Connect with us
Menteri Perhubungan RI, Ir. Budi Karya Sumadi :

“Membangun Konektivitas Transportasi Darat, Laut dan Udara Demi Kesejahteraan NKRI”

Menhub Budi Karya Sumadi(foto : Media Indonesia)

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) seperti menjadi lokomotif perekonomian nasional. Banyak gerbong yang dibawa untuk menggerakkan sektor riil dan industri. Baik yang melintasi darat, udara, maupun laut.  Nawacita yang didengungkan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla, juga ada di pundak Kemenhub.  Misalnya saja, Indonesia memburu predikat sebagai negara poros maritim dunia. Laut menjadi salah satu prioritas untuk pengembangan infrastruktur, yang ujungnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Di usia Kemenhub 46 tahun (17 September 2017), pembangunan sektor sarana dan prasarana transportasi terus melejit, seperti yang dikehendaki Nawacita yang didengungkan Presiden Jokowi. “Pemerintah terus mengembangkan sarana dan prasarana agar tujuan tol laut itu terwujud,” kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, saat diwawancarai M Riz dari fakta.news.

Dalam 9 program Nawa Cita Presiden Jokowi-JK, menurut Budi, Kemenhub diminta menciptakan konektivitas dan secara khusus menciptakan kemakmuran pada daerah-daerah terpencil dan terluar. “Presiden selalu berkata, bagaimana rakyat mendapatkan pemanfaatan, bagaimana rakyat ini bersatu,” ujar Menhub.

Budi menjelaskan ada suatu filosofi yang ditanamkan oleh Presiden, yaitu money follow program. “Dalam konsep Nawa Cita, konektivitas itu memang suatu keharusan. Ada suatu filosofi yang ditanamkan pada kita semua yaitu money follow program. Kita tidak asal membangun, jadi yang kita bangun harus bermanfaat bagi masyarakat,” jelasnya.

Contoh program pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat, menurut Budi,  yaitu Bandara Silangit yang akan diresmikan menjadi Bandara Internasional 28 Oktober mendatang. “Seperti Silangit. Dari belum apa-apa, dulu saya ke sana lewat jalur darat 6 jam, terus dibangun bandara, langsung lima flight dalam sehari, dan 28 Oktober nanti Bandara Silangit akan diresmikan menjadi Bandara Internasional dalam waktu satu tahun,” jelas Menhub.

 

Selain itu, Menhub menjelaskan, program pembangunan lainnya yang dilakukan Pemerintah di wilayah Maluku Utara dan Miangas, Sulawesi utara. “Bayangkan ada pelabuhan di wilayah Maluku paling utara Indonesia. Pemerintah bangun 3 pelabuhan di sana, yaitu pelabuhan Bicoli, Pelabuhan Tapaleo dan Pelabuhan Wayabula. Ada lagi wilayah Miangas di Sulawesi Utara. Posisinya ada di utara Sulawesi Utara. Kira-kira jarak dari Manado sekitar 400 km dan Filipina 70 km. Kalau Pemerintah tidak urus mereka, nanti bisa-bisa mereka jadi orang Filipina. Makanya Pemerintah bangun bandara di sana,” lanjut Menhub.

Menhub menambahkan, Pemerintah juga mengupayakan keberadaan transportasi massal di perkotaan, seperti MRT, LRT dan BRT. “Untuk di perkotaan, tidak ada jalan lain kita harus memastikan transportasi massal itu ada MRT, LRT dan BRT – Transjakarta,” tuturnya.

Nah seperti apa pembangunan sektor perhubungan, dan sejauh mana program prioritas pembangunan tersebut dilaksanakan, berikut petikan wawancaranya.

Sepanjang Anda memimpin Kementerian Perhubungan hingga saat ini, apa konsen pembagunan yang sedang dijalankan? Apakah laut, udara, atau kereta api?

Sebenarnya ada beberapa. Untuk konektivitas, memang menjadi satu keharusan. Tapi kalau kita harus jujur, yang paling banyak itu di laut. Kalau berbicara mengenai kebutuhan, seperti kebutuhan di perkeretaapian dan udara, itu tumbuh pesat. Karena market-nya itu ada di situ. Sementara itu, kalau kita berbicara keharusan untuk memperbaiki berkaitan dengan logistik, itu laut. Namun, untuk penumpang, itu terutama adalah kerta api dan udara (penerbangan). Makanya, yang kita lakukan itu adalah kita memberikan porsi yang sama kepada meraka.

Program strategis nasional apa saja yang menjadi tugas kewenangan Kementerian Perhubungan yang Anda pimpin saat ini?

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.58 Tahun 2017, ada 41 Proyek Strategis Nasional (PSN) di sektor transportasi. PSN tersebut meliputi 23 proyek di Direktorat Jenderal Perkeretaapian, 10 proyek di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan delapan proyek di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. PSN tersebut berupa pembangunan infrastruktur mulai dari sarana dan prasarana kereta api, pembangunan pelabuhan dan bandara maupun pengembangannya.

Untuk pembangunan dan pengembangan bandara, kami menargetkan pengembangan delapan bandara yang masuk dalam PSN dan akan tuntas pada 2019. Delapan bandara itu, adalah Bandara Kertajati Majalengka, Kulonprogo Yogyakarta, Sebatik Kalimantan Utara, Sultan Babullah Ternate, Syamsuddin Noor Banjarmasin, Tjilik Riwut Palangkaraya, Radin Inten II Lampung dan Ahmad Yani Semarang. Bandara-bandara itu dibangun, bertujuan untuk meningkatkan potensi ekonomi daerah. sebenarnya sebagian besar bandara-bandara tersebut sudah beroperasi.

Bagaimana dengan PSN Perkeretaapian?

PSN Perkeretaapian meliputi 23 proyek, terdiri dari 15 proyek pembangunan prasarana dan sarana KA Antarkota, dan 8 proyek lainnya untuk KA Perkotaan. Berdasarkan sumber pendanaan, dari 23 proyek tersebut, sebanyak 15 proyek bersumber dari APBN, 5 proyek dilaksanakan dengan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dan 3 proyek bersumber dari investasi.Kelima proyek PSN yang menggunakan skema KPBU adalah pembangunan Jalur KA lintas Puruk Cahu-Bangkuang, Jalur KA Prov Kaltim, Jalur KA lintas Muara Enim-Pulau Baai, Jalur KA lintas Tanjung Enim-Tanjung Api-api, dan pembangunan LRT DKI Jakarta. Sedangkan sebanyak tiga proyek PSN yang didanai oleh investasi, yaitu pembangunan KA Cepat Jakarta-Bandung oleh PT KCIC, serta pembangunan KA Bandara menuju Bandara Soekarno-Hatta, dan LRT Jabodetabek yang merupakan investasi PT KAI (Persero). Ini pembangunannya sedang digenjot, sebagian akan selesai pada 2018, dan sebagian lagi pada 2019.

Lalu untuk PSN trasportasi laut, apa saja?

Saat ini kami fokus menuntaskan pembangunan 11 PSN di sektor transportasi laut Indonesia. Ke-11 PSN tersebut, yaitu Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Bitung, Pelabuhan KEK Maloy, inland waterways di Cikarang, Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Sorong, Pelabuhan Kalibaru, Pelabuhan Makassar New Port, Pelabuhan Palu, Terminal Kijing, dan Pelabuhan Kupang. Secara spesifik, Pelabuhan Kuala Tanjung untuk tahap pertama sudah beroperasi sejak Agustus lalu. Tahap kedua, kami memang sedang bicara dengan Port of Rotterdam dan Dubai untuk turut membangun dan mengelola.

Keikutsertaan pihak asing, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk menjalin kerjasama dengan beberapa operator yang berkapasitas internasional, agar fungsi internasional HUB bisa lebih baik.

Terkait dengan dwelling time, Menhub menyebut telah dapat mengurangi waktu di pelabuhan. Selain itu biaya pelayanan di beberapa pelabuhan juga sudah dapat ditekan, Dwelling time sudah 3 hari. Kami juga lakukan efisiensi biaya. Contoh, di Samarinda, cost yang selama ini kontainer 180 ribu rupiah bisa kami tekan jadi 18 ribu. Dibanyak pelabuhan bisa kami terapkan.

Secara keseluruhan, sepanjang Anda memimpin Kemenhub hingga saat ini, apa konsen pembagunan yang sedang dijalankan? Apakah laut, udara, atau kereta api?

Sebenarnya ada beberapa. Untuk konektifitas, memang menjadi satu keharusan. Tapi kalau kita harus jujur, yang paling banyak itu di laut. Kalau berbicara mengenai kebutuhan, seperti kebutuhan di perkereta apian dan udara, itu tumbuh pesat. Karena marketnya itu ada di situ. Sementara itu, kalau kita berbicara keharusan untuk memperbaiki berkaitan dengan logistic, itu laut. Namun, untuk penumpang, itu terutama adalah kerta api dan udara (penerbangan). Makanya, yang kita lakukan itu adalah kita memberikan porsi yang sama kepada meraka.

Bagaimana dengan konektivitas infrastruktur agar tol laut bisa optimal?

Saat ini sudah ada 13 rute yang menghubungkan wilayah barat dan timur. Dengan rute yang ada ini akan dioptimalkan dan melihat kedepan apakah masih ada wilayah yang belum terjangkau.

Untuk melayani tujuh lintasan tol laut yang ada sekarang, apa saja yang dilakukan pemerintah, apakah cukup dilakukan pemerintah saja atau harus bekerjasama dengan swasta?

Saat ini kami mempunyai 13 trayek berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Laut. 7 trayek dioperasikan oleh PELNI dan 6 trayek dioperasikan oleh swasta.

Berapa lama waktu tempuh di 13 lintasan tol laut tersebut?

Dari 13 trayek atau lintasan, waktu tempuhnya tidak sama. Paling cepat waktu tempuhnya yaitu 13 hari, dengan trayek Tanjungpriok – Enggano – Mentawai – Enggano – Tanjungpriok dengan jarak tempuh 1252 mil laut. Lintasan itu dilayani oleh kapal bertonase 2500 DWT atau 2000 ton.

Sedangkan lintasan paling panjang dengan waktu tempuh 34, yaitu lintasan Tanjung Perak – Manokwari – Wasior – Nabire – Serui – Biak dan balik lagi ke Tanjung Perak sesuai rute tersebut, dengan jarak tempuh satu putaran 4068 mil laut. Lintasan ini, dilayani kapal bertonase 3300 DWT atau 115 TEUS. Pelabuhan awal dari semua lintasan itu, yaitu dari dua pelabuhan besar, Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta), dan Tanjung Perak (Surabaya)

Bagaimana dengan pembangunan jalur perkeretaapian?

Kalau kita berbicara mengenai kereta api, kereta api itu ada yang di kota, dan ada juga yang antar kota. Yang kota itu, sebagai contoh, di Jakarta seperi Comuterline sudah 1 juta. 1 juta itu sudah merupakan jumlah yang banyak. Tapi itu baru beberapa persen dari angkutan yang musti di bawah. Oleh karena itu, angkutan perkotaan khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta ini, memang harus di improv  sarana dan prasaranyanya, sehingga bisa naik dua kali lipat. Di antaranya adalah kita membagun MRT, LRT dan Tol Jakarta (BRT –  Bus Rapid Transit). Jika MRT, LRT, dan BRT ini berjalan dengan baik, maka mayoritas penduduk itu akan pakai itu.

Nah, dengan mereka mau pakai itu, maka kemacetan pasti akan  turun secara signifikan. Oleh karenanya, MRT kita buat dari Jakarta Selatan sampai ke HI (Hotel Indonesia). Setelah Itu, dari HI sampai ke Kota. Itu untuk tahun ini dan dua tahun mendatang. Setelah itu, kita buat Cikarang – Balaraja, jadi krosing nanti. Itu bisa menjadi engker. Selanjutnya baru akan di buat fider dari stasiun ke stasiun lain.

Dilengkapi dengan beberapa jalur menggunakan LRT. Sekarang yang sudah kita buat adalah LRT dari Cibubur ke Jakarta. Kami akan teruskan lagi sampai ke Bogor. LRT juga akan dirintis ke arah Tanggerang.

BRT juga, sekarang ini yang namanya TransJakarta itu hanya di Jakarta saja. Tapi tidak ada yang dari Jakarta menuju ke kota-kota lain disekitarrnya. Kalau kami berberbica sederhena, bus itu kapasitasnya 50 orang kalau duduk semua. Tapi kalau berdiri bisa sampai 100 orang. Coba dibayangkan, satu bus bisa mensubstitusi 100 mobil, jadi banyak sekali kan. Jadi, kepada masyarakat akan terus kami dorong menggunakan transportasi umum, agar jalan juga tidak macet dipenuhi kendaraan pribadi.

Untuk di Jakarta sendiri sudah mulai terlihat hasilnya. Bagaimana konektifitas dengan kota lain?

Makanya, sekarang kami relatif berhasil di dalam kota, yang antar kota Jakarta dan satelit harus di urus juga. Nah, kemarin karena memang ada masalah kemacetan, kami akan konsentrasi yang dari Bekasi. Kami akan menambah bus. Kalau kami turuh bus sekitar 100 bus, lalu di kali 10.000 orang yang bakal menumpang, dan jika dalam sehari bisa jalan dua kali saja, itu sudah banyak sekali yang terangkut. Nah ini yang sedang kami bahas.

Untuk mencapain kata ini, kami tidak bisa sendiri. Tapi kami harus melibatkan masyarakat agar ini legitimate dan kami tahu persis permasalahan di masyarakat itu seperti apa. Di perkotaan,  hampir sama seperti itu. Selain Jakarta, Bandung, Surabaya, dan  di Medan hampir sama.

Kalau bicara mengenai Kereta Api, juga menarik antar kota. Saya selalu bicara dengan teman-teman bahwa Kerta Api itu ingin naik, tapi karcisnya habis terus. Ini soal kapasitas. Karena isu kapasitas ini, maka kami juga ingin terus melakukan perbaikan. Baik kereta di Jabodetabek, juga ke daerah-daerah yang lain.

Apa idenya untuk mengatasi isu ini?

Ide kami membenahi jalur Kereta Api Jakarta – Surabaya. Misalnya dengan menghilangkan perlintasan sebidang dengan kendaraan roda empat. Juga membuat elektrifikasi, dan lainnya. Tapi memang untuk menuju kearah situ harus berfikir kemanfaat apa yang paling maksimal. Nah, dalam diskusi kami tidak mau terlalu mengubah yang sudah ada, tapi untuk jalur Jakarta – Surabaya itu, kami ingin intensifikasi saja.

Persoalannya, kecepatan kereta Jakarta – Surabaya itu tidak bisa tinggi karena banyaknya perlintasan sebidang. Nah, ide kami itu, kalau bisa Jakarta – Surabaya itu maksimal 5 jam, atau Jakarta – Semarang itu maksimal 2,5  jam. Nah, kalau ini bisa  2,5 jam ke Semarang, ini bisa menjadi subtitusi dari pesawat. Jadi, kapasitas bisa naik dua kali lipat.

Pembenahan perlintasan sebidang dengan kendaraan lain, dilakukan dengan membangun terowongan. Artinya kendaraan bisa melintas di terowongan di bawah rel kereta api. Artinya tyidak melintas sebidang lagi.

Bagaimana dengan rencana pembangunan jalur kereta double-double trek (4 jalur)?

Double-double trek itu hanya dari Jakarta sampai Cikarang. Jadi double-double trek, dua trek untuk regional, dua trek untuk kereta kota (commuterline). Sekarang ini cuman double trek. Jadi pada jam-jam tertentu itu, jadi rebutan antara Kereta Jawa dengan kereta Jabodetabek. Makanya kalau sekali yang di dalam itu terlambat, maka yang dari sana juga ikut terlambat, itu sampai Cikarang. Nah, selepas Cikarang, kami pakai double trek.. Tapi sebenarnya dengan double trek saja, dengan memperbaiki prasarana (perlintasan sebidang) yang ada, itu bisa naik dua kali lipat. Jadi setiap kota itu menerima manfaat. Mulai dari Indramayu, Cirebon, Tegal, Pemalang, Semarang,  dan seterusnya.

Targetnya sampai kapan?

Kami maunya 2019 sudah selesai. Karena kalau itu kan instan sekali. Tahun depan, katakanlah kami langsung selesiakan 200 lintasan sebidang. Kemudian jalannya kami perbaiki.

Apakah 2019 itu selain menyelesaikan proyek strategis perkeretaapian saja, lalu bagaimana dengan jalur transportasi darat, seperti tol?

Kalau jalan tol targetnya 2018  itu sudah  nyambung sampai Surabaya. Dan tahun 2019, itu nyambung sampai ke Banyuwangi.

Bagaimana dengan pelaksanaan program “Rumah Kita” yang terintegrasi dengan tol laut tersebut?

Kami integrasikan tol laut dengan program “Rumah Kita” untuk mempermudah kami dalam melakukan koordinasi dengan Pemda dan Stakeholders terkait kebutuhan barang dan pendistribusian barang di wilayah sekitar lokasi “Rumah Kita” yang terbagi menjadi 6 (enam) lokasi.

Untuk mendukung tol laut ini, secara keseluruhan kami menyiapkan 40 Rumah Kita. 20 Rumah Kita akan dibangun BUMN dan 20 Rumah Kita lainnya diharapkan bias dibangun swasta.

Rumah Kita adalah tempat untuk menampung barang-barang yang dibawa kapal tol laut dan dari daerah yang disinggahi tol laut di 13 lintasan. Dari Rumah Kita, kapal tol laut bisa menurunkan muatan dari tempat pemberangkatan dan mendapat muatan untuk dibawa pulang. Dengan kerja Rumah Kita itu, tujuannya untuk  untuk mempertahankan harga secara konstan, dan juga mengumpulkan barang untuk (jalur) balik. Selama ini, isunya kan barang baliknya sedikit. Nah dengan Rumah Kita ini, kapal baliknya tak perlu khawatir lagi tak berisi muatan.

Rumah Kita yang ada sekarang ini dimana saja?

Banyak. Ada di Saumlaki, Merauke, Namlea, dan lainnya. Adanya Rumah Kita diharapkan dapat meningkatkan jumlah muatan untuk dibawa pulang kapal tol laut. Dengan begitu biaya logistik jadi makin efisien. Kalau terisi otomatis harganya juga turun kan. Keterisiannya yang jelek itu hanya yang ke Natuna, yang lain rata-rata di atas 90%. Cuma harganya memang tidak terkontrol, karena tidak ada Rumah Kita di sana. Dan problem kedua adalah muatan baliknya tidak ada. Makanya kita lagi tingkatkan.

Dari data Kementerian Perhubungan, Rumah Kita akan dibangun di 19 lokasi dan dengan penanggung jawab yang berbeda. PT Pelindo I bertanggung jawab untuk Rumah Kita yang berada di Nias dan Mentawai dan Pelindo II di Natuna dan Tahuna.

Sementara Pelindo III akan bertanggung jawab di Dompu, Waingapu, Rote dan Kalabahi. Pelindo IV bertanggung jawab untuk Nabire, Tobelo, Sebatik, Tidore dan Sangatta/Lhoktuan.  PT Pelni juga akan bertanggung jawab untuk Rumah Kita di Morotai, Saumlaki, Manokwari dan Timika. Selain itu PT ASDP juga akan bertanggung jawab untuk Rumah Kita di Merauke dan Namlea.

Dengan adanya tol laut itu, apakah sudah terjadi penurunan disparitas harga barang di wilayah timur?

Jelas terjadi penurunan. Program tol laut yang digagas Presiden Jokowi, kini telah mampu menekan disparitas harga barang di sejumlah daerah hingga 40%. Berdasarkan data yang masuk, harga bahan pangan pokok seperti beras dan gula turun berkisar 6% hingga 23% di sembilan wilayah.

Selain itu, harga semen di Kabupaten Puncak Jaya, Papua yang semula mencapai Rp2,5 juta per sak kini turun 28% menjadi Rp1,8 juta. Begitu pula di Wamena, harga semen turun hingga 40% menjadi Rp 300.000 per sak. Selain itu hal yang penting juga adalah stabilitas harga dan ketersediaan barang. Harga tidak lagi fluktuatif atau naik turun karena dengan tol laut, angkutan barang lebih terjadwal.

Apakah sudah banyak swasta yang masuk ke pelabuhan saat ini?

Baru saya serah terimakan dua pelabuhan yang kini dikelola swasta. Pertama kali itu di Sibolinggo dan NTT (Nusa Tenggara Timur), dan di Waingapu serta Bima. Setiap dua minggu itu saya serah terima. Ini sebenarnya bukan swastanisasi, tapi hanya kerjasama operasi. Jadi asetnya itu masih tetap aset Pelindo. Tapi dengan perjanjiannya 30 tahun, mereka bisa berinvestasi.

Terkait pengoperasian bandara perintis, sudah berapa banyak bandara perintis yang pengoperasiaannya diminati swasta?

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP.068 Tahun 2017 tentang rute penyelenggara angkutan udara perintis, untuk penumpang serta penyelenggara dan lokasi subsidi angkutan BBM pesawat udara, bahwa terdapat 25 bandar udara sebagai penyelenggara penerbangan perintis (sebagai pengumpan) dan 188 rute penerbangan perintis. Hingga saat ini bandar udara tersebut masih dioperasikan oleh Kementerian Perhubungan dan belum ada pihak swasta yang berminat.

Berapa banyak bandara yang kemampuannya ditingkatkan, sehingga mampu melayani pesawat besar?

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM.69 Tahun 2013 tentang tatanan kebandarudaraan nasional, saat ini terdapat setidaknya 30 bandara yang dikelola langsung oleh Kementerian Perhubungan dimana ke 30 bandara ini sudah dapat melayani pesawat besar bermesin jet.

 (***)

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Fikri Faqih Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Tur Belajar

Oleh

Fakta News
Fikri Faqih Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Tur Belajar
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih. Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih meminta pemerintah memperketat pengawasan terhadap kegiatan study tour (tur belajar) yang sudah menjadi kegiatan ‘wajib’ di sekolah-sekolah. Hal tersebut Fikri sampaikan menyusul tragedi kecelakaan bus yang membawa siswa SMK Lingga Kencana Kota Depok saat melakukan study tour ke Ciater, Subang, Jawa Barat, baru-baru ini.

“Perlu dievaluasi menyeluruh mengenai tujuan, manfaat, dan kelayakan program yang sudah menjadi agenda tahunan di sekolah tersebut,” kata Fikri dalam rilis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Lebih lanjut, ia menyampaikan belasungkawa kepada para keluarga korban tragedi kecelakaan tersebut. Maka dari itu, dirinya mendesak pihak yang bertanggung jawab dihukum sesuai dengan perundangan yang berlaku. Ia pun meminta pemerintah pusat dan daerah untuk mengevaluasi kegiatan study tour agar lebih terarah dan sesuai dengan asas, tujuan, dan kemanfaatan dalam Pendidikan para siswa.

“Misalnya perjalanan tur ke museum, pusat konservasi alam, atau instansi yang memberi edukasi dalam bidang-bidang tertentu,” imbuh Politisi Fraksi PKS ini.

Selain itu, kegiatan study tour yang bertujuan ke lokasi yang jauh, bahkan lintas provinsi dan lintas pulau sebaiknya ditinjau ulang. “Kegiatan ini tentu berbiaya besar dan bisa memberatkan bagi orangtua/wali siswa, kemudian ada faktor kelayakan dan keamanan yang harus dipenuhi dalam perjalanan tur jarak jauh tersebut,” urai Mantan Kepala Sekolah di suatu SMK di daerah Tegal tersebut.

Kegiatan study tour yang dilakukan di dalam kota juga dapat menjadi opsi yang terbaik, selain lebih murah dan lebih singkat waktu tempuhnya. “Tentu disesuaikan dengan tujuan dan manfaat yang mau diambil, karena kemungkinan besar masih banyak potensi di sekitar kota atau kabupaten sesuai domisili sekolah yang dapat menambah wawasan bagi siswa,” tambah dia.

Dengan begitu, sebenarnya kegiatan study tour dalam kota  juga dapat membantu meningkatkan perekonomian UMKM di wilayah asal/ domisili sekolah tersebut. “Wawasan siswa juga tetap diperkaya melalui pengenalan potensi alam, ekonomi, sosial dan budaya di daerahnya sendiri,” tutupnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Tak Hanya Kriteria Fisik, Penerapan KRIS Harus Pastikan Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Obat

Oleh

Fakta News
Tak Hanya Kriteria Fisik, Penerapan KRIS Harus Pastikan Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Obat
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani. Foto: DPR RI

Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menyatakan perlu ada kajian lebih lanjut pasca dihapuskannya kelas BPJS Kesehatan menjadi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang diwajibkan terhadap rumah sakit. Sebab, menurutnya, perubahan sistem tersebut, pasti akan memunculkan beberapa konsekuensi dari masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan. Konsekuensi tersebut tidak hanya terkait keharusan memenuhi kriteria fisik, melainkan juga harus memastikan adanya ketersediaan tenaga kesehatan dan juga obat-obatan yang terstandardisasi.

“Banyak rumah sakit yang tidak siap untuk mengimplementasikan Kelas Rawat Inap Standar. Kenapa? Karena memang kalau kita bicara tentang kemampuan rumah sakit, (maka juga terkait) cash flow rumah sakit untuk membuat penyesuaian. Jadi kita minta untuk dilakukan kajian, kenapa? karena ketika kelas rawat inap standar ini diterapkan, diimplementasikan sudah pasti akan terjadi beberapa fenomena ya,” ujar Netty kepada Parlementaria di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (15/5/2024).

Diketahui, penghapusan Kelas BPJS Kesehatan menjadi KRIS tersebut merupakan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU tersebut lalu diturunkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.  Salah satunya yakni mengatur penerapan fasilitas ruang perawatan rumah sakit dengan 12 kriteria. Namun implementasinya selalu diundur oleh Pemerintah karena banyak rumah sakit yang tidak siap.

Konsekuensi yang akan terjadi di antaranya yakni adanya gejolak di antara peserta BPJS Kesehatan. Adanya KRIS ini bisa diartikan akan tidak adanya perbedaan antara kelas satu, dua dan tiga karena setiap kelas akan mendapatkan layanan yang sama dengan kamar yang sama. Untuk itu perlu pengkajian, baik mengenai Premi BPJS, Imigrasi Peserta, dan Insentif untuk rumah sakit swasta.

“Jika semua peserta akan mendapatkan layanan yang sama, berarti kan kita harus mulai menghitung atau melibatkan aktuaria untuk menghitung paket INA-CBG. Apakah betul jarum suntiknya, obatnya, alat infusnya itu sama? kalau kemudian semuanya mendapatkan layanan yang sama. Nah ini saya minta kemarin supaya dilakukan kajian apakah Premi BPJS nya masih seperti itu?,” ujarnya.

Imigrasi peserta juga dikhawatirkan akan terjadi, karena pasti banyak peserta yang menganggap tidak adanya perbedaan pelayanan yang didapatkan antara kelas satu, dua dan tiga sehingga semua akan memilih kelas yang rendah saja. “Karena (masyarakat) pasti berpikirnya sama-sama? (Ibaratnya) kok Tuan dengan Pekerja, (bayar preminya) sama. Atasan dengan bawahan (bayar preminya) sekarang  sama gitu, bisa di ruangan yang sama, itu analoginya yang paling mudah,” jelas Politisi Fraksi PKS itu.

Kemudian insentif untuk rumah sakit swasta juga perlu dipikirkan, karena dengan adanya KRIS ini membuat rumah sakit swasta juga perlu melakukan penyesuaian. “Karena kan enggak ada anggaran dari pemerintah untuk rumah sakit swasta, berbeda dengan rumah sakit pemerintah. Ya pastinya mereka mendapatkan anggaran untuk bisa melakukan penyesuaian ruangan, tirai, kamar mandi dan seterusnya,” tambahnya

Namun, menurut Legislator dapil Jawa Barat VIII itu, catatan penting dalam penerapan KRIS ini bukan hanya soal kriteria fisik mengenai fasilitas pelayanan ruang inap saja, yang terpenting juga ketersediaan tenaga kesehatan dan obat bagi para pasien.

“Jadi jangan cuma kemudian kita merasa sudah memberikan layanan terbaik ketika kita bicara fisik, padahal kemudian ada dokter yang tidak datang pada jam prakteknya atau ketika pasien masih banyak dokter sudah pulang atau obat-obatan sebagiannya masih cost sharing, harus ambil dari kocek pasien. Nah hal seperti ini menurut saya perlu dibenahi. Kenapa? karena bagaimanapun ketika kita bicara kesehatan, yang sakit tidak bisa menunggu, yang miskin tidak dapat diabaikan,” tegasnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Forum WWF 2024 Diharapkan Turunkan Konflik Air di Seluruh Dunia

Oleh

Fakta News
Forum WWF 2024 Diharapkan Turunkan Konflik Air di Seluruh Dunia
Wakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana, saat mengikuti rapat bersama Ms. Yoon Jin selaku Director of 10th World Water Forum di Ruang Delegasi Nusantara III, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2024). Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan, melalui WWF 2024 diharapkan akan melahirkan komitmen bersama terkait air yang disepakati oleh seluruh Parlemen yang ada. Hal ini disampaikan dalam rangka World Water Forum (WWF) 2024 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 mendatang.

“Yang pertama kan jelas untuk meng-evaluasi SDGs Nomor 6 tentang Air dan Sanitasi. Yang kedua bagaimana perspektif ini masa lalu ini harus dihadirkan. Contoh di Bali, karena saya orang Bali, ada Tri Hita Karana hubungan harmoni antara alam manusia dan Sang Pencipta. Yang kedua bagaimana di Bali, air yang disebut tirta selalu dimuliakan ada tempat sucinya, ada bagaimana kita melakukan penyucian dengan air juga, ada bagaimana air ini juga sangat dihormati, dihargai,” kata Putu usai rapat di ruang delgasi, Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Putu menilai pengelolaan air yang benar dapat menurunkan potensi terjadi konflik. Menurutnya, sudah banyak negara yang mengalami konflik karena air contohnya di Sungai Nil. Sementara itu telah terjadi perselisihan selama 10 tahun antara Mesir dan Ethiopia mengenai pasokan air di Sungai Nil. Kedua pihak mencari solusi internasional, namun perundingan yang dipimpin oleh Departemen Luar Negeri AS – dan diikuti oleh Uni Eropa dan PBB – hanya menghasilkan sedikit kesepakatan setelah empat tahun.

“Nah tentu kita harus merawat menata air bagaimana kita juga jangan sampai air ini menimbulkan konflik. Karena banyak negara sudah mulai ada konflik terhadap air di Sungai Nil, jadi Afrika ini sudah menjadi konflik. Nah tentu karena belum menuju potensi itu tentu kita harus mengelola bersama. Kita cari komitmen bersama agar akses terhadap air ini khususnya air bersih bisa diterima oleh masyarakat. Jadi artinya bisa diterima langsung dan masyarakat mendapat kesejahteraan jangan ada beban biaya yang tinggi untuk akses terhadap air,” ungkapnya.

“Nah tentu forum ini sangat monumental sehingga kita berpikir awal sudah baik kita tentu harus sukseskan ke depan. Dan forum ini juga kita memiliki komitmen bagaimana menggerakkan aksi parlemen untuk peduli terhadap air dan pada akhirnya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,” tambahnya. Dengan tema WWF kali ini, “Mobilizing Parliamentary Action on Water For Shared Prosperity”, Putu menjelaskan Parlemen di WWF ingin mengeluarkan sebuah dokumen antara komitmen bersama maupun deklarasi.

Baca Selengkapnya