Intip Sengitnya Persaingan Perusahaan Menara Telekomunikasi
Penggunaan internet oleh masyarakat saat ini sangat masif. Internet digunakan di hampir semua lini kehidupan, tidak hanya di bidang ekonomi saja, namun juga dibidang politik, pendidikan, sosial, hukum dan sebagainya. Dengan demikian fasilitas dan jaringan internet yang cepat dan merata sangat penting untuk kemajuan bangsa.
Menara telekomunikasi adalah salah satu komponen penting bagi penyediaan internet khususnya internet yang mengunakan layanan selular 4G yang digunakan saat ini dan layanan 5G dikemudian hari. Industri menara telekomunikasi menjadi segmen yang mendapat imbas positif seiring pertumbuhan teknologi dan ekonomi digital yang kian masif melalui pengunaan internet oleh masyarakat.
Prospek industri untuk penyediaan menara telekomunikasi ke depan masih menjanjikan, proyeksi pertumbuhan berkisar di angka 5%-7% selama 10 tahun ke depan, dimana pertumbuhan akan didapat baik secara organik maupun dengan inorganik atau melalui akuisisi. Berdasarkan hasil riset Nielsen di bisnis menara mengalami pertumbuhan sebesar 35% terhitung sejak 2020 hingga 2026. Artinya, akan ada sekitar 56 ribu menara yang diperlukan untuk menjangkau kebutuhan tersebut. “Jadi pasarnya memang masih besar sekali,” ungkap riset Nielsen.
Beberapa hal yang mendorong pertumbuhan permintaan menara telekomunikasi diantaranya kesiapan untuk menunjang layanan 5G dan kebutuhan terhadap layanan digital seperti Internet of Things (IoT) yang akan menjadi trend dalam waktu dekat ini.
Saat ini terdapat tiga grup bisnis utama yang menguasai pasar menara telekomunikasi di Indonesia. Grup Telkom melalui PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel – MTEL) masih memimpin dengan total 35.822 menara. Selanjutnya di peringkat kedua ada Grup Djarum melalui PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR ) yang mengelola total 27.803 menara dan terakhir adalah Grup Saratoga yang memiliki 16.265 menara melalui PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Untuk mempertahankan penguasaan pasar menara telekomunikasi, untuk tahun 2022 ini Mitratel menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp9,9 triliun. Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan, capex senilai Rp9,9 triliun tersebut akan digunakan untuk melakukan ekspansi organik dan anorganik perseroan. “Kami mencadangkan Rp9,9 triliun untuk 2022. Dari sisi organik, kami akan mendapatkan collocation antara 3.000-4.000, sedangkan untuk tower baru 750. Lalu pembangunan fiber optik kami targetkan 6.000 kilometer,”
Sementara itu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berencana meningkatkan capex tahun ini sebesar 50% dibandingkan alokasi capex tahun lalu yang sebesar Rp 2 triliun. Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso menyebutkan, jumlah capex yang dialokasikan perseroan tahun ini sebesar Rp 2-3 triliun yang sumbernya berasal dari kas internal dan pinjaman bank.
Selain TBIG dan MTEL, perusahaan menara telekomunikasi yang lain, yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), juga akan menggenjot capex tahun ini. Namun, perseroan belum menyebutkan nilai belanja modal tersebut.
Melihat rencana investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan menara Telekomunikasi rasa optimisme terhadap perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia meningkat. Semoga dengan aksi tersebut akan bermuara kepada penyediaan layanan Internet yang merata, berkualiatas dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.