“Kegiatan-kegiatan ramah lingkungan, kegiatan-kegiatan people, planet, dan prosperity (3P) yang berdampak kepada isu-isu perubahan iklim yang sekarang dibahas di Glasgow (Konferesi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB atau KTT COP26),” ujar Sandiaga.
Sekedar informasi, skema carbon offset merupakan tindakan meniadakan emisi CO2 yang dihasilkan di satu tempat dengan tindakan pengurangan emisi di tempat lain. Sebagai upaya mengatasi perubahan iklim global, skema ini dijadikan salah satu solusi yang dipromosikan dalam KTT COP26 oleh berbagai negara.
Kemudian, Kemenparekraf disebut juga akan mengembangkan pariwisata yang memfokuskan terhadap kualitas dan keberlanjutan lingkungan. Beberapa pariwisata yang berbasis alam dan budaya juga akan didorong, salah satunya ialah ekowisata desa-desa wisata maupun konsep sport tourism (wisata yang dipadukan oleh olahraga) yang mengharuskan destinasi tertentu memiliki kualitas baik.
“Green tourism atau ecotourism memiliki potensi yang sangat luar biasa,” tutur Sandiaga.
Selain itu, didorong pula penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle) di destinasi wisata. “Jika saya berkunjung ke Bali, saya sekarang sudah menggunakan hybrid electric vehicle (kendaraan listrik hibrida) dan kami mengembangkannya juga dengan rekan-rekan dunia usaha,” ujar Menparekraf.
Dikatakannya, pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan grup Astra Toyota agar kendaraan listrik hibrida bisa digunakan di 5 destinasi super prioritas yang rencananya akan diwujudkan dalam beberapa minggu ke depan.