PT Pertamina Capai 38 Titik Penerapan BBM Satu Harga dari Target 54 Titik di Tahun 2017
Bengkulu – Upaya Pertamina merealisasikan BBM satu harga di beberapa wilayah sejalan dengan Peraturan Menteri ESDM No 36/2016 tentang Percepatan Pemberlakuan Satu Harga Jenis BBM Tertentu (JBT) dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) secara nasional, yang diberlakukan sejak 1 Januari 2017.
Dalam mencapai target penugasan pemerintah ini, PT Pertamina (Persero) terus menambah jumlah lembaga penyalur BBM satu harga, dengan meresmikan pengoperasian empat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di beberapa wilayah Terpencil, Tertinggal, Terluar (3T) di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.
Keempat titik tersebut, meliputi SPBU Kompak 26.38301 di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Lalu SPBU kompak 16.253.121 di Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Kemudian SPBU Mini 65.77303 di Kecamatan Biduk Biduk, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Utara, dan SPBU 54.85709 di Kecamatan Atambua, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Peresmian ini ditandai penanda tanganan prasasti oleh Menteri ESDM, Ignasius Jonan, Jumat, (8/12/2017) di ruang VIP Bandara Fatmawati Bengkulu, dan dihadiri Direktur Utama Pertamina Massa Manik, Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dan Bupati Bengkulu Utara Mian. Dengan tambahan 4 titik tersebut, berarti telah terdapat 38 titik SPBU BBM Satu Harga dari 54 titik yang ditargetkan pada tahun 2017.
Menteri ESDM Ignasius Jonan yang hadir dalam acara peremian mengatakan, pihaknya selalu mendorong semua Sumber Daya Alam (SDA) yang pengelolaannya diamanahkan kepada Kementerian ESDM ini, diusahakan untuk pemerataan dan pelayanan masyarakat yang lebih berkeadilan dan dapat didukung semua pihak. “Kami akan membuat peraturan harga BBM sama sampai pengguna langsung dan diharapkan seluruh pemangku kepentingan dapat mendukung kebijakan ini,” ujar Jonan.
Di kesempatan yang sama Dirut Pertamina Elia Massa Manik mengungkapkan, Pertamina secara konsisten terus mendukung program Nawacita Presiden RI terkait dengan ketahanan energi nasional melalui pengoperasian SPBU BBM Satu Harga di wilayah 3T. Apalagi Menurutnya, keberadaan SPBU di wilayah tersebut, sangat vital bagi upaya pemerintah mendongkrak perekonomian setempat. “Pengoperasian SPBU Kompak di Enggano maupun wilayah 3T lainnya menjadi bukti nyata hadirnya Pertamina untuk memenuhi tugas negara mendistribusikan energi hingga ke pelosok negeri,” ungkapnya.
“Dengan pengoperasian SPBU Kompak ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat, dengan demikian, mobilitas masyarakat akan semakin tinggi namun lebih efisien. Sehingga perekonomian juga bergerak lebih cepat. Sebagaimana diketahui di Enggano yang menggunakan BBM untuk transportasi darat, laut dan usaha perikanan, sebelum beroperasinya SPBU BBM satu harga tersebut, masyarakat harus membeli Premium seharga Rp 10.000,- per liter, sedangkan Solar sekitar Rp 8.000,- per liter,” ujar Elia Massa menambahkan.
Sementara itu Camat Enggano Marlansius menyampaikan dengan Program BBM 1 Harga, masyarakat Enggano sangat terbantu, sisa kemahalan Harga BBM sebelum satu harga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan usaha perekonomian masyarakat. “Dengan BBM 1 harga dapat meningkatkan produktifitas usaha dan kesejahteraan masyarakat Enggano. Terima kasih Presiden RI dan Pertamina. Yauwaika (salam Enggano artinya selamatlah kita),” ucap Marlansius.
Sebelumnya menurut salah seorang warga Desa Kaana Pulau Enggano bernama Lukman mengatakan masyarakat Pulau Enggano perlu mengeluarkan uang kisaran Rp 10.000 hingga Rp 12.000 untuk membeli 1 liter BBM. Menurut Lukman kalau BBM sedang langka, warga malah pernah beli lebih mahal lagi. Lukman pun menyambut gembira atas ketersediaan BBM satu harga di Pulau Enggano tersebut. “Akhirnya kami bisa menikmati bahan bakar minyak dengan harga yang sama dengan masyarakat di luar pulau,” ujar Lukman.
Lukman menambahkan, selama ini ketersediaan BBM merupakan salah satu masalah di pulau yang terletak di tengah Samudera Hindia tersebut. “Kadang walau harganya selangit kita terpaksa beli karena kita butuh,” ungkapnya.
Sedangkan General Manager Marketing Operation Pertamina Region (GM MOR) II Sumbagsel, Erwin Hiswanto mengatakan untuk mewujudkan BBM 1 harga di daerah 3T (Tertinggal, Terluar dan terjauh) Pulau Enggano, mobil tanki Pertamina yang mengangkut produk Premium, BioSolar dan Pertalite milik Pertamina harus menempuh perjalanan darat dan laut sejauh 100 mil menembus ombak dan terkadang badai. “Kini harga jual di SPBU Kompak Enggano sudah sama dengan daerah lain, yaitu Rp 6.450 untuk Premium, Rp 5.150 Solar dan Rp 7.500 untuk Pertalite,” ungkap Erwin.
Lebih lanjut Erwin mengatakan meski masih menggunakan sistem manual, SPBU Kompak yang terletak di Desa Malakoni Kecamatan Enggano siap melayani masyarakat yang membutuhkan BBM. “Untuk wilayah Enggano ini, rata-rata konsumsi per bulannya 30 KL untuk gasoline (Premium dan Pertalite) serta gasoil (BioSolar) sebanyak 5 KL,” tandas Erwin menjelaskan.
Ping
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.