Kunjungi Aceh, Menpora Amali Serap Aspirasi Kesiapan Aceh Jadi Tuan Rumah PON 2024
Banda Aceh – Menpora Amali mendampingi Komisi X DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Faqih yang melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke Provinsi Aceh, Rabu (23/2) siang. Kunker di masa reses ini guna menyerap aspirasi dan khusus yang terkait Kemenpora adalah kesiapan Aceh sebagai tuan rumah PON XXI dan Peparnas XVII tahun 2024 mendatang bersama Sumatera Utara.
“Saya hari ini mendampingi kunjungan kerja Komisi X ya dalam rangka reses ke Provinsi Aceh. Saya kira ini bagus sekaligus saya mendapatkan informasi langsung dari Pemerintah Aceh terkait kondisi dan situasi Aceh khususnya terkait tugas dan fungsi Kementerian Pemuda dan Olahraga,” kata Menpora Amali usai Raker di Gedung Serbaguna Setda Aceh.
“Saya berterima kasih penerimaan Pak Gubernur dan masyarakat Aceh kepada kami dan tentu kepada Komisi X Pak Fikri dan Bu Illiza (Anggota Komisi X dari dapil Aceh) yang telah mengajak saya kunker,” tambahnya.
Yang paling ditekankan adalah konsentrasi Aceh yang akan menjadi tuan rumah pertama kali penyelenggaraan PON bersama Sumut. Karena pionir tentu harus banyak yang dipersiapkan, apalagi tahun 2024 sudah semakin dekat dan konsentrasi akan banyak terpecah seperti adanya Pilpres, Pileg, dan Pilkada serentak.
“Dan apa yang sudah disampaikan saya kira menjadi catatan kami, apalagi Aceh akan menjadi penyelenggara PON ke-21 tahun 2024 yang akan datang, waktunya sangat pendek ini harus dipersiapkan dengan matang supaya acara sukses. Ini menjadi sejarah pertama penyelenggaraan tuan rumah bersama, harus sejak di awal dan ketetapan hati secara bersama,” pesannya.
Diingatkan kembali, euforia penyelenggaraan biasanya sangat gegap gempita, semangat luar biasa sehingga terlena pasca kegiatan. Terutama infrastruktur menjadi banyak terbengkalai karena tidak terencana dengan baik.
“Pasca PON juga bagus buat masyarakat Aceh. Infrastruktur seperti venue harus bisa setelahnya dimanfaatkan terus untuk pembinaan olahraga. Perencanaan pembangunan harus terintegrasi sehingga biaya pemeliharaan nantinya tidak memberatkan daerah. Banyak contoh venue yang mangkrak setelah PON, itu tidak boleh terjadi lagi,” tegasnya.
Untuk memastikan langkah lebih lanjut akan diadakan pertemuan dengan Pemprov Aceh, Sumut, KONI Pusat, dan KONI Daerah, serta mendorong kementerian terkait untuk mendukung kesuksesan pagelaran multi even tersebut.
“Besok saya akan rapat dengan Pak Pak Gubernur Aceh dan Pak Gubernur Sumatera Utara, dengan KONI Pusat dan KONI Daerah, akan kita bicarakan seperti apa, yang perlu dan penting adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga akan mendorong kementerian lain untuk memberikan perhatian terkait penyelenggaraan PON sebagaimana yang dilakukan seperti di Papua pada penyelenggaraan PON sebelumnya,” tutupnya.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.