Connect with us
DPR RI

Murah dan Menarik, Bazaar dan Pasar Murah PIA Ramaikan HUT DPR RI ke-78

Murah dan Menarik, Bazaar dan Pasar Murah PIA Ramaikan HUT DPR RI ke-78
Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel saat membuka acara bazar dan pasar murah bertajuk “Bersama PIA Berbagi Kebahagiaan Dalam Rangka Hut DPR RI KE-78 Tahun,” di Senayan, Jakarta, Senin (28/8/2023). Foto: DPR RI

Jakarta – Bulan Agustus menjadi salah satu bulan yang “istimewa” bagi DPR RI. Pertama tentu karena di bulan ini Negara kita tercinta, Republik Indonesia ini tengah berulang tahun. Di susul beberapa pekan berikutnya, HUT DPR RI ke-78, tepat di tanggal 29 Agustus.

Tak berlebihan jika kemudian Persaudaraan Isteri Anggota (PIA) DPR RI menggelar bazar dan pasar murah yang kali ini bertajuk “Bersama PIA Berbagi Kebahagiaan Dalam Rangka Hut DPR RI KE-78 Tahun,”.

Dalam kesempatan itu hadir Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel yang mengapresiasi kegiatan bazaar yang digelar ibu-ibu PIA. Menurutnya, meski berbeda fraksi atau partai, namun PIA DPR RI tetap kompak untuk ikut menyemarakan peringatan HUT RI dan HUT DPR RI lewat kegiatan Bazar atau pasar murah ini.

Oleh karena Gobel sangat mengapresiasi kegiatan PIA DPR RI ini. Politisi dari Fraksi Partai NasDem ini berharap kekompakan PIA tersebut dapat terus dipertahankan. Terlebih lagi ke depan akan memasuki tahun politik dengan segala dinamika di dalamnya.

Lebih lanjut Gobel melihat Bazar tersebut sebagai sebuah ajang untuk membantu para pelaku UMKM (Usaha mikro kecil menengah) dalam memasarkan produk-produknya, pasca pandemi. Meski demikian, Ia berharap agar UMKM yang ada menampilkan produk-produk dalam negeri, bukan produk Import yang kedatangannya bukan tidak mungkin malah akan “mematikan” produk asli anak bangsa.

Senada dengan Gobel, Wakil Ketua PIA DPR RI, Meria Agustina atau Mia Lodewijk juga mengapresiasi kekompakan dari ibu-ibu PIA yang secara bersama-sama menggelar Bazar tersebut sejak beberapa pekan sebelumnya. Tanpa mengenal lelah ibu-ibu PIA DPR RI merencanakan berbagai hal, demi kelancaran dan kesuksesan acara tersebut.

Ia juga menegaskan bahwa sebagaimana namanya PIA atau persaudaraan isteri anggota DPR RI, maka meski mendekati tahun pemilihan umum, namun PIA DPR tetap bersaudara, dan tetap kompak menjalankan berbagai program-programnya, termasuk program sosial yang sudah disusun oleh PIA.

Sementara itu, Ketua Panitia Bazar, Nita  Azis dalam laporannya menjelaskan bahwa Bazar atau pasar murah ini diikuti oleh sekitar 115 Stand UMKM untuk Bazaar & 30 Stand Pasar Murah dari Jakarta dan sekitarnya, dengan beraneka ragam produk rumah tangga. Tidak hanya itu, menurut Nita, dalam Bazar yang dipandu oleh MC terkenal Chocky Sitohang ini, juga dimeriahkan oleh performance dari artis-artis nasional seperti Mulan Jamella, Harvey Malaiholo, dan Tommy Kurniawan yang ketiganya juga merupakan anggota DPR RI, serta penampilan dari Melly Goeslaw, dan Gilang Dirga.

“Dalam acara tersebut juga menampilkan sholawat kepada Nabi kita Muhammad SAW. Hal tersebut sebagai bentuk rasa syukur Kita semua, kehadirat Allah SWT, TUhan YME. Selain itu juga akan ditampilkan tutorial hijab. Bahkan anggota PIA juga akan unjuk kebolehan dalam bermain angklung, line dance, tidak hanya itu, digelar juga peragaan busana daerah dari seluruh Propinsi yang semuanya diperagakan oleh Ibu-ibu PIA DPR RI dengan dihadiri oleh mantan model terkenal yang juga politisi, Okky Asokawati,” jelas Nita usai membacakan laporan Ketua Panitia, Senin (28/8/2023).

Baik Gobel, Mia dan Nita Azis  berharap agar seluruh pegawai dan karyawan di Setjen DPR Ri, MPR dan DPD RI serta masyarakat umum dapat menghadiri dan mengikuti Bazar yang direncanakan akan berlangsung selama tiga hari, 28-30 Agustus 2023 mendatang.

“Jangan sampai ketinggalan. Ayo datang, dan Hadiri Bazar PIA DPR RI ini. Dijamin murah, dan menarik pastinya,” ajak Nita didampingi beberapa pengurus PIA DPR RI Lainnya.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Target APK Pendidikan Tinggi Tidak Mungkin Tercapai Jika Biaya Kuliah Mahal

Oleh

Fakta News
Target APK Pendidikan Tinggi Tidak Mungkin Tercapai Jika Biaya Kuliah Mahal
Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah saat kunjungan kerja reses di Kota Medan, Sumatera Utara, Senin (06/05/2024). Foto : DPR RI

Medan – Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap mahalnya biaya pendidikan tinggi di perguruan tinggi negeri. Menurutnya, dengan mahalnya biaya pendidikan tinggi itu dapat menghambat pencapaian target pemerintah dalam meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi. Menurut data tahun 2023, APK untuk laki-laki hanya 29,12 persen dan untuk perempuan 33,87 persen, angka yang jauh dari target yang diharapkan.

Konsekuensinya, tambah Ledia, dengan biaya pendidikan yang sangat mahal  itu banyak calon mahasiswa yang terhambat untuk melanjutkan pendidikan. “Dengan mahalnya perguruan tinggi negeri ini, bagaimana mungkin kita bisa mencapai target APK yang lebih baik jika banyak anak-anak kita yang tidak mampu melanjutkan pendidikan karena biaya?” ujar Ledia kepada Parlementaria, di Kota Medan, Sumatera Utara, Senin (06/05/2024).

Diketahui, Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (PT) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang pendidikan Perguruan Tinggi (PT) (tanpa memandang usia penduduk tersebut) dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan Perguruan Tinggi (PT) (umur 19- 23 tahun).

Ledia pun mengkritik sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang berlaku di banyak perguruan tinggi, yang menurutnya masih memberatkan bagi sebagian besar calon mahasiswa. “Ada perguruan tinggi dengan sistem UKT yang sangat tinggi, dan ada pula yang menengah namun tetap mahal, belum lagi adanya uang pangkal yang harus dibayar di awal,” ujar politisi Alumni Master Psikologi Terapan dari Universitas Indonesia ini.

Ledia juga menyoroti perlunya sebuah sistem pendidikan tinggi yang lebih pro kepada masyarakat, terutama bagi warga negara Indonesia yang memiliki kemampuan akademis namun ada keterbatasan ekonomi. “Kita perlu membuat sistem yang lebih baik, yang lebih mendukung anak-anak kita untuk bisa kuliah tanpa dibebani biaya yang tidak mampu mereka tanggung,” ujar Politisi Fraksi PKS ini.

Lebih lanjut, Ledia menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus diakses oleh semua lapisan masyarakat. “Kita membuat kampus itu mandiri, namun bukan berarti kita bisa mengabaikan warga negara Indonesia, terutama anak-anak muda kita yang sebenarnya punya kemampuan dalam akademisnya tapi tidak dalam ekonominya,” ujarnya.

Kebijakan saat ini, menurut Ledia, harus segera dibahas dan diperbaiki, dengan keterlibatan langsung dari kampus-kampus dan pemerintah untuk mencari solusi yang efektif. “Perlu ada diskusi serius antara pemerintah dengan perguruan tinggi untuk menata ulang sistem pendanaan pendidikan tinggi di negara kita,” tutur Ledia.

Dalam mencari solusi, Ledia juga menyarankan agar perguruan tinggi negeri bisa terhubung lebih baik dengan program beasiswa dan bantuan finansial lainnya yang bisa membantu meringankan beban mahasiswa. “Harus ada lebih banyak opsi beasiswa dan bantuan finansial yang dapat diakses oleh mahasiswa yang membutuhkan,” ucap Ledia.

Ledia berharap bahwa dengan perbaikan sistem yang lebih inklusif dan mendukung, Indonesia bisa mencapai tujuan menjadi negara dengan sumber daya manusia yang unggul pada 2045. “Ini semua tentang membangun fondasi yang kuat untuk pendidikan tinggi di Indonesia, memastikan semua anak berhak dan mampu mendapatkan pendidikan yang layak,” pungkasnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Geramnya Komisi II terhadap Biaya PBB yang Membengkak Akibat Sertifikat Tanah

Oleh

Fakta News
Geramnya Komisi II terhadap Biaya PBB yang Membengkak Akibat Sertifikat Tanah
Anggota Komisi II DPR RI Rosiyati MH Thamrin saat Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi II ke Maros, Sulawesi Selatan, Senin (06/05/2024). Foto : DPR RI

Maros – Anggota Komisi II DPR RI Rosiyati MH Thamrin mengecam kebijakan terkait sertifikat tanah yang merugikan masyarakat. Dalam pernyataannya, ia menyampaikan keprihatinannya terhadap biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang melonjak drastis setelah penerbitan sertifikat tanah.

“Sangat disayangkan melihat betapa besarnya biaya PBB yang harus ditanggung masyarakat setelah memiliki sertifikat tanah. Hal ini menjadi hambatan besar bagi petani dan pengguna lahan lainnya untuk mendaftarkan tanah mereka,” ujar Rosiyati MH Thamrin saat Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi II ke Maros, Sulawesi Selatan, Senin (06/05/2024).

Menurutnya, masyarakat enggan membuat sertifikat tanah karena adanya komponen biaya PBB yang meningkat secara signifikan setelah kepemilikan tanah tersebut bersertifikat. Hal ini berdampak negatif terutama bagi para petani dan pengguna lahan lainnya yang mayoritas hidup dengan penghasilan terbatas.

Rosiayati pun menyerukan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah dan Dinas Pajak untuk meninjau ulang kebijakan terkait tarif PBB. “Saya berharap agar Dinas Pajak dapat mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat yang terdampak dan menyesuaikan tarif PBB dengan lebih adil,” tambahnya.

Kemudian, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu juga menegaskan bahwa pembenahan terhadap kebijakan tersebut penting dilakukan agar masyarakat merasa lebih terbantu dan terjamin hak-haknya atas tanah yang mereka miliki.

“Pemerintah harus fokus pada upaya mempermudah akses masyarakat terhadap kepemilikan tanah dengan biaya yang terjangkau, sehingga tidak menghambat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat,” tutupnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

PON XXI Sebentar Lagi, Pembangunan Venue Ternyata Belum Tuntas!

Oleh

Fakta News
PON XXI Sebentar Lagi, Pembangunan Venue Ternyata Belum Tuntas!
Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah saat mengikuti Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi X DPR RI, di Kota Medan Sumatera Utara, Senin (06/05/2024). Foto: DPR RI

Medan – Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah mengungkapkan, kekhawatirannya terkait kesiapan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang dijadwalkan pada September 2024 di Aceh dan Sumatera Utara. Ledia menyatakan bahwa meskipun pemerintah daerah telah berkomitmen dengan mengalokasikan dana besar, masih terdapat kekurangan yang perlu ditangani oleh pemerintah pusat.

“Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan anggaran sekitar Rp2,1 triliun, dan belum lagi dari Pemerintah Kabupaten/Kota dari APBD untuk pembangunan venue dan lain-lain. Namun, ada beberapa hal penting yang masih harus di-cover oleh pemerintah pusat,” ujar Ledia, Medan, Sumatera Utara, Senin (6/5/2024).

Menurutnya, masih ada kebutuhan dana tambahan untuk menyelesaikan infrastruktur yang belum rampung. “Persoalnnya ada hal yang harus dicover oleh pemerintah pusat, apakah itu bisa selesai atau enggak. Kita belum tahu sampai sekarang pemerintah daerah juga enggak bisa apa-apa, itu sangat tergantung dari pusat,” ujarnya.

Ledia juga menyampaikan bahwa Komisi X DPR RI telah mengusulkan agar penundaan PON hingga awal tahun 2025 untuk memastikan semua persiapan bisa tuntas. “Beberapa dari kami sudah mengusulkan untuk ditunda sampai Januari atau Februari 2025 sehingga penyelenggaraannya bisa berjalan dengan baik dan tidak terburu-buru,” tegas Ledia.

Selain itu, Ledia menekankan bahwa ada kesamaan situasi dengan PON sebelumnya di Papua, yang juga harus diundur karena pandemi COVID-19. “Situasinya serupa dengan apa yang terjadi di Papua. Jika memang belum siap, jangan dipaksakan,” tegasnya.

Ledia juga berharap dengan waktu yang masih ada, bisa di optimalkan dengan baik. “Harapan nanti penyelenggarannya bisa berjalan dengan baik, karena ini baru pertama kali diselenggarakan di dua  provinsi, belum lagi setelah itu ada peparnas untuk disabilitas. Nah jadi memang harusnya lebih matang, kalau memang belum siap jangan dipaksakan,” ungkap Ledia.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah berkomitmen untuk juga menggunakan venue yang sudah ada dengan memperbaikinya. Namun, Ledia menyatakan, “Sekarang ini yang ditunggu adalah dukungan anggaran dari pemerintah pusat, bisa atau tidak,” ungkapnya.

Ditambah lagi, menurut Ledia, “Telah dianggarkan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga sebanyak Rp300 miliar untuk biaya operasional seperti pembayaran wasit dan juri, namun untuk infrastruktur, kecepatan penyelesaian dari pemerintah pusat masih menjadi tanda tanya”.

Kekhawatiran terus mengemuka seiring dengan mendekatnya waktu pelaksanaan PON XXI, dengan banyak pihak berharap agar pemerintah pusat dapat segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan persiapan yang masih tertunda.

Baca Selengkapnya