Din Syamsuddin: Moral dan Etika Harus Jadi Dasar Interaksi Global
Hongkong – “Saat ini dunia tengah menghadapi ketidakpastian global akibat berbagai fenomena yang bersifat transformatif dan disruptif. Menghadapi hal itu, masyarakat dunia perlu mulai mengubah bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. Salah satunya dengan mengedepankan moral dan etika sebagai dasar hubungan dan interaksi tersebut.”
Hal itu disampaikan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Prof. Dr. Din Syamsuddin saat berbicara sebagai salah satu anggota panel diskusi dalam “The World Chinese Economic Summit (WCES) 2017” di Hotel Shangri La, Hong Kong Senin (13/11/2017).
Menjawab pertanyaan dari moderator tentang prospek geopolitik dan geoekonomi ke depan, Din Syamsuddin menyampaikan dirinya optimis bahwa akan terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. “Namun perlu ditekankan hanya dengan mengedepankan moral dan etika dan kekuatan dialog, kerja sama dan kolaborasi yang lebih baik bisa diwujudkan.” katanya.
Prof. Din Syamsuddin juga melihat kebangkitan Tiongkok saat ini bisa mengimbangi “Amerikanisasi” yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir, dan Tiongkok perlu belajar dari sejarah dan tidak mengulangi kesalahan yang sama dari era sebelumnya. “Itu bisa dilakukan dengan menekankan pada nilai-nilai etika, moderatisme dan pendekatan ‘win-win’ dalam kerja sama regional dan internasional,” tegasnya.
Selain Din Syamsuddin, diskusi panel bertema “The New Geopolitics: The Role of China in an Uncertain World” itu juga menampilkan berbagai pakar dan tokoh terkemuka dari berbagai negara antara lain Jonathan Marland (Inggris), Dr. Jonathan Choi (Hong Kong), Clyde Prestowitz (AS), Prof. Dr. Xiang Bing (RRT), Dr. Jin Park (Korsel), Naoki Tanaka (Jepang) dan Steve Howard (Australia).
Pada kesempatan itu para panelis membahas berbagai aspek dan dampak dari perubahan global akibat kemunculan berbagai fenomena transformatif dan disruptif seperti e-commerce, teknologi robot dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), termasuk dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan kebijakan mengarah ke proteksionisme yang diusung Presiden AS Donald Trump.
Pada bagian akhir, para pembicara menyepakati pentingnya dialog lebih intensif untuk membangun kemitraan yang lebih baik “Memang dunia ini semakin rumit, tetapi yang penting adalah bagaimana kita bisa membangun persepsi dan naratif yang walaupun berbeda, tetap bisa saling melengkapi dan berdialog satu sama lain,” kata Ronie Chan, moderator diskusi pada saat menyampaikan kesimpulannya.
WCES 2017 merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh lembaga kajian Asian Strategy and Leadership Institute (ASLI) yang berbasis di Malaysia. Menurut Ketua ASLI Tan Sri Dato’ Dr. Michael Yeoh, kegiatan ini dimaksudkan sebagai ajang pertukaran gagasan dan pengalaman di antara pemimpin pemerintahan dan swasta tentang berbagai permasalahan ekonomi di Asia dan di dunia pada umumnya.
“Tahun ini kami menyelenggarakan WCES di Hong Kong sekaligus untuk memperingati 20 tahun berdirinya Hong Kong SAR dan penandatangan perjanjian perdagangan bebas ASEAN dan Hong Kong di Manila beberapa hari yang lalu” kata Dato’ Yeoh. WCES kali ini, jelasnya, diikuti oleh lebih dari 300 peserta dan pembicara yang berasal dari lebih dari 30 negara.
Pembukaan WCES dihadiri oleh Chief Executive Hong Kong Carrie Lam, Menteri Transportasi Malaysia Dato’ Sri Liow Tiong Lai, Komisioner RRT untuk Hong Kong Xie Feng, dan para pejabat tinggi, ketua asosiasi dan pebisnis terkemuka di Hong Kong. Mendampingi Prof. Din Syamsuddin, Konsul Jenderal RI Hong Kong Tri Tharyat juga berpartisipasi dalam kegiatan yang akan berlangsung selama dua hari tersebut.
Ping.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.