Gandeng Seniman, Sinode GKI Jawa Timur Gelar Perayaan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia Bertepatan dengan Hari Pantekosta
Surabaya – Dalam rangka Perayaan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia dan bersamaan dengan Hari Pantekosta, Departemen Oikumene dan Kemasyarakatan (Oikmas) Sinode GKI Wilayah Jawa Timur menyelenggarakan acara refleksi dan perayaan dengan menggandeng para seniman, Minggu, 5 Juni 2022.
Pdt. Firmanda Tri Permana, Ketua Dep. Oikmas yang juga menjadi ketua panitia acara menjelaskan bahwa untuk kali ini ia membuat acara yang sedikit beda dengan kebanyakan acara GKI, yakni menggandeng para seniman dan budayawan untuk memberikan warna dan nuansa beda dalam berrefleksi.
“Kegiatan yang digelar di Halaman Gereja GKI KUTISARI, Jl. Kutisari Indah 137 – 139 Surabaya ini terbuka untuk umum sehingga semua warga masyarakat bisa datang menikmatinya.” tutur Pdt. Firmanda Tri Permana.
Pdt. Andri Purnawan, selaku Majelis Pertimbangan Sinode GKI Wilyah Jawa Timur menyatakan bahwa acara Pentas Seni dan Budaya ini Diselenggarakan oleh Departemen Oikumene dan Kemasyarkatan GKI Sinode Wilayah Jawa Timur dengan mengundang dan melibatkan seluruh jemaat dan kawan-kawan lintas iman.
“Kami ingin merayakan hari lingkungan hidup, yang sekaligus bertepatan dengan hari Pentakosta. Konsepnya bagaimana di masa Pentakosta ini, gereja dan seluruh warga masyarakat sipilnya membangkitkan semangat lestari. Bumi yang merupakan anugerah Tuhan, persembahan semesta bagi seluruh kehidupan harus tetap dirawat. Dan Roh Kudus kami hayati sebagai Roh Pembaharuan. Dimana Roh hadir, disitu ada kehdiupan, dimana Roh hadir disitu ada kelestarian. Salam lestari, salam pentakosta,” kata Pdt. Andri.
Pdt. Emiritus Simon Filantropa, Pendeta senior Sinode GKI Wilayah Jatim, dalam sambutannya menyampaikan bahwa ini hari lingkungan, biasanya GKI ngajak anak-anak mengenal lingkungan, main air, kunjungan ke pondok pesantren, semuanya lingkungan.
Saya adalah orang yang tidak setuju kalua hanya peduli lingkungan hidup. Environment itu artinya lingkungan. Bahayanya, apa yang tidak hidup bukan lingkungan, padahal sebenarnya semuanya lingkungan. Semua harus dilestarikan. Mengapa menggandeng seniman dan pakai seni. Karena seni itu juga lingkungan kita, Kebetulan hari ini bertepatan dengan pantekosta,” kata Pdt. Simon.
“Dalam pentakosta, beberapa GKI merayakan dengan warna-warni. Ibadahnya warna-warni, pakai baju Bali, NTT, Abon, Batak, dsb. Ini klop dengan kita. Kami menyuguhkan kepada saudara-saudara. Mendatangkan seniman tidak mudah, sekaligus mengatur seniman juga tidak mudah. Kalau nanti para seniman bisa teratur, woow,, berbahagialah dan kitab isa menikmatinya,” lanjutnya.
“Selamat menikmati, semoga malam ini menggoreskan banyak kenangan dalam perjalanan hidup kita. Mari kita berdoa. Siapapun yang ambil bagian dalam acara ini, Tuhan mengiringi, mendampingi, dan Tuhan menolong, supaya apapun yang ditampilkan menggoreskan banyak kenangan dan menguatkan kami untuk sungguh-sungguh memperjuangkan lingkungan kami, yang lingkungan yang selama ini kepadanya kami berhutang banyak. Terima kasih ya Tuhan. Penyertaan dan pertolongan_sajalah yang mengiringi acara ini. Amin,” tutup Pdt Simon.
Acara ini juga menghadirkan tokoh lintas agama se -Surabaya dan Sidoarjo (yang diistilahkan Pdt Simon sebagai forum beda tapi mesra), yang juga terlibat aktif serta turut menyerahan bibit pohon/tanaman pada generasi muda sebagai penerus bangsa.
Acara juga diisi dengan Perform Seni Budaya, melibatkan puluhan seniman budayawan Jawa Timur, diantaranya: Desemba Sagita Titahelew, yang melukiskan peristiwa penciptaan alam semesta dalam kanvas besar, diiringi performa simultan dari Budi Palopo penggurit Jawa, Arul Lamando musisi Rebab, Victor musisi Saxophone, Heru musisi Violin & Biola, Puguh musisi Arcodion, Arul musisi Didjeridu, Tribroto menari Jawa, LCH musisi Tambur besar / Barongsai, Marthin Bana (gitar) pemandu nyanyi Lestari Alamku, Dion ukulele, serta sejumlah seniman pendukung lainnya.
Silih berganti mereka menampilkan seni yang diampunya, seiring dengan proses melukis cak Desemba hingga selesai dalam durasi satu jam. Setelah pamungkas pagelaran seni yang ditutup dengan menyanyi lagu “Ibu Pertiwi” secara Bersama-sama dari semua seniman pendukung, acara dilanjutkan dengan penyerahan bibit pohon dan juga biji tanaman, dipimpin Pdt. Simon. 13 perwakilan para sesepuh dan senior mulai dari tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat serta gereja, secara bergantian menyerahkan bibit cemara dan biji buah telang kepada generasi muda anak-anak bangsa.
“Ini merupakan simbolisasi bahwa kami orang tua ini telah berhutang banyak pada anak-anak. Bumi ini adalah pinjaman kami dari anak-anak. Kita bersedih kareana alam rusak, tapi jangan terus bersedih. Mari kita merawat alam ini supaya tidak terus rusak. Bibit ini nanti dibawa pulang dan ditanam untuk kelestarian lingkungan.” harap Pdt. Simon.
Acara dilajutkan dengan menyanyikan lagi “Lestari Alamku” oleh semua yang hadir sebagai bentuk pesan moral untuk saling menjaga kelestarian alam yang ada, serta diakhiri dengan Tumpengan Perjamuan Kasih, yang disediakan untuk semua yang hadir, baik penonton, pengisi acara serta semua unsur pendukung lainnya.
Desemba Sagita Titahelew, salah satu penggagas sekaligus sutradara acara menjelaskan bahwa acara ini merupakan salah satu bentuk Teater Rupa, yakni proses kreatif melukis pada giant canvas yang akan menggambarkan proses penciptaan alam semesta hingga pengrusakan alam semesta oleh manusia. Proses ini akan simultan dengan penampilan para penyaji yang lainnya secara bergantian dengan total durasi sekitar satu jam.
Seniman yang juga Ketua FBS (Forum Budaya Surabaya) tersebut mengharapakan dengan acara ini penonton bisa mengikuti alur proses kreatif para seniman tersebut dari awal hingga akhir dan bisa memahami harapan perform tersebut bahwa pada akhirnya diperlukan seruan bersama untuk menyelamatkan alam semesta dengan apa yang bisa dilakukan, walau sekecil apapun kepedulian dan tindakan nyatanya semisal menanam bibit tumbuhan, dsb.
“Manusia telah banyak melakukan perusakan terhadap alam. Sesuatu yang indah, Ketika tangan-tangan itu merusak, maka kekacau-balauan itu terjadi. Ini tidak bisa dilanjutkan. Peruskan itu sesuatu yang tidak baik. Kesadaran untuk menghentikan kerusakan itu harus kita serukan bersama-sama.” harap Cak Desemba.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.