BPS: Oktober, Impor Naik, Kinerja Ekspor pun Naik
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa impor Indonesia pada Oktober 2017 mengalami kenaikan sebesar 11,04 persen menjadi 14,19 miliar dolar Amerika Serikat (AS), dari bulan sebelumnya sebesar 12,78 miliar dolar AS. Di bulan yang sama, peningkatan juga terjadi di sektor impor migas sebesar 13,96 persen atau menjadi 2,20 miliar dolar AS. Sedangkan untuk sektor nonmigas naik menjadi 11,99 miliar dolar AS atau 10,52 persen dibanding bulang sebelumnya.
“Kenaikan cukup tinggi, didukung oleh impor migas dan nonmigas. Pada November-Desember biasanya agak meningkat, polanya sejalan dengan ekspor,” kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Rabu (15/11).
Untuk peningkatan impor nonmigas terbesar di Oktober (dibanding September) adalah golongan besi dan baja sebesar 182,9 juta atau 28,68 persen. Sedangkan penurunan terbesar adalah golongan bahan bakar mineral sebesar 57,0 juta dolar AS atau 52,10 persen.
Selain itu, BPS mencatat struktur impor menurut penggunaan barang terdiri dari impor bahan baku atau penolong mencapai 75,89 persen, barang modal 15,29 persen dan barang konsumsi sebesar 8,82 persen dari total ekspor.
Bila dikumulatifkan, periode Januari-Oktober 2017 total impor Indonesia mancapai 126,67 miliar dolar AS, atau mengalami kenaikan sebesar 14,95 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 110,20 miliar dolar AS.
Sementara untuk negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Oktober 2017 ditempati oleh Cina dengan nilai 27,98 miliar dolar AS atau 26,12 persen, Jepang 12,37 miliar dolar AS atau 11,55 persen, diikuti Thailand 7,64 miliar dolar AS atau 7,13 persen. Sedangkan impor nonmigas dari ASEAN dengan share 20,50 persen, sementara dari Uni Eropa 9,34 persen.
Kenaikan Kinerja Ekspor
Kenaikan juga tercatat di kinerja ekspor pada Oktober 2017 yang sebesar 3,62 persen, dari bulan sebelumnya total ekspor sebesar 14,55 miliar dolar AS menjadi 15,09 miliar dolar AS.
Suhariyanto mengatakan kenaikan ekspor tersebut disebabkan adanya peningkatan ekspor nonmigas sebesar 4,22 persen, dari 13,12 miliar dolar AS menjadi 13,67 miliar dolar AS. Walaupun ekspor migas turun 1,86 persen dari 1,43 miliar dolar AS menjadi 1,41 miliar dolar AS.
“Struktur ekspor tidak banyak berubah, ekspor nonmigas menyumbang 90,64 persen dari total ekspor Oktober 2017,” katanya menambahkan.
Adapun peningkatan terbesar ekspor nonmigas Oktober 2017 terhadap September 2017 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar 120,1 juta dolar AS atau 34,56 persen. Kemudian untuk penurunan terbesarnya terjadi pada perhiasan atau permata sebesar 131,3 juta dolar AS atau 22,74 persen.
Ekspor nonmigas Oktober 2017 terbesar adalah ke Cina, yaitu mencapai 2,34 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat 1,39 miliar dolar AS dan Jepang 1,29 miliar dolar AS, dengan kontribusi ketiganya mencapai 36,74 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa atau 28 negara sebesar 1,43 miliar dolar AS.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2017 mencapai 138,46 miliar dolar AS atau meningkat 17,49 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas mencapai 125,58 miliar dolar AS atau meningkat 17,26 persen.
Novianto
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.