KMHDI Surabaya: Menguatkan Harapan untuk Anak Bangsa dalam Bingkai Kebinekaan Indonesia
Surabaya – Puluhan anak di kawasan Surabaya Timur dengan berlatarbelakang pendidikan TK, SD, hingga SMP yang tergabung di Sekolah Rakyat Kejawan (SRK) nampak ceria dan gembira mengikuti kegiatan Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Mengajar, Minggu (22/05/2022). Mulai pagi hingga siang hari anak-anak cukup antusias dan bersemangat mengikuti rangkaian kegiatan yang telah disiapkan oleh kakak-kakak mahasiswa.
Hari itu para kader Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Pimpinan Cabang Surabaya menggandeng Sekolah Rakyat Kejawan (SRK) menyelenggarakan kegiatan dengan mengangkat tema “Harapan untuk anak bangsa”.
KMHDI Mengajar merupakan bentuk kegiatan alternatif pembelajaran yang dikemas dalam bentukpermainan, sesi penggalian cita-cita/motivasi, pembagian hasil donasi, pembagian alat-alat tulis, kaos kaki, snack dan ditutup dengna acara makan bersama.
Permainan/games yang dilaksanakan sudah dirancang sedemikian rupa sehingga kreativitas, sportivitas, kerjasama, optimis, dan nilai nilai lain bisa diterapkan oleh adik-adik disana. Setelah itu panitia mulai menggali minat bakat siswa dengan pendekatan yang disesuaikan dengan. Panitia lalu memberi semangat dan motivasi agar para siswa tetap memiliki harapan untuk cita-cita yang ingin diraih nanti.
“Acaranya seru banget sih, apalagi kegiatan ini 100% didanai oleh donatur-donatur yang baik hati. Ada yang berdonasi buku bacaan, tas bekas layak pakai, alat tulis, dan sebagian besar mendonasikan uang tunai. Promosi kegiatan ini hanya dilakukan melalui sosial media panitia saja, namun tidak disangka responnya bisa sebaik ini. Gila sih, panitia belajar banyak dari sini,” ucap Ngakan Made Rama Wintara atau yang lebih akrab dipanggil Rama selaku ketua panitia KMHDI Mengajar 2022.
I Gusti Ngurah Caetanya Deva Suastina, selaku Ketua Pimpinan Cabang KMHDI Surabaya menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian anggota KMHDI terhadap anak-anak pinggiran kota Surabaya, dimana mereka juga memiliki hak yang sama dalam memperoleh dan mengenyam Pendidikan yang layak dan menyenangkan bagi mereka.
Kami hadir untuk menyentuh dan berinteraksi dengan merreka untuk memberikan kesempatan bagai adik-adik tersebut menikmati riang gembiranya memperoleh pengajaran alternatif dari kakak-kakak mahasiswa. Ini juga merupakan upaya mensosialisasikan dan mengamalkan kebhinnekaan Indonesia sebagai asset pemersatu bangsa. Pendidikan harus dijalin dan dikuatkan tanpa memandang SARA (suku, ras, agama dan antar golongan).
“Sebagai mahasiswa, selain memenuhi tanggungjawab untuk belajar, kita harus berusaha untuk memberi dampak pada lingkungan sekitar kita. Kegiatan KMHDI Mengajar ini membuka wawasan dan pengalaman baru bagi kawan-kawan bahwa ada adik-adik kita yang masih kesulitan untuk mengikuti pelajaran serta menikmati pembelajaran dengan ceria. Kegiatan ini wajib diselenggarakan secara rutin,” kata I Gusti Caetanya Deva Suastina atau yang lebih akrab dipanggil Teta.
Sementara itu Sita Pramesthi, S.Si. selaku pengelola Sekolah Rakyat Kejawan mengaku sangat senang bila ada mahasiswa yang mau untuk berkegiatan di sekolah yang sudah berdiri sejak 5 April 2008 itu. Ia mengapresiasi teman-teman mahasiwa yang tergabung dalam PC KMHDI Surabaya yang telah meluangkan waktu dan membuat proram KMHDI Mengajar.
Kegiatan semacam ini menajdi semacam oase di padang pasir bagi adik-adik yang sudah lama tidak berinteraksi untuk saling belajar bersama. Kebersamaan dalam berkegiatan sudah sulit didapatkan selama masa pandemic dua tahun terakhir.
“Anak-anak disini harus diajarkan tentang perbedaan, Bhinneka Tunggal Ika sejak dini. Walaupun siswa disini didominasi oleh yang beragama Islam, tapi mahasiswa Hindu juga bisa mengajar disini dan diterima dengan baik oleh anak-anak,” ucap Sita.
Sita Pramesthi yang saat ini juga mengabdi di Dewan Pendidikan Surabaya mengutarakan kondisi riil dan tantangan yang dihadapi anak-anak pada masa sekarang, utamanya dampak dari pembelajaran daring dua tahun terakhir akibat pandemic covid-19.
Saat ditanya pada mereka, apakah lebih suka on-line (daring) apa off-line (luring, sekolah tatap muka), ternyata mereka menjawab lebih senang online. Karena diperbolehkan menggunakan handphone (hp) sepanjang hari, bahkan dibelikan hp baru.
Kalau online nggak perlu mandi dan siap-siap ke sekolah. PR (Pekerjaan Rumah) bisa bisa diatur kepan mengerjakannya.
Namun saat ditanya apakah pelajarannya dirasakan tambah sulit apa nggak, jawabannya tambah sulit karena mereka gak ngerti apa yang diajarkan. Dengan polos dan jujur anak-anak menuturkan bahwa saat mengerjakan soal online, mereka lebih banyak menyontoh temannya dan mencari jawabanya secara cepat di google.
Mereka sendiri tidak paham materinya. Belum lagi mengenai Pendidikan nilai, attitude, norma serta tatakrama yang seolah hilang dalam pembelajaran online.
“Ini PR bagi kami SRK dan juga bagi orang tua pada umumnya serta mahasiswa yang peduli pada pendidikan dan stakeholder pendidikan lainnya. Bagaimana mencari formula dan metode yang tepat untuk membantu anak generasi sekarang mengejar ketertinggalan, terutama penguasaan materi yang tertinggal jauh, mungkin 2-3 tahun dibandingkan jenjang pendidikannya. Anak-anak butuh dampingan dan perhatian. Ini PR kita bersama,” pungkas Sita.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.