Intel Vaunt, Kacamata Pintar Pesaing Google Glass
Jakarta – Tak mau kalah dari para kompetitornya. Intel segera meluncurkan kacamata pintar. Dilansir dari Engadget, baru-baru ini, Intel memamerkan prototype kacamata pintar Intel Vaunt yang menawarkan teknologi lebih canggih dari Google Glass.
Kacamata yang memiliki bobot jauh lebih ringan dari Google Glass. Intel Vaunt dapat mengambil gambar, video dan membantu pengguna melihat data-data.
Salah satu tujuan utama Intel mendesain Vaunt adalah untuk menciptakan kacamata pintar yang bisa digunakan sepanjang hari. Dengan menggunakan super lite (system operasi versi kedua modifikasi dari Windows 7 SP1 Ultimate) kacamata ini memiliki berat kurang dari 50 gram.
Selain itu bahan elektronika dan baterai ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak beban pada hidung dan telinga. Kacamata ini tidak hanya terlihat seperti kacamata normal, tapi juga harus dirasakan seperti kacamata biasa ketika dipakai.
Vaunt juga dibekali dengan teknologi laser yang memproyeksikan citra di kacamata pintar tersebut. Laser yang digunakan ialah laser kelas satu – tingkatan jenis klasifikasi laser yang aman dalam penggunaan.
“Ini adalah laser kelas satu. Laser ini tidak berbahaya dan memiliki daya yang begitu rendah sehingga dayanya sangat rendah dan berada di ujung bawah laser kelas 1,” terang Direktur Desain Industrial, Mark Eastwood seperti dikutip Tech Radar.
Fitur lainnya antara lain Bluetooth untuk dihubungkan dengan smartphone, prosesor untuk terhubung dengan aplikasi, kompas dan akselerometer sehingga Vaunt dapat menunjukkan arah tujuan.
Dalam ulasan The Verge, Senin (5/2/2018) kacamata tersebut dapat menampilkan informasi pribadi seperti tanggal ulang tahun pengguna atau orang yang mengobrol dengan kita melalui telepon. Selain itu juga terdapat sensor gerak yang bisa mendeteksi dimana pengguna sedang berada.
Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, sayangnya, saat ini Intel Vaunt tidak memiliki speaker dan mikrofon. Tapi Intel tidak menampik akan terus mengembangkan kacamata ini. Ke depan, mereka berencana untuk menambahkan mikrofon sehingga pengguna bisa memanfaatkan asisten virtual seperti Alexa atau Google Assistant.
Monica
BERITA
Masa Depan Akses Internet di Indonesia di Tangan Satelit
Judul di atas terinpirasi tulisan Robert Bell di Satellitetoday.com Februari 2023 dengan judul “Does the Future of the Internet Depend on Satellite ?“ tulisan tersebut cukup mengelitik dan dirasa relevan dengan kondisi akses internet di Indonesia.
Program pemerintah dan operator telekomunikasi mengelar kabel optik sudah cukup masif, menjangkau hampir seluruh pelosok negeri, namun untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia maka satelit adalah jawabannya. Hal ini mengingat bahwa wilayah Indonesia terdiri dari ribuan pulau.
Pemerintah melalui BAKTI KOMINFO telah mempunyai program penyediaan Satelit berupa Proyek Satelit SATRIA dan Satelit HBS (Hot Backup Satellite) yang akan meluncur tahun 2023. Melihat kapasitas kedua satelit tersebut yang cukup besar, Satria – 150 Gbps dan HBS – 80 Gbps, maka diharapkan sebagian besar masalah akses internet bagi daerah 3T akan tersolusikan.
Peran satelit tidak hanya untuk mempercepat penyediaan akses internet seperti disebutkan diatas, namun diluar itu dalam kondisi darurat baik karena bencana alam maupun perang maka Satelit lebih handal dibandingkan optik ataupun teresterial, karena tower BTS selular bisa rubuh demikian juga dengan kabel optik yang bisa putus sedangkan layanan satelit tidak terpengaruh dengan kondisi diatas.
Perang yang terjadi sekarang antara Rusia dan Ukrania membuktikan hal tersebut dimana pemerintah Ukrania meminta bantuan Elon Musk untuk menyediakan layanan Starlik, layanan internet satelit low orbit. Saat ini ada sekitar 20 ribu terminal Starlink disumbangkan untuk digunakan pemerintah Ukrania.
Kehandalan satelit sebenarnya sudah dirasakan selama ini oleh Bank dimana untuk akses ATM, Bank lebih mendorong untuk mengunakan link satelit karena lebih handal baik pada saat pemasangan yang cepat dan juga apabila terjadi gangguan cepat dalam penyelesaiannya, hal ini dapat terjadi karena secara network satelit lebih sederhana, point of failure lebih sedikit dan jika terjadi gangguan mudah di lokalisir.
Namun demikian pada dasarnya layanan satelit dan teresterial akan saling melengkapi yang akan disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, untuk daerah perkotaan tentu saja fiber optic lebih tepat karena padat penduduk namun untuk daerah 3T dan daerah blank spot tentu saja satelit lebih tepat. Tersedianya beberapa alternatif teknologi akses internet diharapkan memudahkan pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan.
Penulis: Endi Fitri
BERITA
Kerjasama Starlink dengan Operator Selular T-Mobile
Jakarta – SpaceX, milik Elon Musk, sebagai induk perusahaan Starlink melakukan kerjasama dengan operator selular T-Mobile. Starlink sendiri adalah penyedia layanan connectivity telekomunikasi termasuk internet dengan mengunakan satelit orbit rendah atau LEO (Low Earth Orbit).
Kerjasama ini akan membuka babak baru penyediaan layanan selular ke pelanggan karena layanan langsung dikirim dari satelit Starlink (satellite direct-to-cell connectivity), sehingga tidak memerlukan tower selular seperti layanan yang selama ini ada atau yang dikenal sebagai Cell Tower in Space.
Layanan diatas direncanakan akan tersedia pada akhir 2023 namun tahap awal terbatas untuk layanan message services seperti SMS (Short Message Services).
Untuk layanan ini Starlink akan mengunakan satelit versi 2 yang lebih besar dengan tinggi sekitar 7 meter dan mengunakan antena berukuran sekitar 25 meter persegi. Sedangkan T-Mobile akan menyediakan frekuensi mid-band PCS spectrum yang akan digunakan Starlink untuk mengirimkan layanan message services dari satelit diluar angkasa ke pelanggan dibumi.
Tahap awal layanan ini masih berupa message services namun dikemudian hari akan dikembangkan untuk voice dan data.
Jika layanan ini tersedia akan sangat membantu untuk melayani daerah-daerah blank spot, demikian juga dalam kondisi bencana atau darurat, layanan ini akan sangat membantu karena layanan ini hanya memerlukan mengarahkan handphone ke angkasa dan layanan ini langsung dapat berfungsi dimanapun berada, sehingga akan mengurangi korban dalam kondisi bencana atau darurat.
Trend kerjasama satelit dengan operator selular tidak saja dilakukan oleh Starlink dan T-Mobile, beberapa perusahaan seperti AST SpaceMobile yang memiliki BlueWalker Satelit juga akan bekerjasama dengan beberapa operator selular seperti Vodafone dan Lynk Global. Demikian juga pesaing Starlink di LEO, OneWeb juga sudah bekerjasama dengan AT&T.
Tersedianya layanan sellular melalui satelit akan menambah alternatif layanan berkomunikasi pelanggan, setiap layanan tersebut akan saling melengkapi disesuaikan dengan fasilitas dan kemampuan yang ada pada layanan tersebut, ada layanan yang diperuntukan untuk daerah perkotaan yang memerlukan kecepatan layanan yang cepat dan stabil atau daerah rural untuk kecepatan yang sedang serta daerah blank spot dimana layanan message services saja sudah sangat berarti.
BERITA
Internet of Things (IoT) Trend Teknologi yang Perlu Dioptimalkan
Jakarta – Internet of Things, atau dikenal juga dengan singkatan IoT, merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus.
Dapat juga disampaikan bahwa IoT merupakan suatu teknologi yang dapat menghubungkan berbagai hal, baik secara fisik maupun virtual melalui internet. Dengan terhubungnya berbagai macam peralatan tersebut maka akan tercipta kemampuan seperti berbagi data, remote control, dan sebagainya.
Penerapan Internet Of Things di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti smart city, smart public transportation system, digital payment, manufaktur, reteil, logistik atau semacamnya. Tidak hanya itu saja, Internet Of Things juga mendorong industri untuk menciptakan atau mengembangkan aplikasi baru yang dapat digunakan diberbagai sektor kehidupan seperti e-Health, pendidikan, asuransi user-based dan aplikasi bisnis lainnya.
Beberapa aplikasi IoT yang berguna untuk memudahkan kehidupan bermasyarakat antara lain pada public transportation seperti bus atau kereta api yang dilengkapi dengan asset tracking sehingga pengguna mengetahui posisi bus atau kereta api berada yang membuat calon penumpang bisa mengantisipasi dengan efektif dan efisien.
Penggunaan IoT di tambak perikanan juga sangat membantu karena dengan bantuan IoT berupa kamera, kondisi ikan bisa diketahui dan IoT dapat memberikan pakan ikan sesuai jadwal dan kebutuhan sehingga bisa menghemat biaya produksi ikan tambak.
Demikian juga IoT yang dipasang di gedung atau jembatan yang dapat menginformasikan apabila terjadi pergeseran sehingga menciptakan keamanan gedung dan jembatan yang lebih baik.
Aplikasi IoT akan sangat tidak terbatas diaplikasikan dibanyak sektor, di perkirakan jutaan perangkat (Thing) akan terkoneksi satu sama lain. Semuanya dibuat untuk memudahkan kehidupan agar lebih baik.
Namun demikian perlu disadari bahwa implementasi IoT disuatu daerah atau sektor harus sesuai atau menjawab masalah yang terjadi, penerapan IoT bukan semata karena mengikuti trend saja.
Sebagai uji coba IoT dapat dicobakan dibeberapa bidang namun apabila dirasa tidak efektif layanan IoT tersebut harus dihentikan dan dicarikan layanan IoT yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau pengguna.
Hal ini banyak terjadi pada saat penerapan IoT untuk Smart City dan Smart Village dimana aplikasi IoT yang ada tidak optimal atau tidak sesuai dengan harapan masyarakat.