Menko PMK Apresiasi para Penggerak Filantropi Tanah Air
Jakarta – Dengan segala kerendahan hati, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menuturkan apresiasi atas segala pengorbanan dan kedermawanan para penggerak filantropi di Tanah Air. Hal itu ia sampaikan langsung di hadapan pejuang kemanusiaan yang mendapatkan penghargaan Humanity Awards saat Kongres Kemanusiaan Indonesia di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (15/12).
“Sejujurnya saya hampir meneteskan air mata membaca ini (penghargaan Humanity Awards). Saya merasakan betapa mereka telah berkorban dengan luar biasa untuk kemanusiaan, terutama saat-saat kita menghadapi Covid-19, jatuh bangun tunggang-langgang di lapangan,” ujarnya ketika memberikan sambutan dalam kegiatan yang diselenggarakan Humanity Initiative tersebut.
Adapun, pemberian penghargaan Humanity Awards diberikan kepada para filantropi yang dibagi dalam 8 (delapan) kategori. Berdasarkan laporan dari dewan juri yang terdiri dari para pakar di masing-masing bidang, dari sekian banyak para penggerak filantropi, para penerima penghargaan termasuk yang memiliki pengaruh besar dalam setiap bidangnya.
Para penerima penghargaan tersebut, yaitu Oxygen for Indonesia (kategori kontribusi kemanusiaan dalam respon Covid-19), Sugeng Handoko, Pemuda Penggerak Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta (katergori kontribusi kemanusiaan dalam sektor pembangunan), Nurlina, Pejuang Hak Nelayan Perempuan (kategiori aktor kemanusiaan lokal), Ahmad Bayu Gawtama, Pendiri Sekolah Relawan (kategori kontribusi kerelawanan dalam bidang kemanusiaan), Toha Jusuf Hamka, Pengusaha Muslim Tionghoa-Indonesia (kategori pahlawan kedermawanan), Warga Bantu Warga (kategori aktor pelaksana gotong-royong), Dr. Surono, mantan Kapus Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (kategori lifetime achievement award), dan Alm. Melina Margaretha (kategori Posthumous).
Muhadjir mengakui bahwa peranan para penggerak filantropi begitu berharga dan nyata bagi kemanusiaan. Menurutnya, seseorang yang memiliki rasa empati dan jiwa kemanusiaan adalah sebenar-benarnya manusia yang telah selesai dalam mencapai tahap tertinggi dalam kepribadiannya.
“Puncak tertinggi dalam kepribadian seseorang adalah ketika dia mengutamakan jiwa kemanusiaan. Saya senang sekali ketika begitu banyak orang yang hidupnya di tengah-tengah settingan, ternyata masih ada begitu banyak juga manusia-manusia yang punya jiwa filantropi, punya jiwa empati, dan altruis untuk kemanusiaan di Indonesia ini,” katanya.
“Atas dasar itulah saya harus jujur mengakui merekalah yang punya peran besar di dalam penanganan setiap wabah, setiap bencana yang ada di Indonesia, termasuk Covid-19,” sambung Muhadjir.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu lebih lanjut menjelaskan ada lima elemen dalam penanganan kebencanaan termasuk Covid-19. Antara lain yaitu pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, organisasi sosial kemasyarakatan, dan media massa.
Peran dari para penggerak filantropi, baik yang ada di sektor swasta, organisasi sosial kemasyarakatan, maupun individu telah membuktikan bahwa Indonesia memang layak mendapat pengakuan sebagai negara nomor satu dengan tingkat kedermawanan tertinggi di dunia.
Kongres Kemanusiaan Indonesia
Pada kesempatan tersebut, Menko PMK berharap kegiatan Kongres Kemanusiaan Indonesia yang digelar perdana dalam rangka 22 tahun Human Initiative itu bisa menjadi tonggak sejarah untuk dapat lebih membangkitkan semangat filantropi dalam diri setiap masyarakat Indonesia untuk membantu sesama.
“Mudah-mudahan kegiatan ini bisa meningkatkan semangat filantropi dan menjadikan gerakan kemanusiaan sebagai arus utama di Indonesia,” tegasnya.
Ia menyebut bahwa menjadikan gerakan kemanusiaan sebagai arus utama di Indonesia sangatlah penting. Mengingat, Indonesia merupakan negara dengan potensi kebencanaan yang sangat tinggi lantaran berada di lingkaran api atau ring of fire.
Di lain sisi, Muhadjir juga meminta kepada para penggerak filantropi khususnya yang mengikuti Kongres Kemanusiaan Indonesia tersebut untuk dapat memberikan masukan bagi rencana penetapan Undang-Undang Kebencanaan yang sampai saat ini masih terus digodok.
“Mumpung belum diketok (UU Kebencanaan), kita ingin mendengar dulu masukan-masukan, jangan sampai kalau nanti ini diketok masih banyak yang belum masuk di dalam tata aturan itu. Ini sangat penting menurut saya sehingga kita semua harus terlibat,” tandasnya.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.