Connect with us

Premium Menurun, Konsumsi Pertalite dan Pertamax Melonjak

Idul Fitri 2018
Ilustrasi penjualan BBM di SPBUIstimewa

Jakarta – Tingkat kesadaran masyarakat untuk memilih menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan rupanya mulai bertumbuh. Hal ini terlihat dari meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Pertamax belakangan ini.

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, konsumsi Pertalite meningkat pesat hingga 363 persen. Sementara Pertamax sudah melesat melebihi setengahnya, naik 53,7 persen. Kenaikan cukup signifikan ini terjadi di tujuh bulan pertama tahun ini.

Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito, memaparkan bahwa penjualan Pertalite dari Januari hingga Juli tahun ini tercatat 7,63 juta kilo liter (kl) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,64 juta kl. Sedangkan untuk Pertamax, penjualannya tercatat 3,34 juta kl, dengan perbandingan tahun lalu sebesar 2,17 juta kl.

Adiatman pun mengiyakan bahwa salah satu penyebab meningkatnya permintaan tersebut adalah karena sudah sadarnya masyarakat untuk mulai meninggalkan premium. Baik Pertalite maupun Pertamax seperti diketahui memiliki kadar oktan di atas 90, lebih baik dibanding Premium yang masih di angka 80.

“Berdasarkan data-data volume penjualan dan pergeseran konsumsi BBM tersebut menunjukkan kesadaran konsumen akan BBM yang berkualitas tinggi dan lebih ramah lingkungan makin meningkat,” lanjut Adiatma, melalui siaran pers Selasa (22/8).

Ia pun tak menampik bahwa tren peningkatan ini turut mengurangi penjualan Premium. Walaupun persentase secara total dari penjualan BBM, Premium masih mencatat 41,6 persen dari Januari hingga Juli. Namun persentase ini pun turun signifikan lantaran tahun lalu porsi penjualan Premium dari total penjualan BBM masih berada di 79,6 persen.

Sementara untuk Pertalite dan Pertamax, masing-masing porsinya sudah mencapai 40,6 persen dan 17,8 persen dari total penjualan BBM. Ini meningkat sangat drastis mengingat tahun lalu Pertalite masih di angka 9 persen dan Pertamaxhanya 11,4 persen.

“Semakin tingginya penjualan BBM berkualitas tinggi ini mengindikasikan tahapan yang sudah dijalankan Pertamina sejauh ini on the track,” imbuhnya.

Direktur Pemasaran Pertamina Mochammad Iskandar melihat perubahan pola konsumsi ini tak hanya terjadi karena faktor kesadaran masyarakat. Menurutnya, banyaknya pabrikan mobil yang sudah beralih menggunakan mesin yang ramah lingkungan juga menjadi faktor penyebabnya. Apalagi saat ini penjualan mobil Low Cost Green Car (LCGC) terbilang kian merajai pasar.

Meminjam data Gabungan Industri Kendraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan LCGC dari Januari hingga Juli tercatat 141.501 unit, atau 22,86 persen dari total penjualan mobil sebesar 618.808 unit.

“Banyak pelanggan kami yang minta BBM kualitas tinggi dan tidak mau lagi balik menggunakan Premium,” ujar Iskandar.

Juga Terjadi di Diesel
Pergantian tren tak hanya di penjualan bensin, tapi juga mulai terlihat di diesel. Saat ini porsi solar hanya 96,8 persen dari total penjualan diesel dari Januari hingga Juli tahun ini. Itu berarti turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 98,9 persen.

Adiatman menerangkan bahwa penjualan Solar saat ini mulai tergerus oleh Pertamina Dex dan Dexlite yang mencatat 1,2 persen dan 2 persen dari total penjualan diesel.

“Persentase kenaikan Dexlite pada periode Januari-Juli 2017 dibandingkan dengan periode yang sama 2016 hampir mencapai 1000 persen, sedangkan Pertamina Dex tumbuh 57,6 persen,” terang Adiatma.

W. Novianto

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Wacana Kenaikan Tarif KRL Ancam Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Oleh

Fakta News
Wacana Kenaikan Tarif KRL Ancam Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Anggota Komisi V DPR RI Toriq Hidayat. Foto: DPR RI

Jakarta – Wacana kenaikan tarif Commuter Line oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan menempatkan masyarakat Jabodetabek pada tantangan baru yang mengancam kesejahteraan ekonomi mereka. Hal tersebut pun lantas menuai sorotan dari Anggota Komisi V DPR RI Toriq Hidayat.

“Kenaikan tarif KRL Jabodetabek akan memberikan dampak yang signifikan. Terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR). Kenaikan tarif bisa memperberat beban ekonomi mereka. Dan Ini juga dapat mengakibatkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang lebih besar,” ujar Toriq dalam siaran pers yang diterima Parlementaria, Senin (29/4/2024).

Politisi Fraksi PKS tersebut menegaskan bahwa kenaikan tarif tidak sejalan dengan kondisi ekonomi masyarakat, terutama masa pasca pandemi dan ketidakpastian ekonomi yang menyertainya. Dalam beberapa bulan terakhir, harga-harga bahan pokok terus melonjak secara dramatis.

“Kami tahu betul paska pandemi masyarakat terpaksa mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kenaikan tarif hanya akan menambah beban ekonomi mereka. Terutama mereka yang bergantung pada angkutan publik ini setiap hari,” tandasnya.

Terkait hal itu, Toriq menegaskan akan berupaya keras menyerukan kepada Kementerian Perhubungan selaku regulator agar mendengarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Serta, kemudian meninjau kembali rencana kenaikan tarif ini dan mencari solusi yang lebih adil dan berkelanjutan.

“Kami akan terus memantau perkembangan situasi ini. Dan memastikan bahwa keputusan terkait tarif transportasi publik nantinya harus ada partisipasi aktif dari publik dan memperhitungkan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh” tutup Toriq.

Sebagaimana diketahui, PT KAI Commuter (KCI) telah mengusulkan kenaikan tarif KRL Jabodetabek yang belum berubah sejak 2016. Saat ini usulan tersebut masih dibahas Pemerintah. Direktur Operasi dan Pemasaran KCI Broer Rizal mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan Pemerintah untuk menaikkan tarif KRL Jabodetabek.

Pasalnya, ketentuan tarif KRL Jabodetabek merupakan kewenangan Kemenhub selaku regulator. “Itu kebijakan dari Pemerintah ya. Kalau kami hanya eksekutor untuk melaksanakan apa yang menjadi keputusan Pemerintah. Usulan dan pembahasannya sudah dilakukan di Kemenhub,” ujarnya saat konferensi pers Angkutan Lebaran 2024 di Jakarta, Selasa lalu (24/4).

Baca Selengkapnya

BERITA

Sukamta: Kota Yogya Perlu Siapkan Peta Jalan Penanganan Sampah Jangka Panjang

Oleh

Fakta News
Sukamta: Kota Yogya Perlu Siapkan Peta Jalan Penanganan Sampah Jangka Panjang
Anggota DPR RI Sukamta. Foto: DPR RI

Jakarta – Anggota DPR RI dari Dapil Provinsi DIY Sukamta menilai Kota Yogyakarta perlu menyiapkan peta jalan (roadmap) untuk penanganan sampah jangka panjang yang menyangkut peningkatkan kasadaran masyarakat. Edukasi secara terus menerus harus dilakukan baik di sekolah, rumah tangga, dan masyarakat.

Tak hanya itu peraturan yang kuat untuk pengurangan sampah juga sangat dibutuhkan. Sukamta mencontohkan perlunya kebijakan kantong plastik berbayar atau larangan penggunaaan kantong belanja plastik sekali pakai. Adapun jangka pendeknya saat ini bisa dengan optimalisasi penampungan di TPST Piyungan.

“Kalau saya dengar, TPST ini kalau ada alat dan SDM yang memamadai masih bisa dimanfaatkan secara optimal untuk sementara waktu hingga 200-300 ton per hari. Pemkot bisa komunikasikan hal ini dengan Pemda DIY. Rencana optimalisasi 3 TPS 3R di Nitikan, Karangmiri dan Kranon bisa segera direalisasi, meski daya tampung 3 TPS ini masih terbatas,” kata Sukamta sebagaimana keterangan kepada media, di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Di sisi lain, Politisi Fraksi PKS ini, menilai di level provinsi, di area perkotaan saat ini masih sering ditemukan sampah di jalan maupun tempat penampungan yang penuh. Menurutnya, Pemerintah perlu memberikan honor kepada para petugas pengambil sampah sebagai salah satu upaya mencegah buang sampah sembarangan.

“Menurut kami perlu ada stimulan atau honor untuk para petugas pengambil sampah rumah tangga, di level RT, RW dan kampung. Ini supaya masyarakat tidak buang sembarangan,” kata Anggota Komisi I DPR RI tersebut.

Sukamta meyakini dengan adanya dana stimulan atau honor tersebut maka para petugas pengambil sampah akan menjalankan tugasnya dengan baik khususnya pengambilan sampah dengan sistem terpilah. “Selama ini warga sudah diminta memilah, akan tetapi (saat) di  (tempat) pembuangan dicampur lagi. Ini perlu jadi perhatian, sehingga perlu ada petugas khusus memilah,” ujarnya.

Sukamta menegaskan dirinya banyak mendapatkan aspirasi dari masyarakat terkait penanganan sampah di Jogja. Hal ini kembali mencuat setelah rencana penutupan TPST secara permanen, sehingga banyak ditemukan sampah di pinggir jalan, salah satunya di perbatasan antara Kota Jogja dengan Bantul atau sebelah utara Gembira Loka.

Baca Selengkapnya

BERITA

Pemerintah Perlu Lakukan Dialog Multilateral Redam Konflik di Timur Tengah

Oleh

Fakta News
Pemerintah Perlu Lakukan Dialog Multilateral Redam Konflik di Timur Tengah
Anggota Komisi I DPR RI Helmy Faishal Zaini. Foto: DPR RI

Jakarta – Anggota Komisi I DPR RI Helmy Faishal Zaini meminta pemerintah melakukan upaya untuk meredam konflik yang ada di Timur Tengah, salah satu caranya melalui jalur diplomasi.

“Pemerintah perlu mengambil pendekatan diplomasi yang kuat dengan mempromosikan perdamaian dan menekankan pentingnya dialog multilateral,” kata Anggota Komisi I DPR RI Helmy Faishal Zaini dalam keterangan kepada media, di Jakarta, Sabtu (27/4/2024).

Menurut Helmy, konflik tersebut harus diredam lantaran dampaknya sangat berpengaruh ke Indonesia, salah satunya dari segi perekonomian. “Stabilitas perekonomian Indonesia bisa terganggu lantaran terjadi fluktuasi harga minyak dan gangguan dari segi perdagangan,” ujar Politisi Fraksi PKB ini.

Jika kondisi ini dibiarkan, dia meyakini masyarakat akan merasakan dampak langsung lantaran tercekik harga kebutuhan pokok yang melambung. “Dengan memperkuat kerja sama internasional, meningkatkan keamanan domestik, dan memperkuat resiliensi ekonomi, Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari konflik di Timur Tengah,” kata Helmy.

Senada, Anggota Komisi I DPR RI Muhamad Farhan menjelaskan dampak dari konflik di Timur Tengah yang harus diwaspadai Indonesia.

Beberapa di antaranya terhambatnya impor minyak mentah dan bahan pangan dasar seperti beras, kedelai, dan gandum, jika perairan Teluk Persia, Hormuz dan Suez terganggu akibat dampak konflik itu. “Sebab akan mempengaruhi arus masuk kebutuhan pokok, akibatnya harga akan naik dan inflasi tinggi,” kata Farhan.

Maka dari itu, kata dia, Indonesia juga perlu melakukan antisipasi dengan mengeluarkan kebijakan ekonomi guna menghindari harga pangan yang tinggi.

Di tengah agresi Israel ke Jalur Gaza yang terus berlangsung sejak 7 Oktober 2023, kata Farhan, kawasan Timur Tengah semakin memanas akibat eskalasi perseteruan antara Iran dan Israel.

Permusuhan terbaru antara kedua musuh bebuyutan tersebut dipicu serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April lalu.

Iran menuding Israel bertanggung jawab atas serangan fatal terhadap fasilitas diplomatiknya yang menewaskan sedikitnya tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran, termasuk dua jenderal penting.

Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan pesawat nirawak ke Israel pada 13 April. Israel mengklaim serangan itu berhasil digagalkan dan hanya menyebabkan kerusakan ringan pada sebuah pangkalan militernya.

Baca Selengkapnya