Masa Tunggu Terlalu Lama, Wapres Ma’ruf Minta Kuota Haji Indonesia Ditingkatkan
Jakarta – Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 87% atau sekitar 238 juta penduduk Indonesia beragama Islam. Ini mencakup 12,5% total penduduk muslim dunia.
Dengan besarnya jumlah penduduk muslim, maka tak heran jika animo masyarakat Indonesia untuk melaksanakan ibdah haji sangat tinggi. Meskipun kuota haji di Indonesia sudah cukup besar, namun ternyata tidak dapat memenuhi animo masyarakat tersebut.
“Saya ucapkan terima kasih atas kuota haji untuk jamaah haji Indonesia, sebanyak 221.000 orang tahun ini. Saya berharap kuota tersebut dapat ditambah di tahun-tahun mendatang,” ujar Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin ketika menerima Kunjungan Kehormatan Duta Besar (Dubes) Kerajaan Arab Saudi untuk RI Y.M. Faisal Abdullah H. Amodi, di Kediaman Resmi Wapres, Jl. Dipenogoro No.2, Jakarta, Senin (27/02/2023).
Dengan demikian, kata Wapres, maka waktu tunggu masyarakat Indonesia untuk naik haji pun menjadi sangat lama.
“Karena banyaknya peminat, rata-rata masa tunggu haji di Indonesia berkisar 22 tahun, bahkan ada yang sampai 46 tahun,” terangnya.
Lebih jauh Wapres mengungkapkan, dengan lamanya masa tunggu tersebut, banyak calon jamaah yang sudah meninggal sebelum mereka sempat melaksanakan ibadah haji.
Wapres pun sekali lagi menekankan, agar permintaan kenaikan kuota haji untuk Indonesia benar-benar dipertimbangkan oleh Pemerintah Arab Saudi.
“Oleh karena itu, saya betul-betul berharap kuota haji untuk Indonesia dapat ditingkatkan,” pinta Wapres.
“Jika diberikan kuota tambahan haji, dapat berkurang berkurang masa tunggunya,” imbuhnya.
Selain kuota haji, Wapres juga meminta Pemerintah Saudi untuk menindaklanjuti proyek Indonesian House yang rencananya akan dibangun di Mekkah.
“Masih terkait haji, saya juga berharap dukungan pemerintah Saudi, untuk pembangunan Indonesian House,” harapnya.
Menurut Wapres, dengan adanya Indonesian House, maka akan memudahkan jemaah Indonesia mendapatkan akomodasi, baik ketika melaksanakan ibadah haji, maupun umroh.
“Indonesian House ini sangat penting untuk memberikan dukungan maksimal kepada jamaah haji Indonesia,” jelas Wapres.
Menanggapi hal tersebut, Dubes Faisal Amodi mengungkapkan, bahwa Kerajaan Arab Saudi ingin meningkatkan kuota haji untuk Indonesia. Namun, terdapat 56 negara muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam yang turut menentukan kuota. Ketentuan terkait kuota menyebutkan bahwa dalam 1000 orang terdapat 1 jamaah.
Namun, Dubes Adobi meyakinkan, bahwa permintaan penambahan kuota haji bagi Indonesia ini akan disampaikan kepada Pemerintah Saudi.
“Permintaan akan disampaikan, dengan doa dan dukungan, insyaallah kuota haji Indonesia dapat ditingkatkan,” kata Dubes optimis.
Lebih jauh Dubes meminta agar hubungan kerja sama antara Saudi dan Indonesia tidak hanya terkait dengan isu-isu Islam, tetapi juga isu-isu yang lebih substantif.
“Kiranya hubungan ini tidak hanya dalam hubungan Islam saja, tetapi dalam hubungan strategis yang lebih tinggi,” pinta Dubes Amodi.
Dubes juga berjanji, terkait berbagai tantangan dalam meningkatkan kerjasama Saudi-Indonesia yang telah disampaikan Wapres dalam pertemuan ini, akan ditindaklanjuti, dan ia siap jika dibutuhkan kapanpun.
“Saya siap melaksanakan perintah dan ini adalah kewajiban saya. Saya ingin pihak-pihak terkait di Indonesia dapat melakukan kontak dengan saya. Saya siap 24 jam, inilah tugas saya sebagai Dubes,” ujarnya.
Menutup pertemuan, Wapres meminta Dubes untuk menyampaikan salam kepada Raja dan Putra Mahkota, dan berharap Dubes Faisal Amodi dapat melaksanakan tugas di dengan baik.
“Sampaikan salam saya kepada Raja dan Putra Mahkota. Terima kasih atas kunjungan Anda, selamat menjalankan tugas,” tutup Wapres.
Patut diketahui, proyek Indonesian House ini direncanakan akan mencakup sebuah komplek apartemen yang nantinya digunakan sebagai tempat tinggal jemaah haji atau jemaah umrah Indonesia.
Inisiatif ini muncul saat pertemuan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir dengan CEO Royal Commission of Makkah and Holy Sites Abdulrahman F. Addas, di Riyadh, Selasa (8/12/2020).
Royal Commission juga telah mengusulkan partisipasi perusahaan konstruksi Indonesia dalam proyek tersebut. Dengan cara ini, tenaga kerja profesional Indonesia dapat berperan dalam desain, pengembangan, dan pengoperasian sejak awal.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.