Langkah KemenPUPR Antisipasi Infrastruktur Rusak
Jakarta – Sebagai salah satu negara yang memiliki ratusan gunung berapi, Indonesia sepatutnya tak canggung lagi menghadapi bencana alam ini. Peristiwa meletusnya gunung berapi pun bukan sekali-dua kali, sehingga sangat wajar bila segala sesuatunya bisa dipersiapkan matang.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun berupaya bergerak cepat menanggapi meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung di Bali. Salah satunya dengan menjamin distribusi perlengkapan air minum dan sanitasi.
KemenPUPR mengklaim telah mendatangkan sebagian besar perlengkapan dari tempat penyimpanan tanggap darurat KemenPUPR di Surabaya dan Bekasi sejak Minggu (24/9) lalu. Distribusi tersebut dilakukan di 5 lokasi pengungsian utama, yaitu Tanah Ampo, GOR Sueca Pura, Ulakan, Manggis, dan Les Buleleng. Adapun berbagai bantuan perlengkapannya meliputi mobil toilet, mobil tangki air, tenda darurat, hidran umum, WC knockdown, dan sumur bor.
Dalam upaya mendukung BPBD Provinsi Bali, dibentuk juga pos siaga bencana Gunung Agung. Pos siaga tersebut berada di Balai wilayah Sungai Bali Penida (pos utama) dan pos taktis lapangan di Kantor O&P Tukad Unda.
Selain perlengkapan air minum dan sanitasi, KemnPUPR melalui BBPJN VIII juga menyiagakan alat berat berupa 3 unit excakator, 3 unit loader, 7 unit dumptruck, 2 unit crane, 3 unit grader, 6 unit chainshaw, dan 1 unit genset. Sedangkan untuk antisipasi jembatan tidak berfungsi, KemenPUPR menyiapkan Bailey 250 m, 8.250 unit bronjong, 250 buah Aramco, 200 batang Sheetpile, 228 unit Boxculvert (1x1m), serta 4 set alat komunikasi. Hal ini disiapkan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan rusaknya infrastruktur pasca meletusnya Gunung Agung.
“Prakiraan infrastruktur jalan dan jembatan yang terdampak yakni jalan nasional (61 KM), jembatan (29 buah, 8 di Sungai Utama), dan jalan provinsi (88 km),” ujar Kepala BBPJN VIII, Ketut Darmawahana.
Sedangkan untuk infrastruktur air minum yang akan terdampak meliputi SPAM di Desa Tianyar Timur, Desa Kubu, Desa Sebudi, dan Desa Selat. Sementara infrastruktur SDA yang berpotensi terdampak tersebar di 9 daerah aliran sungai seperti Tukad Unda, Tukad Buhu, Tukad Jangga, Tukad Batuniti, Tukad Nusu, Tukad Sringin/Daya, Tukad Ringuang, hingga Tukad Peninggungan dan Tukad Abu.
Tidak hanya itu, sejumlah SDA lainnya seperti embung (12), Sabodam (87 buah di 22 Sungai Utama), kantong lahar (5 buah), bendung kewenangan pusat (8 buah), sawah (4.270 Ha di DAS Unda), pipa transmisi air baku (78 KM), reservoir (26 unit), SPAB Pedesaan (4 unit), dan Mata Air/intake (3 buah), serta sumur bor (42 buah) juga dikhawatirkan terdampak.
“Hanya 3 dari 12 embung di lereng Gunung Agung yang dapat dimanfaatkan maksimal. Sembilan di antaranya ada dalam zona berbahaya sehingga tidak bisa dimanfaatkan maksimal untuk kebutuhan air bersih bagi pengungsi,” terang Kepala BWS Bali Penida, Ketut Jayada.
Menurutnya, pihaknya akan memanfaatkan sistem air baku lokal yang ada di daerah pengungsian seperti Manggis dan Ulakan. Dalam kondisi khusus, pengeboran akan dilakukan untuk mendapatkan air bersih.
Novianto
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.