DPR Berperan dalam Pemulihan Ekonomi Melalui Penguatan Tiga Fungsi
Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI Ananta Wahana menilai DPR RI berperan penting dalam pemulihan ekonomi melalui penguatan tiga fungsi kedewanan, yaitu legislasi (legal drafting), anggaran (budgeting), dan pengawasan (controlling). Tiga fungsi tersebut ditujukan untuk mendorong pemerintah agar mengutamakan aspek kesehatan, sehingga pemulihan ekonomi dapat mengikuti pada gilirannya.
“Karena konsep kita itu memang secara kesehatan harus clear. Kalau kesehatan clear dulu, maka pemulihan ekonomi akan mengikuti. Itu konsep yang kita bangun, meskipun kita ini bicara tentang kesehatan dulu, terkadang kita merasa ekonominya tidak gerak tapi itu harus dipahami,” ujar Ananta dalam Acara Forum Komunikasi dan Sosialisasi Kinerja DPR RI berjudul ‘Peran DPR RI dalam Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi’ di Tangerang, Banten, Jumat (18/6/2021).
Dalam hal legislasi, tambah Ananta, DPR RI telah mengesahkan Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19. Bahkan, untuk mendukung penanganan pandemi tersebut, DPR telah menyetujui adanya pelebaran defisit anggaran hingga tahun 2022, semata untuk membantu kinerja pemerintah mengutamakan aspek kesehatan masyarakat.
“Kemudian Komisi VI itu memiliki mitra dengan (Kementerian) BUMN. Kemudian juga dengan (Kementerian) Koperasi, UKM, juga terkait persaingan usaha dan sebagainya. Itu kita sampaikan melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 itu sampai sekarang, kita tiap hari RDP dan Raker itu membahas tentang pemulihan ekonomi,” tambah wakil rakyat dari daerah pemilihan Banten III tersebut.
Dalam kaitannya dengan BUMN, koperasi dan UMKM, Komisi VI DPR RI telah berupaya agar BUMN optimal dalam pengadaan vaksinasi yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk distribusi di masyarakat. Terlebih bagi masyarakat yang terdampak Covid-19, Komisi VI juga telah menyetujui adanya bantuan riil bagi masyarakat dalam bentuk Program BPUM (Bantuan Produktif Usaha Mikro).
“Itu kita dorong agar itu bisa jalan. Meskipun kita dalam kondisi sekarang ini posisinya UMKM itu sudah remuk juga, itu awalnya yang Rp 2,4 juta yang sekarang menjadi Rp 1,2 juta itu pun akhirnya dipakai oleh para pelaku UMKM itu untuk menutupi kebutuhan hidupnya,” ujar politisi PDI-Perjuangan itu.
Dengan adanya dukungan DPR dalam pemulihan ekonomi yang riil di masyarakat tersebut, meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2021 masih minus 0,74 persen, namun Ananta yakin Indonesia mampu pulih kembali dengan mencapai pertumbuhan ekonomi 4 persen di akhir tahun.
“Tetapi kita tidak tahu sekarang ada varian (Covid-19) baru, ada upaya-upaya untuk lockdown dan sebagainya. Ini nanti kita lihat apakah target pemerintah bisa mencapai (pertumbuhan, red) itu atau tidak, tetapi setidaknya mengatasi pandemi ini saya pikir pemerintah sudah on the track, artinya sudah mulai baik,” tutup Ananta.
Hadir pula dalam agenda press gathering ini, Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel, Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar, Deputi Bidang Persidangan Damayanti, Plt Biro Pemberitaan Parlemen Mohammad Djazuli, Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago, serta dihadiri awak media yang tergabung dalam Koordinatoriat Wartawan Parlemen.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.