Connect with us

ITB Gelar Sidang Terbuka Peringatan 100 Tahun ITB dan PTTI

Bandung – Institut Teknologi Bandung menggelar Sidang Terbuka dalam rangka Peringatan 100 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI) yang bertempat di Aula Timur, Kampus ITB Jalan Ganesha, no. 10, Bandung, Jumat (3/7/2020). Sidang terbuka secara daring ini merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan 100 Tahun ITB dan PTTI dengan tema besar yaitu Inovasi untuk Pertumbuhan Berkelanjutan.

Sidang dibuka oleh Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., dan dihadiri oleh jajaran Wakil Rektor dan Sekretaris Institut ITB, Dekan Fakultas/Sekolah, para Guru Besar, Senat Akademik dan Pimpinan ITB lainnya. Pada kesempatan tersebut, Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo juga menyampaikan sambutannya secara daring.

Selain itu, pada sidang terbuka tersebut disampaikan laporan dari Ketua Umum Peringatan 100 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia, Prof. Dr. B. Kombaitan, M.Sc., sambutan Ketua Majelis Wali Amanat ITB Yani Panigoro, dan sambutan Ketua Senat Akademik ITB Prof. Hermawan K. Dipojono, Ph.D.

Sambutan Rektor ITB

Dalam sambutannya, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah menyampaikan, di sepanjang perjalanannya yang telah seabad, PTTI telah mengambil peranan penting dalam mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia, yang dalam waktu dekat akan memasuki usia 75 tahun. Cikal bakal dari PTTI adalah sebuah Sekolah Tinggi Teknik di Bandung (Technische Hoogeschool te Bandoeng, THB), yang didirikan di era pemerintahan Hindia Belanda pada 3 Juli 1920.

“Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia kini telah mengalami perkembangan secara pesat, dan telah tersebar di Nusantara. Pada hari ini telah terdapat lebih dari 1.300 institusi pendidikan tinggi yang menyelenggarakan program-program studi di bidang-bidang keteknikan yang di antaranya adalah institusi swasta. Meski sudah besar dari segi kuantitas, ke depan kita masih perlu terus-menerus meningkatkan kualitas dan kapabilitas, sehingga PTTI dapat memberikan sumbangsih yang semakin berarti bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia,” ujar Prof. Reini.

Ia mengatakan, ITB adalah PTTI yang pertama. Nilai luhur in harmonia progressio yang dipegang oleh ITB telah mengawal ITB dalam melalui berbagai ujian dan tantangan, dan menghantarkan ITB menjadi sebuah PTTI yang membanggakan, yang telah memberikan banyak sumbangsih bagi nusa dan bangsa, dan dihormati di dunia. Penghargaan yang tinggi perlu kita berikan kepada para pendiri ITB serta para pelaku sejarah ITB, yang telah berkomitmen kuat dalam menjaga nilai luhur tersebut.

“Sebagai PTTI yang pertama, dan oleh karenanya juga yang tertua, ITB mengemban amanah untuk selalu berada di depan, guna menghela PTTI dalam menjawab tantangan-tantangan yang telah diuraikan terdahulu. Untuk menjalankan peran tersebut dengan efektif, ITB akan melanjutkan komitmen untuk excellent dalam pengajaran yang lebih multi dan lintas disiplin, pengabdian masyarakat yang semakin relevan dengan masalah lokal dan nasional, penelitian yang lebih kolaboratif, dengan berfokus pada penguatan ekosistem inovasi, untuk mendukung daya saing bangsa,” ucap Prof. Reini.

Transformasi sistem pengelolaan institusi adalah prasyarat untuk memperkokoh pondasi, agar ITB dapat bergerak lebih cepat demi menggapai cita-cita di abad mendatang. Nilai in harmonia progessio perlu senantiasa kita pelihara untuk menghantarkan ITB ke masa depan, dengan atribut ‘locally relevant, globally respected’.

Laporan Ketua Peringatan 100 Tahun PTTI

Dalam laporannya, Ketua Umum Peringatan 100 Tahun PTTI, Prof. Dr. B. Kombaitan, M.Sc., mengatakan, pada dasarnya ada dua buah kegiatan besar yang dilaksanakan dalam rangka Peringatan 100 Tahun ITB ini. Yang pertama adalah konferensi internasional dan yang kedua adalah seminar nasional. Tema dari konferensi internasional itu dikaitkan atau dikembangkan dari tujuh area stategis riset ITB. “Setiap tujuh buah dari strategi tersebut semuanya dikawal oleh Pusat-pusat Penelitian LPPM ITB,” ujarnya.

Ia menambahkan, jika tema dari konferensi internasional dikaitkan dengan visi yang pertama dari ITB, yaitu visi keunggulan akademik atau academic excellence, maka tema-tema yang diangkat untuk seminar nasional lebih kepada yang berkaitan dengan visi yang kedua ITB, yaitu solving our national problems.

“Sejauh ini, kita telah melaksanakan empat buah international conference dan tiga buah seminar nasional,” ujar Prof. B. Kombaitan.

Setelah Sidang Terbuka ITB pada 3 Juli 2020, Panitia 100 Tahun PTTI akan melaksanakan beberapa acara kemeriahan kampus. Namun seperti yang diketahui, oleh karena belum jelasnya akhir dari pandemi COVID-19 ini maka kegiatan puncak ini telah diundur ke tahun depan.

Setelah konferensi internasional dan seminar nasional selesai diselenggarakan, Panitia 100 Tahun PTTI telah merencanakan untuk menerbitkan simpulan dan rekomendasi dari konferensi dan seminar tersebut. Bentuknya adalah berupa sebuah buku kecil tentang sumbangan pemikiran ITB untuk bangsa yang diambil dari berbagai catatan konferensi dan seminar yang telah diselenggarakan, dan tentunya juga akan  ditayangkan di situs web ITB.

Menuju Abad Baru ITB

Mengangkat tema Inovasi ITB Abad Baru bagi Kemajuan Indonesia, Ketua Majelis Wali Amanat ITB, Ir. Yani Panigoro, M.M., mengajak semua pihak untuk merenungi perjalanan 100 tahun ITB, dalam rangka bersiap menyongsong ITB di abad baru. “Perjalanan ‘ITB di Abad Baru Bagi Indonesia Maju’ kita mulai hari ini. Ibarat roda, kita telah berputar memasuki era baru pada 100 tahun usia kampus kita. Hari ini kita bukan sedang meramal apa yang akan terjadi untuk ITB 100 tahun di masa depan, hari ini, kita membuat fondasi berikutnya yang lebih kokoh dengan perencanaan yang lebih cermat, untuk perjalanan ITB yang lebih hebat, seratus tahun ke depan,” ujar Yani Panigoro.

Sementara itu, Ketua Senat Akademik ITB, Prof. Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE., Ph.D., menyampaikan, relevansi keberadaan Pendidikan Tinggi Teknik adalah untuk dapat menjawab berbagai permasalahan di masyarakat secara berlanjut (sustainable) dan tidak hanya tergantung pada lembaga pendidikan itu sendiri, tetapi juga pada ekosistem yang lebih besar. “Ini jelas merupakan tantangan serius yang harus kita carikan jalan keluarnya melalui proses perbaikan berkelanjutan dengan tetap optimis meneropong ke depan,” ucapnya.

Prof. Hermawan berharap, perjalanan menuju 200 tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia pada tahun 2120, Indonesia mempunyai Lembaga Pendidikan Tinggi Teknik yang berwibawa, menjadi tujuan belajar, rujukan serta standar di dunia karena terbukti mampu memberi berbagai alternatif solusi terhadap permasalahan kompleks yang dihadapi bangsanya dengan solusi berkelas dunia.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Fikri Faqih Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Tur Belajar

Oleh

Fakta News
Fikri Faqih Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Tur Belajar
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih. Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih meminta pemerintah memperketat pengawasan terhadap kegiatan study tour (tur belajar) yang sudah menjadi kegiatan ‘wajib’ di sekolah-sekolah. Hal tersebut Fikri sampaikan menyusul tragedi kecelakaan bus yang membawa siswa SMK Lingga Kencana Kota Depok saat melakukan study tour ke Ciater, Subang, Jawa Barat, baru-baru ini.

“Perlu dievaluasi menyeluruh mengenai tujuan, manfaat, dan kelayakan program yang sudah menjadi agenda tahunan di sekolah tersebut,” kata Fikri dalam rilis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Lebih lanjut, ia menyampaikan belasungkawa kepada para keluarga korban tragedi kecelakaan tersebut. Maka dari itu, dirinya mendesak pihak yang bertanggung jawab dihukum sesuai dengan perundangan yang berlaku. Ia pun meminta pemerintah pusat dan daerah untuk mengevaluasi kegiatan study tour agar lebih terarah dan sesuai dengan asas, tujuan, dan kemanfaatan dalam Pendidikan para siswa.

“Misalnya perjalanan tur ke museum, pusat konservasi alam, atau instansi yang memberi edukasi dalam bidang-bidang tertentu,” imbuh Politisi Fraksi PKS ini.

Selain itu, kegiatan study tour yang bertujuan ke lokasi yang jauh, bahkan lintas provinsi dan lintas pulau sebaiknya ditinjau ulang. “Kegiatan ini tentu berbiaya besar dan bisa memberatkan bagi orangtua/wali siswa, kemudian ada faktor kelayakan dan keamanan yang harus dipenuhi dalam perjalanan tur jarak jauh tersebut,” urai Mantan Kepala Sekolah di suatu SMK di daerah Tegal tersebut.

Kegiatan study tour yang dilakukan di dalam kota juga dapat menjadi opsi yang terbaik, selain lebih murah dan lebih singkat waktu tempuhnya. “Tentu disesuaikan dengan tujuan dan manfaat yang mau diambil, karena kemungkinan besar masih banyak potensi di sekitar kota atau kabupaten sesuai domisili sekolah yang dapat menambah wawasan bagi siswa,” tambah dia.

Dengan begitu, sebenarnya kegiatan study tour dalam kota  juga dapat membantu meningkatkan perekonomian UMKM di wilayah asal/ domisili sekolah tersebut. “Wawasan siswa juga tetap diperkaya melalui pengenalan potensi alam, ekonomi, sosial dan budaya di daerahnya sendiri,” tutupnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Tak Hanya Kriteria Fisik, Penerapan KRIS Harus Pastikan Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Obat

Oleh

Fakta News
Tak Hanya Kriteria Fisik, Penerapan KRIS Harus Pastikan Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Obat
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani. Foto: DPR RI

Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menyatakan perlu ada kajian lebih lanjut pasca dihapuskannya kelas BPJS Kesehatan menjadi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang diwajibkan terhadap rumah sakit. Sebab, menurutnya, perubahan sistem tersebut, pasti akan memunculkan beberapa konsekuensi dari masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan. Konsekuensi tersebut tidak hanya terkait keharusan memenuhi kriteria fisik, melainkan juga harus memastikan adanya ketersediaan tenaga kesehatan dan juga obat-obatan yang terstandardisasi.

“Banyak rumah sakit yang tidak siap untuk mengimplementasikan Kelas Rawat Inap Standar. Kenapa? Karena memang kalau kita bicara tentang kemampuan rumah sakit, (maka juga terkait) cash flow rumah sakit untuk membuat penyesuaian. Jadi kita minta untuk dilakukan kajian, kenapa? karena ketika kelas rawat inap standar ini diterapkan, diimplementasikan sudah pasti akan terjadi beberapa fenomena ya,” ujar Netty kepada Parlementaria di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (15/5/2024).

Diketahui, penghapusan Kelas BPJS Kesehatan menjadi KRIS tersebut merupakan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU tersebut lalu diturunkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.  Salah satunya yakni mengatur penerapan fasilitas ruang perawatan rumah sakit dengan 12 kriteria. Namun implementasinya selalu diundur oleh Pemerintah karena banyak rumah sakit yang tidak siap.

Konsekuensi yang akan terjadi di antaranya yakni adanya gejolak di antara peserta BPJS Kesehatan. Adanya KRIS ini bisa diartikan akan tidak adanya perbedaan antara kelas satu, dua dan tiga karena setiap kelas akan mendapatkan layanan yang sama dengan kamar yang sama. Untuk itu perlu pengkajian, baik mengenai Premi BPJS, Imigrasi Peserta, dan Insentif untuk rumah sakit swasta.

“Jika semua peserta akan mendapatkan layanan yang sama, berarti kan kita harus mulai menghitung atau melibatkan aktuaria untuk menghitung paket INA-CBG. Apakah betul jarum suntiknya, obatnya, alat infusnya itu sama? kalau kemudian semuanya mendapatkan layanan yang sama. Nah ini saya minta kemarin supaya dilakukan kajian apakah Premi BPJS nya masih seperti itu?,” ujarnya.

Imigrasi peserta juga dikhawatirkan akan terjadi, karena pasti banyak peserta yang menganggap tidak adanya perbedaan pelayanan yang didapatkan antara kelas satu, dua dan tiga sehingga semua akan memilih kelas yang rendah saja. “Karena (masyarakat) pasti berpikirnya sama-sama? (Ibaratnya) kok Tuan dengan Pekerja, (bayar preminya) sama. Atasan dengan bawahan (bayar preminya) sekarang  sama gitu, bisa di ruangan yang sama, itu analoginya yang paling mudah,” jelas Politisi Fraksi PKS itu.

Kemudian insentif untuk rumah sakit swasta juga perlu dipikirkan, karena dengan adanya KRIS ini membuat rumah sakit swasta juga perlu melakukan penyesuaian. “Karena kan enggak ada anggaran dari pemerintah untuk rumah sakit swasta, berbeda dengan rumah sakit pemerintah. Ya pastinya mereka mendapatkan anggaran untuk bisa melakukan penyesuaian ruangan, tirai, kamar mandi dan seterusnya,” tambahnya

Namun, menurut Legislator dapil Jawa Barat VIII itu, catatan penting dalam penerapan KRIS ini bukan hanya soal kriteria fisik mengenai fasilitas pelayanan ruang inap saja, yang terpenting juga ketersediaan tenaga kesehatan dan obat bagi para pasien.

“Jadi jangan cuma kemudian kita merasa sudah memberikan layanan terbaik ketika kita bicara fisik, padahal kemudian ada dokter yang tidak datang pada jam prakteknya atau ketika pasien masih banyak dokter sudah pulang atau obat-obatan sebagiannya masih cost sharing, harus ambil dari kocek pasien. Nah hal seperti ini menurut saya perlu dibenahi. Kenapa? karena bagaimanapun ketika kita bicara kesehatan, yang sakit tidak bisa menunggu, yang miskin tidak dapat diabaikan,” tegasnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Forum WWF 2024 Diharapkan Turunkan Konflik Air di Seluruh Dunia

Oleh

Fakta News
Forum WWF 2024 Diharapkan Turunkan Konflik Air di Seluruh Dunia
Wakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana, saat mengikuti rapat bersama Ms. Yoon Jin selaku Director of 10th World Water Forum di Ruang Delegasi Nusantara III, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2024). Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan, melalui WWF 2024 diharapkan akan melahirkan komitmen bersama terkait air yang disepakati oleh seluruh Parlemen yang ada. Hal ini disampaikan dalam rangka World Water Forum (WWF) 2024 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 mendatang.

“Yang pertama kan jelas untuk meng-evaluasi SDGs Nomor 6 tentang Air dan Sanitasi. Yang kedua bagaimana perspektif ini masa lalu ini harus dihadirkan. Contoh di Bali, karena saya orang Bali, ada Tri Hita Karana hubungan harmoni antara alam manusia dan Sang Pencipta. Yang kedua bagaimana di Bali, air yang disebut tirta selalu dimuliakan ada tempat sucinya, ada bagaimana kita melakukan penyucian dengan air juga, ada bagaimana air ini juga sangat dihormati, dihargai,” kata Putu usai rapat di ruang delgasi, Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Putu menilai pengelolaan air yang benar dapat menurunkan potensi terjadi konflik. Menurutnya, sudah banyak negara yang mengalami konflik karena air contohnya di Sungai Nil. Sementara itu telah terjadi perselisihan selama 10 tahun antara Mesir dan Ethiopia mengenai pasokan air di Sungai Nil. Kedua pihak mencari solusi internasional, namun perundingan yang dipimpin oleh Departemen Luar Negeri AS – dan diikuti oleh Uni Eropa dan PBB – hanya menghasilkan sedikit kesepakatan setelah empat tahun.

“Nah tentu kita harus merawat menata air bagaimana kita juga jangan sampai air ini menimbulkan konflik. Karena banyak negara sudah mulai ada konflik terhadap air di Sungai Nil, jadi Afrika ini sudah menjadi konflik. Nah tentu karena belum menuju potensi itu tentu kita harus mengelola bersama. Kita cari komitmen bersama agar akses terhadap air ini khususnya air bersih bisa diterima oleh masyarakat. Jadi artinya bisa diterima langsung dan masyarakat mendapat kesejahteraan jangan ada beban biaya yang tinggi untuk akses terhadap air,” ungkapnya.

“Nah tentu forum ini sangat monumental sehingga kita berpikir awal sudah baik kita tentu harus sukseskan ke depan. Dan forum ini juga kita memiliki komitmen bagaimana menggerakkan aksi parlemen untuk peduli terhadap air dan pada akhirnya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,” tambahnya. Dengan tema WWF kali ini, “Mobilizing Parliamentary Action on Water For Shared Prosperity”, Putu menjelaskan Parlemen di WWF ingin mengeluarkan sebuah dokumen antara komitmen bersama maupun deklarasi.

Baca Selengkapnya