Connect with us

“Wildlife Corridor” Kawasan Bandung Utara

Penulis:
Lianda Lubis
Kepala Tahura Ir H Djuanda

Entah sudah berapa kali persoalan perizinan di Kawasan Bandung Utara (KBU) mencuat kembali. Biasanya selalu terjadi menjelang musim penghujan ketika bencana berpotensi terjadi atau ketika ada “kasus perijinan” yang terangkat kepublik oleh media massa.  Yang terbaru adalah issue akan dibangunnya waterboom oleh salah satu pengembang objek wisata di lokasi yang telah diberikan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata (‘PR; 22/02/20). Issue sebelumnya, Pemprov Jabar yang berencana menutup sementara The Great Asia Afrika, sementara pihak pengembang mengakui telah mebgantongi rekomendasi gubernur untuk pembangunan objek wisata tersebut (‘PR’; 8/2/20).

Saya yakin kedua persoalan perizinan tersebut akan terselesaikan dengan baik. Para pihak yang berkepentingan mempersoalkan perizinan di KBU akan saling “cek dan ricek” ke lapangan dan akan melakukan berbagai klarifikasi dari persoalan yang telah mencuat. Jabar yang bisa juga diplesetkan sebagai akronim dari “Jaga Babarengan” adalah provinsi yang selalu mencari solusi terbaik dari setiap persoalan untuk mencegah konflik berkepanjangan.

Kita sepakat bahwa “Tidak semua pelanggaran berdampak pada lingkungan”.  Seperti apa yang dikatakan Kepala Bidang tata Ruang Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (BMPR). Tidak semua yang namanya pelanggaran berdampak pada lingkungan.  Namun dalam pelestarian dan pengelolaan lingkungan, ada kebijakan lain yang harus dipatuhi. Salah satunya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup & kehutanan (LHK) No. P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 tentang jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dalam peraturan ini disebutkan setiap jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan diwajibkan terlebih dahulu melakukan kajian mengenai dampak penting dan menyusun upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan bila tidak memiliki dampak penting. Kewajiban tersebut sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut, terutama dalam hal pemberian ijin usaha atau ijin beroperasi.  Jadi, segala aspek pelanggaran sebenarnya tidak dikenal atau “tabu” untuk diakukan.

Kita juga setuju dengan apa yang dikatakan Asep Warlan — Hanya diperlukan ketegasan pemerintah kabupaten/kota dalam mengimplementasikan perda Perda No. 2/2016 tenang KBU.  Dalam perda tersebut telah diatur berbagai sanksi bagi pelanggar pemanfatan ruang di KBU. Mulai dari pembongkaran bangunan, pencabutan izin, hingga pemulihan kondisi lokasi yang rusak akibat pembangunan — namun apa yang dikatakan beliau tentu   tidak bisa dilakukan begitu saja atau serta merta. Kerugian ekonomi untuk pembongkaran bangunan tetap menjadi pertimbangan. Kita tidak bisa menebus kelalaian atau kesalahan yang telah terjadi  dengan melakukan pembongkaran karena ingin menunjukkan ketegasan pemerintah. Untuk itu, persoalan yang telah terjadi di KBU harus dilihat dengan berbagai perspektif.

Tahura Bersama 

Adanya rencana BMPR untuk melakukan penanganan yang difokuskan pada wilayah Sesar lembang, Boscha, Tahura Djuanda, Zona L1, dan Zona L2. — Terutama terhadap rencana mendorong pengembangan lahan ruang terbuka hijau (RTH) abadi pada zona L1 dan zona L2 KBU — buat saya sangat menarik. Saya pernah menulis artikel dengan judul “Tahura Djuanda Linkage” (‘PR; 3/2/2017).  Dalam artikel tersebut saya tuliskan bahwa perkembangan wilayah yang menjadikan seluruh ruang dalam Bandung Raya seperti sebuah lansekap kota, menjadikan Tahura Djuanda sebagai habitat yang terfragmentasi. Persoalan yang kini dihadapi adalah bagaimana agar ganguan eksternal seperti intervensi kegiatan manusia dan aktifitas perkotaan tidak menjadi ancaman serius terhadap hidupan liar dan ekosistem kawasan Tahura Djuanda.

Dalam teori “Island Biogeography” yang ditulis Robert Mc Arthur (1967; melalui Syarmidi, 2011; dikutip dari Suryawan, 2011), “Bagi sebuah ‘pulau’ — ekosistem yang terisolasi (terfragmentasi/berupa sebuah bercak) — untuk dapat menjaga sustainabilitas proses-proses ekologi di dalamnya diperlukan luasan minimum sebesar 100.000 hektar tanpa memperhitungkan gangguan eksternal. Memperluas Tahura Djuanda yang saat ini seluas 528,393 hektar menjadi 100.000 hektar tentu hamper tidak mungkin. Untuk itu, salah satu caranya adalah membangun “linkage” atau penghubung –“Linkage” adalah satu teori perkotaan yang membahas hubungan sebuah tempat dengan tempat lainnya dari berbagai aspek. “Linkage” disini lebih diartikan sebagai RTH yang menghubungkan bercak hijau Tahura Djuanda dengan bercak hijau lainnya di wilayah Bandung Raya sehingga terbentuk “deretan” berbagai jenis vegetasi.

Linkage tersebut berupa “wildlife corridor”, yaitu sebuah fitur linear yang memiliki fungsi menghubungkan setidaknya dua habitat yang signifikan bagi kehidupan liar. Lingkage atau RTH dirancang dengan stratifikasi tanaman yang menyerup stratifikasi hutan hujan tropis memungkinkan terjadi pergerakan satwa dan interaksi diantara dua habitat termasuk interaksi genetik dalam waktu yang lama. “Wildlife corridor” juga ditujukan untuk meningkatkan konektivitas habitat satu dengan lainnya, meningkatkan kualitas habitat yang dituju, dan menungkinkan terjadinya pergerakan (spesies) dalam koridor tersebut yang dapat menekan dampak negatif dari fragmentasi habitat.

Membangun “wildlife corridor” adalah suatu kebijakan yang bukan hanya bertujuan untuk menekan dampak negatif pada kawasan konservasi Tahura Djuada, tetapi juga upaya membangun RTH Abadi Bersama.  Lantas, bagaimana “wildlife corridor” sebagai RTH Abadi dibangun? Saat ini cukup banyak pengembang perumahan dan wisata yang melakukan aktifitasnya di KBU. Mereka diwajibkan membangun RTH sesuai ketententuan yang telah ditetapkan dalam pengendalian KBU. Agar RTH yang mereka miliki tidak sebagai bercak hijau yang terfragmentasi, maka mereka diwajibkan juga membangun linkage dengan Tahura Djuanda dan dengan RTH lainnya yag berdekatan. Dengan asumsi “wildlife corridor” bisa terbangun hingga 100.000 hektar, maka menjadikan KBU sebagai sebuah ekosistem hutan. Dan, kita memiliki taman hutan raya bersama di wilayah Bandung Raya.

 

Lianda Lubis

Kepala Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Pentingnya Kemudahan Persetujuan RKAB untuk Kemajuan Industri Pertambangan

Oleh

Fakta News

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, telah lama mengandalkan sektor pertambangan sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonominya. Industri pertambangan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara serta menawarkan peluang lapangan kerja bagi masyarakat. Namun, untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan optimal, diperlukan langkah-langkah konkret yang mendukung kemajuan industri pertambangan. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah kemudahan dalam persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).

Dasar hukum dari RKAB diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) no 96 tahun 2021. Dalam pasal 177 ayat (1) disebutkan bahwa Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun dan menyampaikan RKAB Tahunan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Usaha pertambangan kepada Menteri. Dalam ayat (2) disebutkan bahwa RKAB Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan persetujuan Menteri. Untuk ayat (3) disampaikan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan, penyampaian, dan persetujuan RKAB Tahunan diatur dalam Peraturan Menteri. Peraturan Menteri yang dimaksud di sini adalah Peraturan Menteri ESDM no. 10 tahun 2023 tentang Tatacara Penyusunan, Penyampaian, dan Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya serta Tatacara Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

RKAB merupakan dokumen resmi yang mengatur rencana kegiatan operasional dan anggaran biaya suatu perusahaan pertambangan untuk jangka waktu tertentu. Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia, Perhapi, menyampaikan secara umum kiat sukses untuk kelancaran pembuatan laporan RKAB sampai pengesahan persetujuannya sebagai berikut:
–  Siapkan perencanaan yang matang sebelum menyusun RKAB, terutama PIC/single accountability person yang bertanggung jawab dan mengkoordinir penyusunan tim RKAB.
–    Pastikan kewajiban keuangan PNBP dll telah dipenuhi serta tidak ada penjaminan usaha ke Pihak lain.

– Seluruh kegiatan operasional pertambangan (OP) tetap berada dalam lingkup area feasibility studies (FS) dan AMDAL.

–  Optimasi dokumen pendukung dan persyaratannya sesuai dengan Kepmen Nomor 373 Tahun 2023.
– Data sumberdaya dan cadangan harus disesuaikan, terutama laporan bersumber dari competent person Indonesia (CPI).

– Proaktif melalukan pemetaan, pendekatan dan komunikasi dengan evaluator, untuk meminta masukan terhadap  hasil evaluasi   sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.

Sayangnya, menurut data terakhir masih sangat banyak RKAB yang belumn disetujui oleh Pemerintah, yang dalam hal ini adalah Kementerian ESDM. Untuk sektor batubara, dari sekitar 800-an RKAB, baru sekitar 400-an RKAB yang sudah disetujui menyisakan 400-an RKAB yang belum disetujui. Sementara, untuk komoditas mineral, sebagian besar RKAB justru masih dalam proses kajian. Lambatnya proses persetujuan RKAB menjadi sorotan oleh DPR. Pada rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR (26/3/2024), Wakil Ketua Komisi VII sempat mencecar Plt Dirjen Mineral dan Batubara terkait lambannya persetujuan RKAB ini.

Pentingnya kemudahan dalam pemberian RKAB sangatlah besar bagi kemajuan industri pertambangan di Indonesia, dan berikut ini adalah beberapa alasan mengapa hal ini menjadi krusial:

1. Mendorong Investasi

Kemudahan dalam pemberian RKAB akan menarik investasi baru ke sektor pertambangan Indonesia. Investor cenderung mencari lingkungan bisnis yang stabil dan berkepastian hukum. Dengan proses pemberian RKAB yang cepat dan efisien, investor akan merasa lebih percaya diri untuk menanamkan modalnya dalam proyek-proyek pertambangan di Indonesia.

2. Meningkatkan Produktivitas

Dengan adanya RKAB yang jelas dan terstruktur, perusahaan pertambangan dapat merencanakan kegiatan operasional mereka secara lebih efisien. Hal ini akan meningkatkan produktivitas karena memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya mereka dengan lebih baik, mengurangi waktu yang terbuang, dan meningkatkan output produksi.

3. Memperkuat Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan

RKAB juga memuat rencana lingkungan hidup yang harus dipatuhi oleh perusahaan pertambangan. Dengan kemudahan dalam pemberian RKAB, pemerintah dapat lebih ketat dalam mengawasi dan mengendalikan dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan. Ini penting untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem lokal.

4. Mendorong Inovasi dan Teknologi

Proses pemberian RKAB yang lancar juga akan mendorong perusahaan pertambangan untuk mengadopsi inovasi dan teknologi terbaru. Dengan adanya jaminan kepastian operasional, perusahaan cenderung lebih terbuka terhadap investasi dalam teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi, keselamatan kerja, dan mengurangi dampak lingkungan.

5. Memberikan Manfaat Sosial dan Ekonomi

Kemudahan dalam persetujuan RKAB tidak hanya menguntungkan perusahaan dan investor, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal dan perekonomian secara keseluruhan. Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan pemberdayaan masyarakat lokal, industri pertambangan dapat menjadi motor penggerak pembangunan di daerah-daerah sekitarnya.

6. Menunjukkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Kemudahan dalam persetujuan RKAB juga dapat menunjukkan seberapa jauh industri pertambangan di Indonesia menggunakan komponen dalam negeri atau TKDN dalam operasionalnya. TKDN adalah aspek penting dalam hal rantai pasokan di dalam negeri. TKDN memberikan pengaruh penting pada pemasaran dan pengadaan barang di masyarakat.

Bagi Pemerintah, RKAB juga dapat digunakan untuk prognosa produksi dan penjualan, mengetahui besaran PNBP yang diterima Negara, kepastian pasokan agar seimbang dengan permintaan terhadap komoditi pertambangan, dan konservasi sumber daya alam. Selain itu, RKAB juga dapat menjadi alat Pemerintah untuk memprakirakan besaran investasi sektor pertambangan. Namun terdapat beberapa resiko bila persetujuan RKAB dibiarkan Pemerintah berlarut-larut tanpa kejelasan, yaitu berpotensi menyebabkan maraknya tambang ilegal, hilangnya pendapatan Negara (PNBP), dan juga kerusakan lingkungan hidup.

Kesimpulan

Kemudahan dalam pemberian RKAB sangat penting untuk kemajuan industri pertambangan di Indonesia. Dengan proses yang cepat, efisien, dan transparan, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan sektor pertambangan yang berkelanjutan, menghasilkan manfaat ekonomi yang signifikan bagi negara, dan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan serta kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dan semua pemangku kepentingan terkait perlu bekerja sama untuk memperbaiki regulasi dan proses yang terkait dengan pemberian RKAB guna menciptakan iklim investasi yang kondusif dan berkelanjutan bagi industri pertambangan di Indonesia. Oleh karena itulah, tidak seharusnya pejabat yang berinisiatif dalam mempermudah persetujuan RKAB malah dihukum.

Baca Selengkapnya

BERITA

Hilirisasi Dinasti ala Jokowi

Oleh

Fakta News

Dikutip detikcom dari KBBI, Senin (23/10/2023), hilirisasi berarti penghiliran atau mengolah bahan baku menjadi barang siap pakai. Tapi pengertian dalam arti Dinasti Jabatan, dimana Individu yang bisa di katakan belum matang secara kapasitas dan kapabilitas dijadikan mengemban jabatan baik itu kepala daerah ataupun ketua partai.

Kita bisa melihat sebuah tontonan yang sangat dramatis layaknya Drama Korea, dimana seorang kepala negara membuat skenario dengan kekuasaan yang dimiliki, menaikkan anak menjadi kepala daerah lalu dilanjutkan menjadi calon wakil kepala negara, untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinannya yang hampir habis, lewat bantuan sang paman yang kebetulan bertugas mrloloskan sang krponakan, dari jalur konstitusi yang diubah sesuai kebutuhan sang keponakan untuk menjadi Cawapres.

Belum lagi sang adik yang sebelumnya menjadi YouTubers yang sempat dilaporkan gara-gara Ucapan ‘dasar ndeso’ memang pernah dilontarkan dalam video yang berjudul #BapakMintaProyek. Video diunggah sang adik pada 27 Mei 2017 dan telah dilihat 1.442.057 kali.

Sekarang sang adik yang baru masuk di partai 2 hari pada awalnya berjualan pisang, malah di angkat menjadi ketua umum partai bunga mawar, sangat miris sebuah partai anak muda tapi pola pemilihannya ala orang tua, dimana tidak berjalannya kaderisasi di sebuah partai, yang wajib mengedepankan meritokrasi.

Seperti tidak mau kalah juga sang mantu dilibatkan menjadi kepala daerah, apakah belum cukup mempertontonkan keluarga yang seperti haus akan kekuasaan, dengan dalil demokrasi dan kepentingan bangsa.

Logika kita seperti dibolak-balik, demokrasi apakah bisa berjalan sesuai jalur dengan mengedepankan konstitusi dan pilihan rakyat? tetapi sang Ayah masih memiliki kekuasaan tertinggi dan bisa mengatur segala hal yang bisa memudahkan dan menganjurkan sesuai kepentingannya, jadi sulit untuk kita bicara netralitas,Karena conflict of interest tidak bisa dihindari.

Balik ke sebuah jargon yang selalu kita dengar hilirisasi nikel, tembaga, alumunium, bauksit, lalu Hilirisasi Digital sekarang inilah wujud nyata Hilirisasi Dinasti yang lebih mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan keluarga untuk masa kini dan nanti.

Di tambah statement Jokowi 24 Januari 2024 bahwa Presiden boleh berkampanye dan memihak asal tidak menggunakan fasilitas negara kita bisa liat Pasal 43 ayat (1) UU HAM menjamin hak setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum, baik sebagai pemilih maupun calon.

Penting diketahui bahwa dalam situasi pemilihan umum, seorang presiden seharusnya menunjukkan sikap netral, tanpa memihak pihak manapun, guna memastikan jalannya proses pemilihan yang demokratis, jujur, dan adil. Hal ini sesuai dengan perannya sebagai pemimpin pemerintahan dan kepala negara sesuai konstitusi.

Berlandaskan peraturan perundang-undangan, UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilu memberikan amanat terkait netralitas presiden. Misalnya, Pasal 48 ayat (1) huruf b mengharuskan KPU melaporkan seluruh tahapan pemilu kepada DPR dan Presiden

Lebih rinci, Pasal 22 ayat (1) dan (2) UU Pemilu mengatur peran presiden dalam membentuk tim seleksi untuk calon anggota KPU yang diajukan ke DPR. Oleh karena itu, presiden diwajibkan menjaga netralitasnya sepanjang proses pemilu.

Penggunaan wewenang oleh presiden, sebagai kepala negara dan pemerintahan dalam konteks pemilihan umum, harus dihindari agar tidak terjadi pencampuran wewenang.

Pasal 17 ayat (2) huruf b UU No.30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menjelaskan bahwa pencampuran wewenang mencakup tindakan di luar batas kewenangan atau bertentangan dengan tujuan yang ditetapkan.

Semoga rakyat bisa berpikir lebih jernih, hati yang tulus melihat fenomena Hilirisasi Dinasti yang sekarang ada di hadapan kita. Pilihan ada di setiap individu dan banyak yang bilang kalah dan menang kita gini-gini aja sebuah pola pikir yang harus di luruskan. Karena pilihan kita yang kita pilih akan membuat kebijakan ataupun regulasi yang bisa berpengaruh dalam hidup kita 5 tahun ke depan. Kalau salah pilih, bisa saja pajak yang naik, malah gaji yang tidak naik, ataupun kebijakan yang menguntungkan oligarki di banding rakyat pada umumnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

GIBRAN SUDAH JADI BUBUR

Oleh

Fakta News

Seperti dikhawatirkan banyak kalangan, orang yang tidak cukup pengalaman tidak layak memimpin kapal besar bernama Indonesia. Sesungguhnya Republik Indonesia telah diujung pencapaian yang gilang-gemilang setelah melewati 25 tahun reformasi. Ekonomi bergerak maju, demokrasi telah menemukan bentuknya, pranata sosial juga telah stabil, kini porak-poranda demi ambisi sebuah dinasti.

Karena Gibran, republik ini yang sejatinya sedang bergerak cepat maju menuju Indonesia emas 2045 berbelok 180 derajat, balik lagi kemasa lalu, masa yang suram. Bagi bangsa Indonesia pemilihan presiden 2024 menjadi hantu saat Gibran dan keluarganya memaksa dirinya maju. Nafsu melanjutkan kepemimpinan bapaknya telah jadi tekad, namun pada saat yang sama ia tidak cukup syarat, tidak punya kemampuan, kapabilitas dan nyali  untuk menjadi wakil presiden.

Entah kenapa musti dia? toh masih sangat banyak politisi yang mempunyai kemampuan jauh diatas dia yang juga punya keinginan yang sama. Tanpa menabrak konstitusi, rambu-rambu dan etika yang ada.

Untuk memenuhi syahwat berkuasanya maka Gibran dan keluarganya merekayasa hukum, merubah tampilan, memoles gaya bicara serta menjauhkan akal sehat politik.

Saat Gibran tidak cukup umur, hukum  direkayasa dengan merubah syarat-syaratnya. Tentu dengan bantuan pamannya Anwar Usman yang menjadi ketua Mahkamah Konstitusi. Hasilnya, Gibran bisa menjadi calon wakil presiden tapi dengan mengorbankan pamannya. Seminggu kemudian pamannya terbukti melanggar kode etik dan putusannya juga telah diintervensi oleh eksekutif.

Gibran juga 10 kali tidak hadir saat debat terbuka yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, ormas dan lembaga kajian. Ketidakberanian Gibran hadir semakin menunjukkan bahwa Gibran tidak punya kemampuan, kapasitas dan kapabilitas secara teori dan akademik. Bagi seorang pemimpin, kata-kata adalah janji, maka ketidakmauan Gibran tampil sejatinya adalah Gibran tidak mau janji pada publik, bangsa dan negara. Akhirnya muncul tagar #GIBRANtakutdebat.

Ketidakmampuan Gibran akhirnya dikonfirmasi saat beberapa kali wawancara doorstop dari para wartawan. Blunder, tidak menguasai masalah, serta menjawab seadanya seperti “biarkan rakyat yang menilai” menjadi jurus pamungkasnya. Akhirnya rakyat tahu, bahwa Gibran tidak menguasai detail persoalan, tidak punya kemampuan, kurang pengalaman serta kurang bernyali dalam menghadapi tantangan. Lantas dengan gaya seperti ini kita rela menyerahkan nasib 260 juta rakyat Indonesia?

Gibran ini lah yang jadi mimpi buruk bangsa. Para budayawan akhirnya berdiri dari kursi karyanya, para rohaniawan keluar dari masjid, gereja, vihara, pura dan ruang-ruang ibadahnya. Para akademisi menggalang kekuatan, keluar kampus untuk melawannya. Mahasiswa berdiri bersama menggugat pencalonannya. Para sesepuh bangsa berbicara lantang menolak pencalonannya.

Mereka menyesalkan atas pencalon Gibran yang menabrak konstitusi dan merekayasa kemampuannya. Mereka semua adalah para tokoh bangsa yang tidak lagi ingin jabatan dan kuasa, tapi  juga tidak rela Indonesia dibawa kembali kemasa orba.

Seandainya para pimpinan partai pengusung tidak dipaksa pak lurah untuk mencalonkan anaknya. Seandainya juga tidak ada politik sandera oleh pak lurah. Mungkin wapresnya adalah Airlangga yang kaya pengalaman di legislatif dan eksekutif, atau AHY yang lugas dalam bicara, atau bahkan mungkin Erick Tohir yang punya reputasi internasional. Mereka bertiga bukan tandingan Gibran dalam kemampuan memimpin, jaringan, pengalaman, reputasi dan kemampuan.

Akibatnya, baru seminggu masa kampanye, kesalahan demi kesalahan telah dilakukan oleh Gibran. Hal itu membuka pintu semesta bahwa keangkuhan akan menemukan liang kuburnya. Kampanye masih 10 minggu lagi, tapi Gibran telah jadi bubur. Diaduk semua kalangan. Sudah hancur diaduk terus sampai halus hingga tidak ada lagi kesombongan dalam dirinya.

Kata Franz Magnis Suseno bahwa “pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tapi mencegah yang jahat berkuasa.

Ciganjur, 5 Desember 2023

Baca Selengkapnya