Connect with us

Antisipasi Krisis Pangan Dampak Covid-19, Lumbung Pangan Kampung Siaga KPN Patut Ditiru

Jakarta – Organ relawan pendukung Jokowi yang tergabung dalam Komite Penggerak Nawacita (KPN), sejak dinyatakannya virus Corona menjadi pandemi global telah ikut andil dalam mewujudkan gotong royong, dengan didorongnya masyarakat untuk mendirikan Kampung Siaga COVID-19 berbasiskan Rukun Warga (RW).

Salah satu dari program Kampung Siaga COVID-19 tersebut memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran protokol kesehatan melawan virus Corona. KPN juga menginisiasi berdirinya lumbung-lumbung pangan berbasiskan Rukun Warga di berbagai titik di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.

KPN menilai bahwa tahapan dengan kondisi terkini telah memasuki kerawanan pangan. Maka KPN lebih memfokuskan program mendorong jaringannya di berbagai daerah di Indonesia untuk mempersiapkan lumbung pangan sebagai wujud gotong royong dalam menghadapi krisis pangan kelak ke depan.

Sebagai aliansi organ relawan yang mempunyai jejaring di akar rumput, KPN memiliki tanggung jawab moril di masyarakat. Hal ini menjadi salah satu dasar dari KPN untuk mendirikan lumbung-lumbung pangan berbasiskan RW.

Saat dimintai keterangannya mengenai hal tersebut, Juru Bicara KPN Dedy Mawardi menyampaikan, kekhawatiran pihaknya akan adanya kerawanan pangan yang panjang akibat dampak pandemi virus Corona. Oleh karenanya mereka lebih memilih untuk membangun lumbung-lumbung pangan setingkat RW atau Desa.

“Pandemi ini sudah mulai membuat goncang tatanan sosial ekonomi, PHK massal, bisnis berhenti, daya beli masyarakat turun, ketersediaan bahan pokok minim dengan keterbatasan mobilisasi barang. Jadi kami sangat khawatir akan terjadi kerawanan pangan dalam waktu yang cukup panjang ke depan,” ujar Dedy yang juga Sekjen Seknas-Jokowi ini.

“Saat ini dengan adanya Kampung siaga COVID-19 yang telah dibentuk, jauh-jauh hari kami bersama jajaran pengurus RT/RW dan warga menginisiasi gerakan lumbung pangan sebagai antisipasi dampak pandemi Corona. Dengan semangat gotong royong, saling membantu satu sama lain, kita melibatkan peran masyarakat agar dapat menjaga ketahanan pangan di wilayahnya,” imbuh Dedy.

Lanjutnya, untuk itu ia meminta kepada pemerintah agar lebih fokus dan mempersiapkan semua jajarannya menghadapi kemungkinan kerawanan pangan ke depan.

Salah satu lumbung pangan yang ada di Kampung Siaga COVID-19 KPN terletak di RW 07 Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Ketua RW 07 Rawa Jati Sari Budhi Handayani mengatakan lumbung pangan yang dibentuk bersama KPN tak lepas sebagai antisipasi dampak pandemi Covid-19 terhadap ketahanan pangan warga.

Sari menyampaikan lumbung pangan bagi warga di saat pandemi Corona ini harus menjadi perhatian pemerintah selain bantuan sosial yang telah disalurkan kepada warga. Menurutnya jangan hanya menyandarkan pada bantuan sosial pemerintah saja, namun kesadaran bergotong royong dan kepedulian sesama juga harus dilakukan melalui lumbung pangan bagi warga ini.

“Kita tidak bisa sepenuhnya menyandarkan harapan dengan bantuan sosial pemerintah saja, meskipun bansos telah disalurkan namun warga juga harus digugah kesadaran kolektifnya untuk bersama-sama membangun benteng pertahanan pangan saat pandemi Corona ini. Kami di sini bersama KPN telah membentuk lumbung pangan bagi warga sebagai antisipasi dampak pandemi Corona,” ucap Sari.

“Kami dari jajaran pengurus RW pun aktif memantau penyaluran bansos dari pemerintah dan instansi terkait dengan memverifikasi data penerima bantuan. Nah jika ada data penerima yang luput atau yang tak tercantum, maka tugas lumbung pangan KPN ini lah yang akan mendistribusikan bantuan ke warga yang berhak menerima. Lumbung pangan ini juga sebagai cadangan di saat kritis, apabila bansos terhambat atau terjadi kesalahan teknis penyaluran,” ungkap Sari.

Sementara itu dihubungi secara terpisah, Ketua Umum MAPPAN Indonesia, Wignyo Prasetyo membeberkan bahwa lumbung-lumbung pangan sangat penting. Kendati demikian kata Wignyo, jika terjadi kelangkaan pangan pun menjadi bahaya.

“Lumbung-lumbung pangan sangat penting, tapi kalau terjadi kelangkaan pangan juga repot. Memang satu bulan ke depan akan panen raya, setelah itu akan masuk musim kemarau, pemerintah mulai sejak dini perlu secara masif dan fokus mendorong produksi pangan alternatif lainnya untuk menjamin ketahanan pangan, ingat situasi global akan menyulitkan untuk impor,” tuturnya.

Wignyo yang juga tergabung dalam Komite Penggerak Nawacita ini, memberikan pandangannya bahwa untuk menjamin stok kebutuhan pangan, Presiden Jokowi perlu memerintahkan Kementerian Pertanian menjalankan program perluasan areal tanam.

“Penting juga dana desa dari Kementerian PDT dialihkan ke urusan produksi pangan, program-program lain tinggalkan aja dulu,” terang aktivis 1990-an ini.

Senada dengan rekan-rekannya, Koordinator Nasional Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) Ammarsjah Purba menyampaikan, bahwa di samping jaminan ketersediaan pangan, ia juga menambahkan, untuk menjadi perhatian terkait pendistribusian. Sebab kata Ammarsjah, sebaiknya hal itu tidak diserahkan pada mekanisme pasar.

“Fokus arah distribusi adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang tinggal di perkotaan, yang wilayahnya melaksanakan PSBB. Kelas menengah ke bawah ini lah yang sangat terdampak Covid-19 dan goncangan ekonomi. Instrumen negara seperti Bulog dan BUMN yang bergerak di sektor pangan harus dioptimalkan, bukan saja untuk menjamin ketersediaan, tapi juga pengendalian harga dan memastikan semua warga bangsa mendapatkan kebutuhan bahan pokoknya,” pungkasnya. 

 

(chrst)

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

DPR RI Minta Jepang Ajarkan ‘Smart Farming’ kepada Petani Muda Indonesia

Oleh

Fakta News
DPR RI Minta Jepang Ajarkan ‘Smart Farming’ kepada Petani Muda Indonesia
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel, saat menerima delegasi dari partai berkuasa di Jepang, Liberal Democratic Party (LDP), di Ruang Delegasi, Gedung Nusantara III, DPR RI, Jakarta, Jumat (3/5/2024). Foto: DPR RI

Jakarta – DPR RI, melalui Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel, meminta Jepang untuk menerima petani muda Indonesia untuk belajar bertani dengan metode smart farming di negara tersebut. Hal itu ia sampaikan saat menerima delegasi dari partai berkuasa di Jepang, Liberal Democratic Party (LDP), di Ruang Delegasi, Gedung Nusantara III, DPR RI, Jakarta, Jumat (3/5/2024).

“Bukan untuk bekerja dan juga bukan untuk sekolah, tapi belajar praktik bertani yang baik dan berkualitas serta smart farming kepada petani muda Indonesia. Cukup satu tahun saja,” kata Gobel.

Gobel mengatakan, dunia sedangkan dihadapkan pada krisis pangan akibat perubahan iklim dan konflik geopolitik dunia. Perubahan iklim berdampak pada hadirnya cuaca panas yang tinggi atau curah hujan yang berlebihan dan tidak pasti. Sedangkan, konflik geopolitik berdampak pada kenaikan harga pupuk yang tinggi.

“Semua itu berakibat Indonesia melakukan impor beras dengan jumlah yang sangat besar. Padahal Indonesia adalah negara agraris, memiliki lahan yang luas, tanah yang subur, dan jumlah petani yang besar. Namun faktanya Indonesia harus impor beras dari berbagai negara seperti Myanmar, Vietnam, Thailand, India, dan Cina,” jelas Politisi Fraksi Partai NasDem itu.

Di sisi lain, kata Gobel, Jepang adalah negara yang memiliki keunggulan teknologi sehingga bisa menghasilkan produktivitas pertanian yang besar dan kemampuan menghadapi perubahan iklim. Selain itu, katanya, produk pertanian Jepang dikenal dengan cita rasa yang lezat dan memiliki harga yang bagus. Ia juga meminta Jepang mengajarkan pembuatan pupuk organik dan smart farming. Teknologi penggilingan beras Jepang, katanya, juga menghasilkan beras yang berkualitas.

Walaupun sudah melakukan impor beras dengan jumlah sangat besar, kata Gobel, secara ironis harga beras di Indonesia tetap tinggi.

“Harga beras premium di Indonesia mendekati harga beras di Jepang. Padahal kualitasnya sangat berbeda. Tentu ini memprihatinkan,” kata pria yang pernah ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Utusan Khusus untuk Jepang tersebut.

Selain itu, katanya, karena jumlah petani di Indonesia sangat besar maka membangun pertanian akan secara otomatis akan meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia.

“Jumlah penduduk Indonesia juga sangat besar. Jadi memecahkan masalah kebutuhan pokok ini akan sangat fundamental bagi kemajuan dan stabilitas Indonesia. Untuk itu, saya berharap Jepang dan Indonesia bisa meningkatkan kerja sama yang lebih erat di bidang pertanian ini,” jelasnya.

Selain itu, Gobel juga menyampaikan tentang pentingnya Jepang membagi teknologinya dalam pengolahan air bersih. Hingga saat ini, katanya, masalah penyediaan air bersih yang sehat masih merupakan tantangan besar bagi Indonesia.

“Air bersih higienis sangat penting dalam mengatasi stunting dan penyakit kulit. Dua hal ini masih merupakan problem mendasar bagi masyarakat lapis bawah Indonesia dan bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Jepang memiliki kemampuan dan teknologi pengolahan air bersih yang sehat,” katanya.

Jika masalah pertanian dan penyediaan air bersih bisa diatasi Indonesia, kata Gobel, maka ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik lagi. “Ini tentu saja juga akan baik bagi ekonomi kawasan di Asia Tenggara dan akan memiliki dampak yang baik pula bagi ekonomi Jepang. Jadi ini kerja sama yang sifatnya saling menguntungkan,” katanya.

Adapun Delegasi Jepang itu dipimpin oleh Ketua Badan Riset Kebijakan LDP, Tokai Kisaburo. Sedangkan anggota delegasinya antara lain Ketua Harian Badan Riset Kebijakan LDP Shibayama Masahito dan Kepala Sekretariat Badan Riset Kebijakan LDP Nakai Toyoron. Hadir pula Wakil Dirjen untuk urusan Asia Tenggara dan Asia Barat Daya Kementerian Luar Negeri Jepang Hayashi Makoto serta Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasushi Masahi.

Baca Selengkapnya

BERITA

Tindakan Penyimpangan Turis Nakal di Bali Harus Ditangani secara Bijaksana

Oleh

Fakta News
Tindakan Penyimpangan Turis Nakal di Bali Harus Ditangani secara Bijaksana
Anggota Komisi III DPR RI I Wayan Sudirta dalam foto bersama usai mengikuti pertemuan Kunjungan Kerja Reses Komisi III DPR RI di Denpasar, Bali. Foto: DPR RI

Denpasar – Tim Komisi III DPR RI melakukan Kunjungan Kerja Reses ke Denpasar, Bali. Salah satu yang disoroti Komisi III dalam Kunker Reses ini adalah banyaknya turis yang melakukan tindakan penyimpangan, seperti pelanggaran adat maupun tindakan semena-mena lainnya. Tak ayal,  tindakan tersebut kerap menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat setempat.

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi III DPR RI I Wayan Sudirta berharap kepada Kapolda Bali Ida Bagus Kade Putra Narendra agar penanganan yang bijak terhadap pelanggaran, sambil tetap memperhatikan dan menghormati adat serta budaya Bali.

Oleh karena, menurut I Wayan, bahwa Bali memiliki cara tersendiri untuk menangani turis yang berulah. Sehingga, tidak bisa serta merta langsung dilakukan deportasi.

“Karena bagaimana pun orang Bali hidup dari sektor pariwisata. Sehingga sudah tidak asing dengan keberadaan turis. Namun, jangan juga sampai terlalu lemah karena turis yang berulah akan mengotori pariwisata-pariwisata yang ada, sehingga malah Bali bisa jatuh perekonomiannya. Jadi harus dicari solusi yang bijak,” ungkap I Wayan dalam pertemuan di Denpasar, Bali, Jumat (3/5/2024).

Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu pun menyampaikan apresiasinya terhadap Kapolda Bali beserta segenap jajarannya karena telah berhasil menangani banyak kasus dengan pendekatan restorative justice. Selain itu, Polda Bali juga dinilai telah bekerja sama baik dengan lembaga imigrasi yang berada di bawah lingkup Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham Provinsi Bali dalam penanganan kasus penyimpangan turis.

“Saya juga tentunya mengapresiasi Kapolda Bali dan segenap jajaran atas kinerjanya. Bagaimana mereka mengawasi, serta menindak pelaporan-pelaporan yang ada rerlebih mengedepankan restorative justice sebagai jalan keluar penanganan kasus,” pungkasnya.

Menanggapi masukan tersebut, Kapolda Bali Ida Bagus Kade Putra Narendra juga sepakat dengan gagasan I Wayan Sudirta bahwa penanganan terhadap turis yang berulah harus dilakukan dengan hati-hati. Khususnya, mempertimbangkan dampaknya terhadap sektor pariwisata dan kelestarian budaya Bali.

“Kami akan bekerja sama, jika diperlukan lintas sektoral untuk menemukan solusi yang menghormati adat, budaya, dan kepentingan ekonomi masyarakat Bali,” ujar Ida Bagus.

Kunjungan kerja reses ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju penanganan yang lebih baik terhadap turis nakal di Bali. Dengan pendekatan yang bijaksana dan kolaborasi lintas sektoral antara Kapolda Bali, institusi terkait, serta pemerintah daerah, diharapkan akan tercipta lingkungan pariwisata yang lebih aman, nyaman, dan berkelanjutan bagi wisatawan dan masyarakat setempat.

Baca Selengkapnya

BERITA

Peredaran Narkoba Beralih ke Ranah Daring, Johan Budi Minta Perkuat BNNP

Oleh

Fakta News
Peredaran Narkoba Beralih ke Ranah Daring, Johan Budi Minta Perkuat BNNP
Anggota Komisi III DPR Johan Budi saat bertukar cenderamata usai Rapat Kerja Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi III DPR RI dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) di Denpasar, Bali, Kamis (02/05/2024). Foto: DPR RI

Denpasar Komisi III DPR RI mengungkapkan kekhawatirannya terhadap meningkatnya modus operandi peredaran narkoba yang beralih ke ranah daring (online) melalui platform media sosial dengan menggunakan modus kamuflase. Pernyataan ini disampaikan Anggota Komisi III DPR Johan Budi dalam Rapat Kerja Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi III DPR RI dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) di Denpasar, Bali, Kamis (02/05/2024).

“Menarik sekali yang disampaikan BNN Provinsi Bali. Mereka menjelaskan adanya jual beli narkoba melalui online. Nah ini cukup mengagetkan buat saya, kok bisa narkoba ini diperjual belikan melalui online, hal ini terungkap ketika BNNP Bali menangkap tersangka di lapangan,” ungkapnya.

Dalam konteks ini, Johan Budi menekankan perlunya penguatan pada Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk menghadapi perubahan modus operandi tersebut. Menurutnya, modus operandi peredaran narkoba akan selalu berubah-ubah. Untuk itu, perlu penguatan-penguatan kepada BNN agar lebih maksimal dalam memberantas peredaran narkoba ini. Selain itu, lanjutnya, kekurangan sumber daya manusia menjadi salah satu faktor, terutama di daerah, ada sebagian yang juga pegawainya atau penyidiknya cuma sedikit.

“Ini problem laten yang perlu segera diperbaiki. Saya sendiri ketika rapat dengan BNN di Komisi III mengusulkan, agar BNN ini diberi penguatan, termasuk penyediaan sumber daya manusia, infrastruktur yang ada di daerah, termasuk soal rehabilitasi,” pungkas Legislator Dapil Jatim VII ini.

Johan menambahkan, pusat rehabilitasi narkoba ini juga menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan restorative justice bagi para pengguna narkoba. Pengguna narkoba, tambahnya, di beberapa negara itu dikategorikan sebagai korban, bukan pelaku, bukan tersangka, sehingga pusat rehabilitasi menjadi penting. Jadi yang sebetulnya tersangka itu seharusnya pengedar dan bandar.

“Menurut saya untuk pengguna narkoba dapat diselesaikan melalui restorative justice, dengan mendapatkan kesempatan untuk dilakukan rehabilitasi medis ataupun sosial, tanpa harus menunggu putusan dari pengadilan,” tutup Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.

Johan berharap pertemuan Kunker Reses ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga terkait. Selain itu juga untuk mengimplementasikan strategi yang lebih efektif dalam mengatasi peredaran narkoba yang semakin canggih dan menyebar melalui platform digital. Langkah-langkah preventif dan represif yang terintegrasi diharapkan dapat mengurangi dampak negatif peredaran narkoba di masyarakat.

Baca Selengkapnya