Menristek Ingin GeNose UGM-Rapid Test Unpad Jadi Alat Utama Screening Corona di Indonesia
Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menerima alat GeNose C19 buatan Univeristas Gadjah Mada (UGM) dan rapid test antigen produksi Universitas Padjajaran (Unpad). Dalam acara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro berharap GeNose dan rapid test antigen Unpad jadi alat utama screening virus Corona.
“Kenapa juga kami memberikan ini ke Pak Menko PMK? Karena Pak Menko bagian komite, harapannya Pak Menko supaya bisa menjadikan baik GeNose dan rapid antigen cepat ini sebagai alat utama untuk melakukan screening rapid test di Indonesia, dan pandangan kami, rapid test atau screening sangat perlu saat ini, di mana kita sangat khawatir peredaran virus cukup cepat,” ujar Bambang dalam acara konferensi pers penyerahan alat GeNose C19 secara daring, Kamis (7/1/2021).
Menurutnya, apabila Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BNPB selaku Satgas COVID-19 memasukkan GeNose dan rapid test antigen Unpad sebagai alat screening virus Corona yang resmi, maka semua pihak secara otomatis akan mengikutinya. Karenanya, Bambang meminta dua alat tersebut menjadi bagian utama dalam screening virus COVID-19.
“Yang paling penting dari pemerintah, dari Kemenkes, dari BNPB selaku satgas adalah memasukkan alat ini GeNose dan Cepat (rapid tes antigen Unpad) sebagai alat untuk melakukan screening atau rapid test yang resmi. Karena itu akan jadi rujukan semua pihak baik pemerintah maupun swasta, pusat maupun daerah. Intinya masuk daftar rapid test atau screening test atau bagian dari tracing yang resmi, dan diakui,” ucapnya.
Dia mengatakan, berdasar hasil uji, alat GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki sensitivitas tinggi. Bambang menyebut sensitivitasnya sudah lebih dari 90 persen.
“Akurasinya menurut uji validasi yang dilakukan terakhir yang sudah disampaikan kepada Kemenkes sebelum dapat izin edar tingkat sensitivitas itu sekitar 92 persen, tingkat spesifitas itu 90 persen, jadi intinya kita ingin punya alat screening atau rapid test yang mudah,” katanya.
Spesifisitas adalah kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang tidak menderita sakit dari mereka yang benar-benar tidak sakit.
Kembali ke pernyataan, Bambang Brodjonegoro menjelaskan kegunaan GeNose C19. Menurutnya, alat tersebut berfungsi sebagai screening bukan diagnosa COVID-19.
“Bahwa GeNose ini adalah alat screening cepat, dia tidak menjadi alat untuk diagnosa, dia benar-benar akan menjadi alat screening atau istilahnya Pak Menko tadi dia kategorinya rapid test, cuma bedanya kalau ada rapid test antibodi ambil darah, rapid test antigen mengambil swab, kalau yang ini GeNose ini memakai embusan napas kita, tapi dasarnya adalah rapid test,” kata Bambang.
Bambang menerangkan sistem kerja alat tersebut menggunakan teknologi artificial intelligence. Teknologi tersebut merupakan bagian untuk memecahkan masalah kesehatan pada revolusi industri 4.0.
“Yang menarik dari GeNose ini adalah upaya pemecahan masalah kesehatan dengan menggunakan revolusi industri ke-4, karena yang digunakan adalah artificial intelligence. Ketika Anda mengembuskan napas dan napas disimpan di dalam kontainernya, kemudian plastik kontainernya dimasukkan ke mesin itu. Maka yang bekerja dalam artificial intelligence. Pada dasarnya adalah machine learning, mesin yang terus belajar. Jadi semakin banyak alat ini dipakai, semakin banyak data yang masuk dan semakin akurat,” katanya.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan alat GeNose C19 akan diproduksi sebanyak 5 ribu unit. Produksi tersebut ditargetkan selesai pada Februari 2021.
Menurutnya, alat GeNose C19 yang paling besar akan dijual dengan harga Rp 62 juta. Alat tersebut bisa melakukan tes sebanyak 100 ribu kali.
“Harga unit yang paling besar paling mahal itu Rp 62 juta, tapi bisa dipakai 100 ribu kali, setelah 100 ribu kali alat itu hanya memerlukan perbaikan sedikit untuk bisa dipakai lagi, kalau Rp 62 juta, 100 ribu kali itu per pemeriksaan cuma Rp 600, tetapi masih ada harga plastiknya sekitar Rp 7 ribu untuk menyimpan hembusan napas kita dan juga ada hepa filter untuk menyaring agar virus itu tidak masuk ke mesinnya,” ujar Bambang.
“Dengan perhitungan itu, maka kalau ini bisa misalkan dilakukan untuk keperluan rapid test orang perorang, perkiraannya kisarannya Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu. Jadi jauh lebih murah dibanding rapid test yang ada,” imbunya. GeNose C19 rencananya diproduksi sebanyak 5 ribu unit. Produksi tersebut ditargetkan selesai pada Februari 2021.
“Rencananya dengan konsorsium yang terdiri dari 5 perusahaan akan melakukan produksi masal, targetnya bulan Februari 5 ribu, dan nantinya juga akan bisa menjadi lebih besar. Kami dari Kemenristek juga akan membantu GeNose UGM untuk bisa menemukan atau mencari mitra industri yang akan bisa memproduksi dengan jumlah lebih banyak lagi dengan standar tentunya yang terjaga,” kata Bambang.
Muhadjir juga mendorong alat tersebut segera diproduksi massal. Dia meminta kepada Bambang agar membantu UGM mencarikan industri untuk memproduksi GeNose secara masif.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menristek yang telah dengan kerja keras mampu mengkoordinasi, memfasilitasi kemudian menjadi penghubung untuk produk-produk ini, mudah-mudahan nanti bisa terhubungkan dengan industri sehingga bisa secepatnya diproduk secara masif dengan biaya yang sangat murah dan terjangkau dengan tingkat akurasi yang bisa diandalkan,” ucap Muhadjir.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.