Megawati Ungkap Presiden Korsel Ingin Dirinya Jadi Utusan Khusus untuk Korea Utara
Seoul – Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri mengungkapkan Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Seok-yeol meminta dirinya menjadi utusan khusus (special envoy) untuk Korea Utara (Korut). Bahkan tak hanya Yoon Seok-yeol, empat orang Presiden Korsel sebelumnya juga mengiginkan hal yang sama.
Menurut Megawati, dirinya memahami sebab sebagai suatu bangsa tentunya ingin menjadi satu. Dan, lanjutnya, harapan bersatunya kembali kedua Korea bukan hanya dari kalangan pimpinan di Korsel dan Korut namun juga keinginan seluruh rakyat dan bangsa Korea.
“Saya sangat mengerti bahwa undangan itu sebenarnya saya dikenal di sini dan bertemu dengan 4 orang presiden dan dengan ini yang ke-5, dan selalu 5 presiden itu menginginkan saya sebagai special envoy untuk ke Korut. Yang maksudnya seperti tadi yang saya katakan pidato saya bahwa tentunya suatu bangsa itu ingin menjadi satu. Dan itu merupakan sebuah harapan bukan hanya dari kalangan pimpinan di Korsel dan Korut, tetapi saya sangat yakin itu juga keinginan dari seluruh rakyat dan bangsa Korea,” ujarnya saat diwawancara di sela-sela penganugerahan gelar Profesor Kehormatan dari Seoul Institute of the Arts (SIA) Korea Selatan pada Rabu (11/5). Saksikan di channel youtube PDI Perjuangan
Ketua Umum PDI Perjuangan ini juga menekankan bahwa pembicaraan perdamaian Korea tidak bisa diintervensi oleh bangsa lain atau pihak asing, siapapun itu. Megawati mengilustrasikan ibarat sebuah rumah maka permasalahan di dalamnya tidak baik jika dicampuri oleh orang luar atau tetangganya.
Sebab, lanjutnya, apapun perselisihan akibat perbedaan di dalam rumah tersebut pasti dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
“Menurut saya, karena sudah menjadi sebuah bangsa, seperti kita kalau mempunyai rumah, tentunya kalau kita ada perbedaan dapat diselesaikan secara kekeluargaan kita sendiri. Sehingga menurut saya kurang begitu baik yang namanya tetangga ikut serta juga untuk melakukan hal tersebut,” ungkapnya.
Terkait pelantikan Presiden baru Korsel Yoon Seok-yeol, Megawati mengatakan sangat bersyukur mendapatkan kehormatan bisa menghadiri inagurasi dari Presiden Yoon, presiden Korsel ke-20.
“Alhamdulillaah… Tentu saja bagi saya merupakan sebuah kehormatan bagi bangsa Indonesia yang telah lama menjalin persahabatan antara Indonesia dan Korsel,” ujarnya menandaskan.
Seperti diketahui, sebelumnya pada Rabu (11/5) pagi waktu setempat, Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol melakukan pertemuan dengan Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri, di Istana Kepresidenan Korea di Kota Seoul.
Megawati hadir di Istana Kepresidenan Korsel setelah pada Selasa (10/11) mengikuti prosesi pelantikan Yoon Seok-yeol sebagai presiden yang baru menggantikan Moon Jae In.
Megawati didampingi oleh Dubes RI di Korsel Gandi Sulistyanto, Bendahara Umum DPP PDI Perjuangan Olly Dondokambey, Ketua DPP PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri, dan Direktur Hubungan Luar Negeri DPP PDI Perjuangan Hanjaya Setiawan.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.