Masa Depan Kecerdasan Buatan: Resiko dan Cara Mencegahnya
Jika Anda percaya pada film fiksi kecerdasan buatan atau lebih dikenal dengan Artificial Inteleigence (AI) dengan kisah pencarian, menghancurkan, dan meluncurkan kiamat, seperti Terminator, Artificial Inteligence, Matrix dll.
Anda mungkin mempertanyakan perkembangan teknologi terus berlanjut. Meskipun banyak ahli tidak mengharapkan AI itu menjadi sangat cerdas atau manusiawi untuk berkembang selama berabad-abad, beberapa meramalkan kedatangannya sebelum tahun 2050 .
Sudah terjadi, para periset telah melakukan terobosan dalam teknologi AI beberapa dekade sebelum perkiraan sebelumnya. Akuisisi Apple terhadap perusahaan AI tahun 1983 IQ Vokal menunjukkan sejauh mana teknologi menjadi bagian dari kehidupan kita.
Teknologi ini dapat memberi manfaat bagi kita dalam meningkatkan akses terhadap informasi, kesehatan, keuangan, dan bantuan, namun juga memiliki risiko tertentu.
Risiko pertama: Konflik
Neil Jacobson, konsultan AI yang telah bekerja untuk Militer AS, GM, dan Ford percaya bahwa teknologi AI dapat menyebabkan ” penyalahgunaan “, dimana perusahaan teknologi besar seperti Google dan Apple meninggalkan negara dan perusahaan lain. bisa membuat perang sangat tidak seimbang, menciptakan satu negara superpower yang mendominasi negara lain.
Jika orang yang salah mendapatkan senjata dengan sistem kecerdasan buatan, mereka bisa menghancurkan musuh mereka. Selain itu, keinginan untuk menyamakan kedudukan dengan senjata AI bisa memulai perlombaan senjata yang mengerikan.
Untuk mencegah hal ini, transparansi sangat penting seiring teknologi terus berkembang. Semakin banyak informasi dapat dibagi antara perusahaan dan negara, semakin kecil kemungkinan mereka akan terasing satu sama lain. CEO Tesla Elan Musk, berusaha keras untuk tetap melakukan penelitian AI di tempat terbuka.
Risiko Kedua: Kepercayaan
AI masih bisa membuat kesalahan, meski sudah di-koding dengan sepengetahuan kita dan tanpa cela. Saat diperlihatkan serangkaian garis kuning dan hitam, AI pada tahun 2015 melihatnya sebagai bus sekolah dan percaya 99% bahwa itu benar. Sangat sedikit ahli AI yang khawatir akan hal itu mengubah “kejahatan” tapi juga memikirkan bagaimana menyelaraskan tujuannya dengan kita dan meningkatkan keakuratannya.
Selain itu, ketika AI mengikuti panduan merancang produk, apakah sudah menciptakan produk yang aman atau hanya mematuhi peraturan? Dalam simulasi skenario perancangan pemupukan, AI mem-bypass perlindungan setelah diberikan agen pelepas penundaan yang akan didapat melalui pemeriksaan.
Dapatkah kita percaya AI yang memiliki kekuatan ketika melakukan satu kesalahan kecil bisa menimbulkan konsekuensi bencana?
Jawabannya sederhana: penelitian yang lebih aman harus dilakukan sebelum peneliti dapat menerapkan teknologi AI dengan cara ini. Pakar tentang manusia harus berhati-hati sekarang, sebelum AI benar-benar menjadi bagian kehidupan kita.
Risiko Ketiga: Pekerjaan
Peningkatan penggunaan AI akan berkontribusi pada hilangnya 5,1 juta pekerjaan di 15 negara terkemuka selama lima tahun ke depan. Lebih dari dua per tiga kerusakan yang berasal dari pekerjaan kantor dan administrasi akan semakin bergantung pada AI untuk peoperasian rutinnya.
Laporan tersebut memperkirakan pengurangan pekerjaan terbesar dalam bidang perawatan kesehatan, energi, dan layanan keuangan, dan negara-negara berkembang diperkirakan akan mengalami pukulan terbesar. Meski mengalami pengurangan, kebutuhan analis data dan pekerjaan khusus kemungkinan besar akan meningkat.
AI juga diharapkan bisa memberi manfaat bagi para peneliti dengan melakukan tugas dasar data scraping , yang mampu dengan cepat mengumpulkan informasi kalau dikerjakan manusia memakan waktu berjam-jam.
Beberapa negara telah melakukan tindakan pencegahan dengan menerapkan program pendapatan dasar, dan gerakan ini terus meningkat. Program ini mendistribusikan pendapatan dengan memberi orang uang saku untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian. Di Amerika Serikat, beberapa perusahaan Silicon Valley juga mengembangkan program pendapatan dasar. Banyak pekerja mungkin harus melatih pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh AI.
Meningkatnya keterlibatan AI dalam kehidupan kita sehari-hari sekarang nampaknya tak terhindarkan. Sementara itu, kita dapat mencegah konsekuensi negatif melalui penelitian, transparansi, dan program sosial yang diperluas.
K.R
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.