Connect with us

Indonesia Berikan Pelatihan Bagi Negara-Negara Pasifik di Bidang Eco-Tourism

Indonesia Berikan Pelatihan Bagi Negara-Negara Pasifik di Bidang Eco-Tourism(kemlu.go.id)

Nusa Dua – Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri kembali memberikan bantuan “capacity building” bagi negara sahabat di wilayah Pasifik. Bantuan “International Training Course on Ecotourism” dimaksud diikuti oleh 14 (empat belas) peserta internasional yang berasal dari Papua Nugini, Samoa, Tonga, Solomon Islands, Kiribati, Palau dan Indonesia. Pelatihan dilaksanakan di Nusa Dua, Bali selama 7 hari, dari tanggal 20 – 27 November 2017, bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali.

Pelatihan ini selain bertujuan untuk membangun hubungan antar masyarakat (people to people contact) antara Indonesia dan negara-negara sahabat di Pasifik sekaligus juga bertujuan untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang salah satu tujuannya adalah pengentasan kemiskinan dimana industri pariwisata merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi global. Diperkirakan 1 dari 10 pekerjaan didunia berkaitan erat dengan industri kepariwisataan.

Pelatihan internasional dimaksud dibuka secara resmi oleh Duta Besar Wajid Fauzi, Staf Ahli Menteri Luar Negeri bidang Manajemen bertempat di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali dan dihadiri oleh Pembantu Ketua I Bidang Akademik STP Nusa Dua Bali, dan Sekretaris Dinas Pariwisata Propinsi Bali (20/11/2017).

Dalam sambutannya, Duta Besar Wajid Fauzi menyampaikan bahwa pariwisata merupakan sektor utama penggerak perekonomian di Bali. Propinsi tersebut merupakan yang terdepan dalam pembangunan pariwisata di Indonesia dan menyumbang 60% pendapatan pariwisata nasional. Ditambahkannya bahwa pariwisata telah menjadi sektor terpenting di Indonesia dari segi ekonomi. Industri pariwisata telah menciptakan 11,3 juta lapangan kerja dan menghasilkan peringkat keempat penghasil devisa nasional sebesar US$ 11,3 miliar di tahun 2016.

“Untuk memaksimalkan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional, Kementerian Pariwisata telah mengeluarkan kebijakan 10 prioritas destinasi wisata “New Bali” di seluruh Indonesia, yaitu Labuan Bajo, Morotai, Tanjung Kelayang, Wakatobi, Bromo Tengger Semeru, Borobudur, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Danau Toba, dan Mandalika,” tambahnya.

Duta Besar Wajid Fauzi menambahkan pula bahwa pelatihan ecotourism di Bali ini merupakan sarana yang baik untuk saling belajar, bertukar pengalaman dan menjalin jejaring kerja diantara peserta untukmeningkatkan kemitraan dalam pembangunan pariwisata antara Indonesia dan negara di kawasan Pasifik.

Sementara wakil dari STP Nusa Dua Bali menyampaikan bahwa pariwisata merupakan pilar kunci untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia maupun di kawasan, dan ecotourism atau ekowisata dapat memperkuat pembangunan ekonomi dan kebudayaan. Hal ini juga dipertegas oleh Sekretaris Dinas Pariwisata Propinsi Bali yang melihat bahwa ekowisata dapat menjadi pengikat pembangunan ekonomi dengan budaya dan lingkungan lokal.

Dalam pelatihan dimaksud, para peserta diberikan pengetahuan yang meliputi teori manajemen pariwisata, manajemen pemasaran pariwisata, kemampuan pemberian pelayanan hospitality, pengetahuan industri pariwisata berbasis masyarakat terkait dengan usaha industri kecil menengah, dan membangun network di antara relasi bisnis.

“Pelatihan ini dapat memberikan landasan untuk meningkatkan kerjasama win-win benefit dan keuntungan kompetitif di Asia Pasifik untuk pembangunan pariwisata berkelanjutan,” demikian disampaikan Duta Besar Wajid Fauzi seusai pembukaan.

 

Ping.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat

Oleh

Fakta News
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh saat memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024). Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.

“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).

Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.

Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.

Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.

Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.

Baca Selengkapnya

BERITA

Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil

Oleh

Fakta News
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily. Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.

“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).

Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.

Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.

“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.

Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.

“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.

Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.

Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar  siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.

“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.

Baca Selengkapnya

BERITA

Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi

Oleh

Fakta News
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024). Foto: DPR RI

Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.

“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).

Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.

“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.

Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.

“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.

Baca Selengkapnya