Dulu Pecandu Narkoba, Kini Motivator Pemuda
Jakarta – Tidak sulit untuk menebak kalau Khaerul Anwar seorang mantan pecandu narkoba. Badannya kurus, rambutnya gondrong. Memang bukan jaminan mutlak, tapi begitulah nyatanya. Pria asal Semarang ini malah sudah merokok dan minum-minuman keras sejak SMP.
“Saya memakai narkoba bermula dari lingkungan pergaulan yang salah saat masih tinggal di Jakarta. Awalnya, saat duduk di bangku SMP mulai merokok, minum-minuman keras, dan kemudian ada yang menawarkan putaw secara cuma-cuma. Setelah itu menjadi kecanduan. Saya dulu pemakai narkoba menggunakan jarum suntik,” katanya.
Anwar menceritakan pengalamannya itu saat menjadi narasumber sosialisasi penyuluhan, pencegahan, dan perlindungan bahaya destruktif bagi generasi muda di aula Balai Kota Semarang.
Baca Juga:
- Presiden Jokowi: Jauhi Narkoba dan Tindak Kekerasan
- Negara Rugi Rp74 Triliun Akibat Narkoba
- Kepala BNN Siap Tutup 36 Diskotek di DKI yang Terlibat Narkoba
Di hadapan 200 peserta, yang terdiri atas mahasiswa sejumlah perguruan tinggi, pelajar SMA 3 Semarang, SMA 5 Semarang, serta Komunitas Sahabat Difabel (KSB) Kota Semarang, ia membongkar semua pengalaman pahitnya bersama narkoba.
Ia bilang pecandu narkoba berawal dari coba-coba. Maka dari itu, ia berpesan untuk jangan sekalipun punya keinginan mencoba.
“Pemakaian narkoba seringkali diawali dari proses mencoba. Awalnya seorang pemula diberikan secara cuma-cuma. Lambat laun setelah kecanduan, maka dia akan mencari barang terlarang itu dengan sendirinya. Bahkan, seseorang seringkali bersedia melakukan segala sesuatu untuk mendapatkan narkoba,” terangnya.
Khaerul Anwar, boleh dibilang adalah contoh bagaimana narkotika telah merusak kehidupan anak bangsa. Kini ia sudah sadar dan berbalik memeranginya. Anwar bahkan giat menyadarkan anak-anak muda untuk menjauhi narkotika.
Dalam setiap kesempatan, ia selalu menekankan bahwa narkoba pasti mengantarnya menuju kehancuran.
Tak cuma itu, Anwar juga menegaskan bahwa narkoba bisa datang dari mana saja, termasuk pertemanan sekalipun. Menurutnya, pertemanan memiliki porsi yang cukup besar dalam memengaruhi perilaku seseorang. Bahkan tak jarang perbuatan negatif diawali dari pergaulan yang tidak terkontrol dengan baik.
“Pertemanan merupakan salah satu faktor eskternal yang berperan dalam membentuk karakter hidup individu.”
Anwar pun berharap, generasi muda harus mampu menjauhi narkoba. Sebab narkoba juga bisa merembet kepada penularan HIV/AIDS.
“Apapun bentuknya, narkoba merusak generasi muda. Peredaran sabu-sabu semakin banyak, jangan sampai kena. Jangan pernah untuk berkeinginan mencoba narkoba walau hanya sedikit,” tandas Anwar.
Benar saja. Saat berusaha untuk lepas dari narkoba pun sangat sulit. Ia bercerita bahwa tanpa usaha yang keras, pecandu selalu tersugesti dan saat sakaw akan mudah kembali lagi memakai narkoba.
“Beruntung dukungan keluarga sangat besar agar saya terlepas dari narkoba. Saya sempat diungsikan ke Riau selama setahun,” katanya.
Malahan begitu sudah dinyatakan sembuh pun, Anwar tergoda kembali ke Jakarta dan menjadi pecandu lagi. Hal ini, akunya, karena lingkungan teman-teman lamanya adalah pemakai.
“Orang tua tahu dan mengusir saya dari rumah. Saya lari hingga ke Bali. Sempat berhenti beberapa bulan, namun kumat lagi mencandu karena bertemu pemakai narkoba,” aku Anwar.
Ia baru benar-benar bisa berhenti pada 2002. Saat itu, lingkungan pertemanannya di Yogyakarta tidak ada yang memakai narkoba.
Tak sedikit dari peserta yang datang menaruh perhatian padanya. Bukan lantaran dia mantan pemakai, melainkan karena Anwar punya keinginan kuat untuk berhenti.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.