materi dari Gubernur Jawa Timur tersebut. Banyak ide ide besar Konferensi Asia Afrika Bandung 1955 menginspirasi perjalanan kepemimpinan Pemprov Jatim dalam pengambilan kebijakan.
“Pertama, dalam visi pemprov Jatim yang termaktub didalamnya adalah pernyataan tata kelola pemerintahan yang partisipatoris inklusif melalui kerjasama dan gotong royong, adalah inspirasi utama dari KAA Bandung 1955,” papar mantan Kepala Dinas Kominfo Pemprov Jatim ini.
Penyelenggaraan kepemerintahan di Jawa Timur, lanjutnya adalah melakukan upaya terbaik dalam pengentasan kemiskinan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar adalah inspirasi dari KAA bandung terkait pembebasan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan kepahitan hidup.
Ia juga memaparkan harapannya tentang makna KAA yang bisa dipetik bagi generasi jaman now. “KAA tidak hanya milik pejabat tinggi dan elit politik semata, tapi ada semangat para pemudanya yang perlu diangkat. Menghadapi era global saat ini, generasi muda harus tetap setia pada kepentingan nasional dengan tetap harus mempersiapkan skill, kemampuan lobi, juga literasi digital dan focus pada dinamisnya pergerakan industri 4.0 “ pungkas Benny.
Radian Jadid, salah seorang peserta aktif diskusi, yang juga Sekrretaris KAPT Jatim, mengapresiasi acara ini. Kelas sejarah ini merupakan hal penting khususnya dalam membangun literasi sejarah bangsa di kalangan generasi muda. Sejarah adalah dasar pijkan dan bisa menjadi panduan dan navigasi dalam meretas dan menentukan masa depan bangsa. Tidak saja sebagai sumber inspirasi dan nilai-nilai, literasi sejarah juga memberikan kesadaran akan waktu, membangkitkan semangat nasionalisme dan kebangsaan serta menjadi pengayaan wawasan dalam menayikapi keadaan dan menentukan arah masa depan.
Dalam konteks memahami 67 tahun perjalanan KAA, telah memberikan penyadaran bahwa kita (Indonesia) pernah punya tokoh besar yang mendunia sekelas Ir. Soekarno yang telah menginisiasi solidaritas global kesetaraan dan kemanusiaan. Menjadi signifikan untuk berharap munculnya tokoh nasional sekaliber Bung Karno di era sekarang, tentunya dengan kapasitas dan kepiawaian sesuai tantangan jaman.
Kita juga diingatkan bahwa para tokoh bisa meretas kesuksesan tentunya dengan kebersamaan dan peran kolegial dari orang-orang disekitarnya, seperti halnya sukses Bung karno membidani KAA yang dibersamai oleh Mr. Raden Ali Sastroamidjojo. Menilik peran sentral Ali Sastroamidjojo, sudah selayaknya kita sebagai bangsa yang besar juga menempatkannya sebagai salah satu pahlawan nasional sejajar dengan Bung Karno, Hatta, Syahrir, Tjokro Aminoto dan yang lainnya.
“Belajar dari sejarah KAA, maka dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada, saya yakin kita (Indonesia) mampu berperan besar dalam kancah dunia menentukan pergerakan dunia untuk kemaslahatan umat manusia.” pungkas Jadid.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.