Connect with us
DPR RI

Puan Undang Perusahaan Jepang Perbanyak Investasi ke Proyek Strategis Nasional RI

Puan Undang Perusahaan Jepang Perbanyak Investasi ke Proyek Strategis Nasional RI
Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani. Foto : DPR RI

Jakarta – Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani bertemu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Yasutoshi Nishimura, dalam rangkaian kunjungan kerjanya di negeri matahari terbit tersebut. Di hadapan Menteri Nishimura, Puan mengundang perusahaan-perusahaan Jepang untuk semakin banyak berinvestasi ke berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN) Indonesia.

Pertemuan Puan dengan Menteri Nishimura sendiri merupakan kunjungan balasan setelah Menteri Ekonomi Jepang itu disambut di Gedung DPR RI pada awal September tahun lalu. Di awal pertemuan, Puan menyampaikan apresiasi atas hubungan diplomatik Indonesia-Jepang yang sudah berjalan selama 65 tahun.

“Saya sangat senang dapat bertemu kembali dengan Yang Mulia sejak pertemuan terakhir kita di Jakarta pada September tahun 2022. Sebagai Ketua DPR RI, saya selalu memberikan dukungan agar hubungan Indonesia-Jepang semakin erat,” ujar Puan dalam pertemuan yang berlangsung di Imperial Hotel, Tokyo, Jepang pada Rabu (11/10/2023) malam waktu setempat.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Kamis (12/10/2023), Puan lantas berbicara mengenai pentingnya peran Parlemen dalam hubungan diplomatik antar-negara. Hal ini lantaran Parlemen merupakan representasi dari rakyat. Sebagai mitra strategis Indonesia, Puan mengajak Jepang untuk meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi terutama pada akses pasar produk perikanan Indonesia ke Jepang terkait dengan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

“Kerja sama kedua negara telah berlangsung sangat baik dan perlu lebih melibatkan parlemen. Saya mengharapkan juga Jepang memberikan fleksibilitas untuk aturan impor produk perikanan, kopi dan sorbitol. Lalu diberikannya akses lebih besar di Jepang terkait penerimaan tenaga kerja sektor pariwisata,” tutur mantan Menko PMK itu.

Kemudian dalam bidang investasi, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu mengundang Jepang untuk meningkatkan investasi di berbagai PSN Indonesia. Apalagi Jepang merupakan investor terbesar ke dua Indonesia dalam beberapa dekade terakhir.

“Saya turut mengundang investasi Jepang di sektor strategis di Indonesia seperti infrastruktur, energi, transportasi dan industri kendaraan elektrik,” lanjutnya.

Di sisi lain, Puan menyinggung soal diperlukannya penyelesaian tepat waktu proyek-proyek investasi pada pembangunan proyek pembangunan di Indonesia yang mendapat dukungan dari Jepang. Seperti diketahui terdapat beberapa proyek strategis nasional yang mendapat dukungan investor asal Jepang. Seperti proyek MRT Jakarta yang keberhasilan proyek pembangunannya tidak terlepas dari peran Jepang melalui kerja sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) untuk dukungan teknis dan keuangannya.

Lalu, ada proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, di mana JICA juga memberikan pinjaman dana kepada Indonesia dalam proyek yang dibangun melalui 3 tahapan itu. Tahap 1 dibangun pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2021, dan tahap 1- 2 dilaksanakan pada tahun 2022 sampai dengan tahun 2025, kemudian tahap selanjutnya akan dilanjutkan pada tahap 2 dan 3. Puan mengatakan, ketepatan waktu pembangunan dapat menciptakan lingkungan investasi yang sehat.

“Saya juga mengharapkan penyelesaian tepat waktu dari pembangunan infrastruktur strategis yang didukung Jepang yaitu proyek MRT Jakarta, dan pelabuhan Patimban,” harap legislator Dapil Jawa Tengah V itu.

Dengan banyaknya kerja sama Indonesia-Jepang selama 65 tahun, Puan berharap hubungan kedua negara ke depan dapat semakin lebih erat lagi. Terutama pada bidang ekonomi. “Saya mencatat banyak hal yang telah dilakukan dalam rangka kerja sama ekonomi kedua negara. Namun tentunya selalu terdapat ruang untuk meningkatkannya,” tutup Puan.

Pada kesempatan tersebut, Puan didampingi oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris, Anggota Komisi V DPR RI Irine Yusiana Roba Putri dan Sekjen DPR RI Indra Iskandar. Sementara itu Menteri Nishimura didampingi oleh Direktur Jenderal Kebijakan Perdagangan Jepang, Tekehiro Matsuo, Direktur Divisi Asia dan Pasifik Jepang, Mami Fukuchi, Sekretaris Eksekutif Menteri Perekonomian, Perdagangan dan Industri Jepang, Masaki Higurashi dan Wakil Direktur Utama, Divisi Asia dan Pasifik Jepang, Hiroshi Nishimoto.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Target APK Pendidikan Tinggi Tidak Mungkin Tercapai Jika Biaya Kuliah Mahal

Oleh

Fakta News
Target APK Pendidikan Tinggi Tidak Mungkin Tercapai Jika Biaya Kuliah Mahal
Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah saat kunjungan kerja reses di Kota Medan, Sumatera Utara, Senin (06/05/2024). Foto : DPR RI

Medan – Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap mahalnya biaya pendidikan tinggi di perguruan tinggi negeri. Menurutnya, dengan mahalnya biaya pendidikan tinggi itu dapat menghambat pencapaian target pemerintah dalam meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi. Menurut data tahun 2023, APK untuk laki-laki hanya 29,12 persen dan untuk perempuan 33,87 persen, angka yang jauh dari target yang diharapkan.

Konsekuensinya, tambah Ledia, dengan biaya pendidikan yang sangat mahal  itu banyak calon mahasiswa yang terhambat untuk melanjutkan pendidikan. “Dengan mahalnya perguruan tinggi negeri ini, bagaimana mungkin kita bisa mencapai target APK yang lebih baik jika banyak anak-anak kita yang tidak mampu melanjutkan pendidikan karena biaya?” ujar Ledia kepada Parlementaria, di Kota Medan, Sumatera Utara, Senin (06/05/2024).

Diketahui, Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (PT) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang pendidikan Perguruan Tinggi (PT) (tanpa memandang usia penduduk tersebut) dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan Perguruan Tinggi (PT) (umur 19- 23 tahun).

Ledia pun mengkritik sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang berlaku di banyak perguruan tinggi, yang menurutnya masih memberatkan bagi sebagian besar calon mahasiswa. “Ada perguruan tinggi dengan sistem UKT yang sangat tinggi, dan ada pula yang menengah namun tetap mahal, belum lagi adanya uang pangkal yang harus dibayar di awal,” ujar politisi Alumni Master Psikologi Terapan dari Universitas Indonesia ini.

Ledia juga menyoroti perlunya sebuah sistem pendidikan tinggi yang lebih pro kepada masyarakat, terutama bagi warga negara Indonesia yang memiliki kemampuan akademis namun ada keterbatasan ekonomi. “Kita perlu membuat sistem yang lebih baik, yang lebih mendukung anak-anak kita untuk bisa kuliah tanpa dibebani biaya yang tidak mampu mereka tanggung,” ujar Politisi Fraksi PKS ini.

Lebih lanjut, Ledia menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus diakses oleh semua lapisan masyarakat. “Kita membuat kampus itu mandiri, namun bukan berarti kita bisa mengabaikan warga negara Indonesia, terutama anak-anak muda kita yang sebenarnya punya kemampuan dalam akademisnya tapi tidak dalam ekonominya,” ujarnya.

Kebijakan saat ini, menurut Ledia, harus segera dibahas dan diperbaiki, dengan keterlibatan langsung dari kampus-kampus dan pemerintah untuk mencari solusi yang efektif. “Perlu ada diskusi serius antara pemerintah dengan perguruan tinggi untuk menata ulang sistem pendanaan pendidikan tinggi di negara kita,” tutur Ledia.

Dalam mencari solusi, Ledia juga menyarankan agar perguruan tinggi negeri bisa terhubung lebih baik dengan program beasiswa dan bantuan finansial lainnya yang bisa membantu meringankan beban mahasiswa. “Harus ada lebih banyak opsi beasiswa dan bantuan finansial yang dapat diakses oleh mahasiswa yang membutuhkan,” ucap Ledia.

Ledia berharap bahwa dengan perbaikan sistem yang lebih inklusif dan mendukung, Indonesia bisa mencapai tujuan menjadi negara dengan sumber daya manusia yang unggul pada 2045. “Ini semua tentang membangun fondasi yang kuat untuk pendidikan tinggi di Indonesia, memastikan semua anak berhak dan mampu mendapatkan pendidikan yang layak,” pungkasnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Geramnya Komisi II terhadap Biaya PBB yang Membengkak Akibat Sertifikat Tanah

Oleh

Fakta News
Geramnya Komisi II terhadap Biaya PBB yang Membengkak Akibat Sertifikat Tanah
Anggota Komisi II DPR RI Rosiyati MH Thamrin saat Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi II ke Maros, Sulawesi Selatan, Senin (06/05/2024). Foto : DPR RI

Maros – Anggota Komisi II DPR RI Rosiyati MH Thamrin mengecam kebijakan terkait sertifikat tanah yang merugikan masyarakat. Dalam pernyataannya, ia menyampaikan keprihatinannya terhadap biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang melonjak drastis setelah penerbitan sertifikat tanah.

“Sangat disayangkan melihat betapa besarnya biaya PBB yang harus ditanggung masyarakat setelah memiliki sertifikat tanah. Hal ini menjadi hambatan besar bagi petani dan pengguna lahan lainnya untuk mendaftarkan tanah mereka,” ujar Rosiyati MH Thamrin saat Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi II ke Maros, Sulawesi Selatan, Senin (06/05/2024).

Menurutnya, masyarakat enggan membuat sertifikat tanah karena adanya komponen biaya PBB yang meningkat secara signifikan setelah kepemilikan tanah tersebut bersertifikat. Hal ini berdampak negatif terutama bagi para petani dan pengguna lahan lainnya yang mayoritas hidup dengan penghasilan terbatas.

Rosiayati pun menyerukan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah dan Dinas Pajak untuk meninjau ulang kebijakan terkait tarif PBB. “Saya berharap agar Dinas Pajak dapat mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat yang terdampak dan menyesuaikan tarif PBB dengan lebih adil,” tambahnya.

Kemudian, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu juga menegaskan bahwa pembenahan terhadap kebijakan tersebut penting dilakukan agar masyarakat merasa lebih terbantu dan terjamin hak-haknya atas tanah yang mereka miliki.

“Pemerintah harus fokus pada upaya mempermudah akses masyarakat terhadap kepemilikan tanah dengan biaya yang terjangkau, sehingga tidak menghambat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat,” tutupnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

PON XXI Sebentar Lagi, Pembangunan Venue Ternyata Belum Tuntas!

Oleh

Fakta News
PON XXI Sebentar Lagi, Pembangunan Venue Ternyata Belum Tuntas!
Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah saat mengikuti Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi X DPR RI, di Kota Medan Sumatera Utara, Senin (06/05/2024). Foto: DPR RI

Medan – Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah mengungkapkan, kekhawatirannya terkait kesiapan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang dijadwalkan pada September 2024 di Aceh dan Sumatera Utara. Ledia menyatakan bahwa meskipun pemerintah daerah telah berkomitmen dengan mengalokasikan dana besar, masih terdapat kekurangan yang perlu ditangani oleh pemerintah pusat.

“Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan anggaran sekitar Rp2,1 triliun, dan belum lagi dari Pemerintah Kabupaten/Kota dari APBD untuk pembangunan venue dan lain-lain. Namun, ada beberapa hal penting yang masih harus di-cover oleh pemerintah pusat,” ujar Ledia, Medan, Sumatera Utara, Senin (6/5/2024).

Menurutnya, masih ada kebutuhan dana tambahan untuk menyelesaikan infrastruktur yang belum rampung. “Persoalnnya ada hal yang harus dicover oleh pemerintah pusat, apakah itu bisa selesai atau enggak. Kita belum tahu sampai sekarang pemerintah daerah juga enggak bisa apa-apa, itu sangat tergantung dari pusat,” ujarnya.

Ledia juga menyampaikan bahwa Komisi X DPR RI telah mengusulkan agar penundaan PON hingga awal tahun 2025 untuk memastikan semua persiapan bisa tuntas. “Beberapa dari kami sudah mengusulkan untuk ditunda sampai Januari atau Februari 2025 sehingga penyelenggaraannya bisa berjalan dengan baik dan tidak terburu-buru,” tegas Ledia.

Selain itu, Ledia menekankan bahwa ada kesamaan situasi dengan PON sebelumnya di Papua, yang juga harus diundur karena pandemi COVID-19. “Situasinya serupa dengan apa yang terjadi di Papua. Jika memang belum siap, jangan dipaksakan,” tegasnya.

Ledia juga berharap dengan waktu yang masih ada, bisa di optimalkan dengan baik. “Harapan nanti penyelenggarannya bisa berjalan dengan baik, karena ini baru pertama kali diselenggarakan di dua  provinsi, belum lagi setelah itu ada peparnas untuk disabilitas. Nah jadi memang harusnya lebih matang, kalau memang belum siap jangan dipaksakan,” ungkap Ledia.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah berkomitmen untuk juga menggunakan venue yang sudah ada dengan memperbaikinya. Namun, Ledia menyatakan, “Sekarang ini yang ditunggu adalah dukungan anggaran dari pemerintah pusat, bisa atau tidak,” ungkapnya.

Ditambah lagi, menurut Ledia, “Telah dianggarkan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga sebanyak Rp300 miliar untuk biaya operasional seperti pembayaran wasit dan juri, namun untuk infrastruktur, kecepatan penyelesaian dari pemerintah pusat masih menjadi tanda tanya”.

Kekhawatiran terus mengemuka seiring dengan mendekatnya waktu pelaksanaan PON XXI, dengan banyak pihak berharap agar pemerintah pusat dapat segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan persiapan yang masih tertunda.

Baca Selengkapnya