Di Balik Terdepaknya Salim Segaf dari Kursi Pendamping Prabowo
Jakarta – Terdepaknya Salim Segaf Al Jufri sebagai pendamping Prabowo Subianto mengundang berbagai respons dari berbagai kalangan. Rerata menyebut hal itu gara-gara ulah PKS sendiri. Salah satu yang menyerukannya adalah Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang mengatakan bahwa PKS tidak jelas.
Fahri menilai keputusan PKS menyodorkan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf itu sangat tidak tepat. Menurutnya, pimpinan PKS sejak awal juga tak menerapkan konsep yang tegas.
“Menurut saya kesalahan PKS dari awal konsepnya enggak jelas, ada 9 nama tapi enggak dikompetisikan. Akhirnya yang maju ke Pak Prabowo cuma satu nama (Salim Segaf). Dan akhirnya 8 nama akan dikubur potensinya, enggak diangkat, itu kesalahan PKS,” tegasnya di Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
- Sudah Dilaporkan ke Bawaslu, Masyarakat Menanti Kebenaran Soal Mahar Sandiaga
- Desak Bawaslu Ungkap Dugaan Mahar Sandiaga, KPU Mengaku Siap Turun Tangan
- Tolak Salim Segaf atau AHY, PAN Pilih Jalan Tengah
Fahri menuding ulah pimpinan PKS yang tidak membuat kompetisi pada 9 kader internal untuk menjadi calon presiden maupun calon wakil presiden adalah sebuah kesalahan. Hingga akhirnya munculnya nama Sandiaga Uno menjadi calon wakil presiden Prabowo pun menyudahi keinginan PKS.
Adapun kesembilan nama itu antara lain, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan; Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid; Mantan Presiden PKS, Anis Matta; Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno.
Lalu Presiden PKS, Mohamad Sohibul Iman; Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al’Jufrie; Mantan Presiden PKS; Tifatul Sembiring; Ketua DPP PKS, Al Muzammil Yusuf dan Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera.
Padahal, menurut Fahri, dari 9 nama kader internal tersebut, bila dikompetisikan dengan baik bisa menjadi pertimbangan kuat untuk Prabowo.
“Coba bayangkan alternatif diberikan lebih banyak kepada pak Prabowo misalnya. Pasti di antara nama-nama itu akan dipilih karena dari awal yang lain dikunci akhirnya rugi sendiri, itu kesalahannya,” katanya. Kini jangankan 9 nama tadi, terdepaknya Salim Segaf pun harus diterima PKS.
Seperti diketahui, munculnya Sandiaga Uno memang telah menyisihkan Ketua Kogasma Pemenangan Pemilu Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Salim Segaf.
Terlepas dari kesalahan PKS yang berimbas terdepaknya Salim Segaf tadi, ada isu miring lainnya yang mengantar Sandiaga ke posisi bakal cawapres. Tentu saja soal mahar Rp 500 miliar yang dibeberkan Wakil sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief.
Dikatakan Andi Arief lewat media sosial, terpilihnya Sandiaga karena wakil gubernur DKI itu memberikan mahar kepada PAN dan PKS masing-masing Rp500 miliar.
Fadli Zon selaku Wakil Ketua Umum Gerindra pun langsung terkejut Andi Arief mengungkapkan pernyataan itu. Apalagi beredar kabar miring lainnya yang menyatakan bahwa sumber informasi Andi Arief justru Fadli Zon sendiri.
“Enggak ada itu, salah itu, saya enggak pernah ketemu Andi Arief. Dan itu tak ada. Tak benar,” kata Fadli di Senayan, Jakarta, Senin (13/8) lalu.
Fadli berkilah bahwa tidak ada mahar atau dukungan logistik dari Sandiaga kepada PAN dan PKS. Menurutnya, Gerindra mendukung transparansi dukungan logistik dalam Pilpres 2019. Fadli pun enggan menanggapi lebih jauh soal tudingan Andi Arief tersebut.
“Saya enggak ikuti, enggak penting itu, saya juga enggak pernah berurusan dengan dia, enggak pernah ketemu dia. Dia juga engga ada di tempat,” katanya.
Dalam makna tersirat, Fadli malah mengatakan isu miring tersebut sudah ada yang mengurusnya. “Ada yang urus terkait dengan itu,” pungkasnya.
Hingga kini, persoalan mahar Sandiaga sudah sampai ke meja Bawaslu. KPU juga mendesak Bawaslu untuk segera menindaklanjuti sejumlah laporan terkait mahar Sandiaga senilai total Rp1 triliun tersebut.
Andi Arief pun kembali bercuit melalui akun Twitter.
“Soal Mahar ke PKS dan PAN masing2 500 M ini penjelasan Saya: Sekjen Hinca, Waketum Syarief Hasan dan sekretaris Majelis tinggi partai Amir Syamaudin mendapat penjelasan itu langsung dari tim kecil Gerindra Fadli Zon, Dasco, Prasetyo dan Fuad Bawazier 8 Agustus 2018 pk 16.00″, ” demikian nyanyiannya.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.