Sulut Perpecahan dan Pembangkangan, Pemerintah Arab Saudi Minta Warga Laporkan Aktivitas Ikhwanul Muslimin ke Polisi
Jakarta – Selama dua pekan terakhir, pejabat pemerintah dan tokoh agama Arab Saudi rajin berkampanye di media nasional, betapa Ikhwanul Muslimin (IM) gemar menyulut perpecahan, dan pembangkangan terhadap kerajaan. Mereka mengimbau warga untuk melaporkan setiap aktivitas IM ke kepolisian.
“Ini adalah sebuah kewajiban agama,” kata Menteri urusan Islam, Abdullatif al-Syeikh, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi al-Arabiya. “Siapapun yang tidak melapor kepada otoritas adalah bagian dari mereka,” imbuhnya.
Sejauh ini belum ada laporan pemerintah sudah menahan tersangka anggota Ikhwanul Muslimin. Kelompok yang mengimpikan persatuan Islam lintas negara itu sudah sejak lama didekalarasikan sebagai organisasi teror.
Ikhwanul Muslimin yang belum lama ini mengucap selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya di Pemilu AS membantah tuduhan pemerintah. “Kami sangat jauh dari kekerasan dan terorisme. Organisasi ini malah lebih sering menjadi korban teror kediktaturan,” tulis cabang IM di Mesir seperti dilansir Reuters.
Riyadh mengkhawatirkan perubahan kebijakan Timur Tengah AS pasca pergantian kekuasaan di Gedung Putih. Presiden terpilih, Joe Biden, dipastikan bakal memantau catatan pelanggaran HAM oleh kerajaan, dan dipercaya lebih toleran terhadap aktivisme damai kelompok Islam, kata sejumlah analis.
Dalam pernyataannya, IM mendesak pemerintahan baru AS untuk mengakhiri kebijakan Presiden Donald Trump yang dituduh mendukung kediktaturan.
Perpecahan politik
Bagi Arab Saudi, Ikhwanul Muslimin adalah kompetitor ideologi yang mengancam sistem kekuasaaan dinasti al-Saud. Aktivisme politik IM di Saudi antara lain diarahkan untuk menggalang dukungan bagi penyelenggaraan pemilihan umum.
Saudi dulu berhubungan mesra dengan IM, yang ditandai dengan kedekatan antara pendiri Ikhwan, Hassan al-Banna, dan Raja Abdulaziz Al Saud. Sebab itu hingga kini, Saudi menampung sebagian pengungsi Ikhwanul Muslimin, yang melarikan diri dari opresi Gamal Abdul Nasser di Mesir.
Kemesraan itu berakhir ketika IM menolak keputusan kerajaan menampung militer AS dalam Perang Irak II, seperti dilaporkan al-Jazeera.
Sejak itu semua organisasi yang berafiliasi dengan IM ditutup pemerintah Saudi. Sementara anggotanya dibui. Adalah Riyadh yang menggalang dukungan Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain untuk melobi AS agar menempatkan IM dalam daftar organisasi teror.
IM menjadi organisasi bawah tanah sejak Presiden Mohamed Mursi dijatuhkan oleh Abdel Fattah al-Sisi dalam kudeta militer, 2013 silam.
Antisipasi pemerintahan Joe Biden
Presiden terpilih AS, Biden, sudah berjanji bakal mengkaji ulang hubungan dengan Riyadh. Dia menuntut pertanggungjawaban atas pembunuhan terhadap jurnalis, Jamal Khashoggi, 2018 lalu. Saat itu media-media Saudi ramai menyebut Khashoggi sebagai simpatisan Ikhwanul Muslimin.
Kedekatan pewaris tahta Saudi, Mohamed bin Salman, dan Presiden Donald Trump selama ini dikritik lantaran membentengi Riyadh dari tekanan internasional. Meski mencanangkan pembukaan sosial, kebijakan bin Salman memenjarakan aktivis perempuan, tokoh intelektual dan jurnalis menjadi kontroversi.
Saudi saat ini dituduh berusaha memanfaatkan serangan teror Islamic State di Jeddah sebagai dalih untuk mengganyang Ikhwanul Muslimin. Menurut Elisabeth Kendall, analis terorisme di Universitas Oxford, narasi tersebut berguna untuk membenarkan operasi keamanan terhadap IM di hadapan pemerintahan baru AS.
“Kampanye terbaru Arab Saudi membantu membangun narasi bahwa Saudi adalah korban terorisme, bukan inkubatornya,” kata dia.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.