Survei Litbang Kompas: Mayoritas Masyarakat Khawatir Atas Aksi Teror di Makassar dan Mabes Polri, Pemerintah Cukup Baik Atasi Terorisme
Jakarta – Dua aksi teror yang tak berselang lama yaitu bom bunuh diri di Makassar dan serangan di Mabes Polri membuat masyarakat khawatir. Di sisi lain, masyarakat menilai upaya pemerintah dalam mengatasi terorisme cukup baik.
Hal ini dipaparkan dalam survei terbaru yang diadakan Litbang Kompas dan dirilis pada Senin (19/4/2021). Survei melibatkan 520 responden dari 24 provinsi yang ditentukan secara proporsional. Pengumpulan pendapat dilakukan lewat telepon pada 13-15 Maret 2021. Tingkat kepercayaan survei 95% dengan margin of error +- 4,3%.
Responden diberi pertanyaan apakah khawatir dengan aksi teror di Makassar dan Mabes Polri. Sebanyak 80% responden merasa sangat khawatir atau sedikit khawatir. Berikut jawaban lengkapnya:
Ya, sangat khawatir: 56,6%
Ya, sedikit khawatir: 23,5%
Tidak khawatir sama sekali: 19,5%
Tidak tahu: 0,4%
Survei ini juga menggali persepsi masyarakat soal faktor yang mempengaruhi pelaku teror. Mayoritas menilai teroris korban indoktrinasi. Selain itu, mayoritas responden juga menilai teroris didorong faktor ideologis.
Berikut hasil lengkapnya:
Menurut Anda, apakah pelaku teror merupakan korban indoktrinasi kelompok teroris atau memang karena keinginan pribadi?
Pelaku teror merupakan korban indoktrinasi: 48,1%
Pelaku teror melakukan aksi karena keinginan pribadi: 17%
Keduanya: 24,3%
Tidak tahu: 10,6%
Menurut Anda, apa faktor yang paling mendorong pelaku melakukan aksi teror?
Faktor ideologis: 37,6%
Faktor tekanan ekonomi: 26,5%
Faktor politis: 17,5%
Faktor psikologis: 7,8%
Lainnya: 1%
Tidak tahu: 9,6%
Menurut Anda, dari pengaruh mana pelaku teror berubah menjadi radikal dan memiliki gagasan melakukan aksi terorisme?
Internet dan media sosial: 40,6%
Lingkungan dan keagamaan: 37,4%
Lingkungan rumah: 6,5%
Lingkungan sekolah: 1,9%
Pergaulan: 1,4%
Lainnya: 2%
Tidak tahu: 10,2%
Lalu, bagaimana dengan upaya pemerintah melawan terorisme. Mayoritas responden survei Litbang Kompas menilai langkah pemerintah sudah baik. Tapi, ada sorotan soal pengembalian eks napi terorisme ke masyarakat yang dinilai belum berhasil. Simak hasil selengkapnya di halaman berikutnya.
Berikut hasil selengkapnya:
Menurut Anda, apakah upaya pemerintah saat ini sudah cukup baik dalam melawan aksi terorisme?
Sangat baik: 8,4%
Baik: 66,3%
Buruk: 22,2%
Sangat buruk: 0,9%
Tidak tahu: 2,2%
Menurut Anda, apakah upaya pemerintah mengembalikan mantan napi terorisme ke masyarakat saat ini sudah berhasil menjinakkan kaum teroris?
Berhasil: 23,7%
Tidak berhasil: 60,6%
Tidak tahu: 15,7%
Menurut Anda akan menerima jika ada mantan napi terorisme kembali berkehidupan normal di masyarakat?
Ya, menerima: 49,9%
Masih ragu: 33%
Menolaknya: 15,7%
Tidak tahu: 1,4%
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.