Proyek Jambaran Tiung Biru Diresmikan, Akan Serap 6000 Tenaga Kerja
Bojonegoro – Proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran – Tiung Biru (JTB), Senin (25/9/2017), pelaksanaannya diresmikan, dengan ditandai peletakan batu pertama oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, disaksikan oleh Direktur Pertamina Elia Masa Manik. Serta disaksikan Gubernur Jawa Timur Sukarwo.
Seperti diketahui, Unitisasi lapangan Jambaran-Tiung Biru dimulai setelah pemerintah menyetujui revisi rencana pengembangannya tanggal 17 Agustus 2015 lalu. Menurut revisi tersebut, lapangan ini bisa menghasilkan gas sebesar 227 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan puncak produksi diperkirakan sebesar 315 MMSCFD.
Awalnya, gas Jambaran-Tiung Biru akan dipasok untuk pabrik Pupuk Kujang 1C. Namun, entah kenapa diurungkan. Akhirnya, PLN berencana untuk mengambil gas Jambaran-Tiung Biru yang akan digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-Bali 3 dengan kapasitas 500 Megawatt (MW), dan alternatif pasokan PLTGU Tambak Lorok setelah pasokan dari lapangan Kepodang milik Petronas Carigali Sdn Bhd diperkirakan selesai lebih cepat.
Nah, pada Agustus 2017 lalu, PT PLN (Persero) memastikan membeli pasokan gas dari lapangan Jambaran Tiung Biru di Bojonegara Jawa Timur itu. Perusahaan sudah sepakat membeli gas dari lapangan yang dikelola PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil tersebut senilai 7,6 dolar AS per million british thermal unit (MMBTU).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan, dengan adanya kepastian pembelian gas tersebut, maka sudah dipastikan pengelolaan Blok Jambaran Tiung Biru sudah bisa dimulai.
Dalam rencana pengembangannya, menurut Jonan, harga gas di lapangan unitisasi tersebut dipatok dengan harga US$ 8 per MMBTU dengan eskalasi 2 persen per tahun. Sementara PLN meminta, harga gas maksimal US$ 7 per MMBTU.
“Jadi PLN akan beli gas dari situ di plant gate-nya PLN itu 7,6 dolar AS flat,” kata Jonan di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, awal Agustus 2017 lalu. Rencananya, PLN akan menggunakan gas tersebut sebagai sumber pembangkit listrik di Jawa.
Saat itu, Jonan juga memastikan pihak ExxonMobil tidak akan keluar dan tetap menjalankan proyek meskipun PT Pertamina EP Cepu (PEPC) telah mengakuisisi lapangan Jambaran Tiung Biru itu. ExxonMobil tetap akan bergabung dan bekerja sama dalam pengembangan lapangan tersebut.
Menurut Jonan, investasi yang dilakukan oleh kontraktor asing di Indonesia penuh dengan perhitungan. Kontraktor asing sekelas ExxonMobil, kata Jonan, pastinya sudah mempertimbangkan relolasi aset, prioritas pengembangan lapangan, dan lain-lain. “Jadi jangan dilihat dari kacamata Indonesia semata. Komersial saja, memang investasi Exxon di blok Jambaran itu diakuisisi Pertamina. Tapi prosesnya Exxon berpartisipasi,” ujarnya.
Proyek Jambaran-Tiung Biru ini merupakan unitisasi antara Blok Cepu dengan lapangan Pertamina EP. ExxonMobil dan Pertamina EP Cepu memilki hak kelola 41,4 persen di Lapangan Jambaran-Tiung Biru. Sisanya dimiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebesar 9,2 persen, dan Pertamina EP sebesar 8 persen.
Lapangan Jambaran-Tiung Biru dijadwalkan mulai onstream pada 2020. Rencananya, produksi gas dari lapangan ini mencapai 172 MMSCFD. Pengembangan lapangan ini sempat terkendala oleh harga keekonomian gas yang tinggi, sehingga kesulitan mendapatkan pembeli gas.
Nah kini, setelah ada kepastian pembelinya, Proyek Pembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran – Tiung Biru pun dimulai, per hari ini, Senin (25/92017).
Berdasarkan informasi, kandungan gas lapangan gas JTB ini sebesar 1.965 BCF tidak termasuk gas pengotor (CO2 dan H2S). Di lapangan gas itu, investasi Pertamina sebesar US$ 1.547 juta. Adapun pasokan gas ke plant PLN sebesar 100 MMCFD, dengan harga gas US$ 6,7 per MMBTU flat tanpa eskalasi.
Program Prioritas Presiden Jokowi
Dengan beroperasinya proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi JTB, jelas akan membuka lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung. Pada gilirannya, akan ikut mengurangi angka kemiskinan. Karena itulah, proyek ini menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Proyek pengembangan lapangan gas JTB ini, sebagai bagian dari komitmen Pertamina dalam berkontribusi mendorong perekonomian daerah. Salah satunya, dengan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Lihat saja, pada saat EPC Gas Processing Facilities, proyek akan mempekerjakan 6000 tenaga lokal di Bojonegoro dan sekitarnya.
Sedangkan untuk Early Civil Work (ECW), saat ini terdapat sekitar 200 orang unskill labour. Kini sejalan dengan makin padatnya pengerjaan proyek JTB, kebutuhan tenaga kerja lokal juga akan semakin meningkat.
Sementara untuk memenuhi tenaga kerja profesional, Pertamina telah mengadakan sertifikasi tenaga kerja migas sebanyak 175 orang. 170 orang di antaranya, telah terserap di proyek Banyu Urip. Sertifikasi tenaga ahli migas lainnya, di antaranya sertifikat welding sebanyak 20 orang.
Dalam mengelola lapangan gas JTB, Pertamina juga menunjukkan kepedulian dan tanggungjawab sosialnya kepada masyarakat, melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dalam berbagai program peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya di wilayah terdekat pengembangan JTB.
M Riz
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.