Connect with us
Seminar Terbatas Fakta.News

Integrasi dan Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pembangunan infrastruktur mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah(Ilustrasi)

Yogyakarta – Setelah sukses melaksanakan seminar terbatas mengenai pembangunan infrastruktur dalam tiga tahun pemerintahan Jokowi – JK pada bulan Oktober lalu yang mengangkat tajuk “Peluang dan Tantangan Pembangunan Infrastruktur Perspektif Komprehensivitas Wilayah”. Kini untuk kali kedua, media online Fakta.News kembali menyelenggarakan sebuah seminar yang merupakan lanjutan dari seminar terbatas tersebut.

Pada seminar terbatas kali ini, Fakta.News bekerjasama dengan Program Studi Perencanaan Wilayah Fakultas Teknik UGM dan Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) mengangkat tajuk “Integrasi dan Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah”, bertempat di University Club, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, pada Kamis 7 Desember 2017.

Seminar terbatas mengenai pembangunan infrastruktur ini dihadiri Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP (Pembicara), Dr. Fadjar Hari Mardiansyah, MT, MDP dari DPWK Universitas Diponegoro (Pembicara), Prof. Bakti Setiawan dari MPKD UGM (Pembicara), S. Arnold Mamesah dari Masyarakat Infrastruktur Indonesia (Pembicara), Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono dari Universitas Hasanuddin (Pembicara), Ir. Putu Rudy Setiawan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Pembicara)Dr. Yeyes Mulyadi, S.T., M.Sc. (Penanggap), Dr. Andi Irawan (Penanggap).

Selain itu dari pihak akademisi atau pakar bidang infrastruktur dari beberapa Perguruan Tinggi Negeri seperti Dr. Laksono Probo Subanu dari MPKD Universitas Gadjah Mada, Ayomi Dita R S.T M.T dari Universitas Indonesia, serta beberapa pakar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Hasanuddin,Institut Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro, Universitas Sriwijaya, Universitas Sumatera Utara, Universitas Sam Ratulangi juga turut hadir memberikan pandangan dan ide-ide konstruktifnya.

Sedangkan dari pihak kementerian atau lembaga terkait yang hadir adalah beberapa perwakilan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementrian Agraria dan Tata Ruang (ATR), serta Kementerian ESDM.

Sementara dari kalangan profesional dan swasta terkait adalah, Masyarakat Infrastruktur Indonesia (MII), Ikatan Ahli Perencanaan (IAP). Turut pula kalangan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi ikut hadir memberikan masukan bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Koster Rinaldi sebagai pihak penyelenggara yang juga Pemimpin Redaksi (Pemred) Fakta.News mengatakan, seminar terbatas kali ini bertujuan untuk merefleksikan dan mengevaluasi kebijakan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan di era kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang telah berjalan selama tiga tahun.

Selain itu, Koster juga mengungkapkan bahwa pada seminar ini diharapkan pihak-pihak yang hadir dapat merumuskan strategi yang komprehensif dan efektif terhadap pembangunan infrastruktur dalam sebuah Road Map yang operasional dengan penajaman hasil dari seminar terbatas sebelumnya yang bertajuk “Peluang dan Tantangan Pembangunan Infrastruktur Perspektif Komprehensivitas Wilayah.”

Dalam seminar terbatas sebelumnya, Koster mengatakan terdapat beberapa kesimpulan atau hasil yang sangat penting antara lain, yakni harus ada pengukuran kinerja yang lebih dari sekedar hasil/luaran sebuah program (outcome/impact evaluation, money follows outcome). Menurutnya, pergeseran paradigma dari “money follows function” ke “money follows program” yang telah dilakukan di tahun ke-3 Pemerintahan Jokowi-JK, perlu ditingkatkan lagi kepada derajat ketercapaian tujuan program (evaluasi capaian bahkan dampak), meskipun masih berupa “intermediate-outcomes”.

“Pembangunan infrastruktur yang sudah ada atau yang pembangunannya sedang berlangsung memerlukan integrasi antar sektor infrastruktur (transportasi, energi, logistik, pendidikan, kesehatan, perumahan, dll.) untuk mengoptimasi manfaat dan peluang, yaitu mengoptimalkan pengeluaran biaya yang terjadi, sekaligus meningkatkan produktivitas,” papar Koster.

Selanjutnya Koster mengatakan, bahwa integrasi pembangunan antar sektor infrastruktur ini dilakukan juga dalam perspektif kawasan, baik itu kawasan yang sudah ada atau kawasan ekonomi baru. “Pembangunan-pembangunan infrastruktur yang sudah ada misalnya memerlukan evaluasi mutakhir atau melihat ulang rencana yang sudah ada untuk mengurangi ekses negatif yang ditimbulkan. Proses ini juga bisa berupa improvisasi perbaikan atau memunculkan inovasi baru,” jelasnya.

Sebagai pihak penyelenggara, Koster mengharapkan pada seminar terbatas yang kedua ini, piha-pihak terkait yang hadir dapat memberikan pokok-pokok pikiran pada arah substantif seminar, sesuai dengan tajuknya yakni “Integrasi dan Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah”.

“Dengan adanya seminar ini, kami berharap akan dapat menghasilkan draft evaluasi kebijakan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh pemerintah saat ini, baik kewilayahan maupun tematik/sektoral,” pungkas Koster.

Untuk seminar terbatas bertajuk “Integrasi dan Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah” ini, terdapat dua sesi pembahasan yang masing-masing mengambil pokok masalah yang berbeda namun berkesinambungan. Pada sesi pertama akan membahas mengenai “Kapitalisasi Peluang Pembangunan Infrastruktur Wilayah oleh Pelaku Serta (Stakeholders)”, sedangkan sesi kedua akan mengangkat permasalahan tentang “Konduktor/Akselerator dalam Pengintegrasian dan Penyelarasan Pembangunan Infrastruktur”. Adapun acara seminar akan dimulai sejak pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Ping.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat

Oleh

Fakta News
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh saat memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024). Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.

“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).

Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.

Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.

Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.

Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.

Baca Selengkapnya

BERITA

Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil

Oleh

Fakta News
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily. Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.

“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).

Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.

Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.

“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.

Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.

“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.

Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.

Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar  siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.

“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.

Baca Selengkapnya

BERITA

Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi

Oleh

Fakta News
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024). Foto: DPR RI

Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.

“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).

Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.

“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.

Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.

“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.

Baca Selengkapnya