Connect with us

Kemensos Silaturahmi dan Beri Tunjangan Kehormatan bagi Perintis Kemerdekaan

Jakarta – Sekretaris Jenderal Hartono Laras Kementerian Sosial mewakili Mensos Juliari P. Batubara menghadiri angjangsana atau silaturahmi dan Bakti Sosial Kepahlawanan di kediaman Perintis Kemerdekaan KRMH Soerjowirjohadipoetro, di kawasan Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (10/11).

Angjangsana merupakan bentuk perhatian nyata, penghormatan dan penghargaan terhadap para pejuang dan perintis kemerdekaan.

“Hari ini kami melakukan silaturahmi ke rumah salah seorang perintis kemerdekaan yang tadi sudah kita saksikan bersama usianya sudah 103 bahkan 104 tahun,” kata Hartono Laras, dalam keterangan tertulisnya Rabu (11/11).

Banyak pelajaran berharga yang didapat dari para pejuang bagi generasi saat ini dalam mengisi kemerdekaan. Oleh karena itu, Hartono mengharapkan sebagai bangsa tentu tidak hanya pada 10 November untuk mengenang, memberikan penghargaan, menanamkan nilai-nilai semangat kepahlawanan. Tapi, diharapkan sepanjang masa, dan hanya setiap 10 November sebagai momentum dan mengenang, memberi penghormatan dan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan

“Jadi kita tidak hanya berhenti di 10 November, kita akan terus kita transformasi karena tugas-tugas kita berat sekali. Kita masih menghadapi pandemi Covid, memulihkan ekonomi, kemudian meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka, tema dari hari pahlawan ini sangat tepat ‘Pahlawanku Sepanjang Masa’,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Hartono menyerahkan cinderamata tali asih kepada salah seorang perintis kemerdekaan yang disambanginya tersebut.

“Sebenarnya tali asih ini secara khusus diberikan di hari pahlawan namun negara juga setiap tahun setiap bulan juga memberikan tunjangan penghargaan kepada perintis kemerdekaan dan juga keluarga pahlawan nasional,” katanya.

Inilah pemaknaan di Hari Pahlawan yang tidak hanya seremonial tapi juga wujud kongkrit di hari bersejarah untuk perhatian dan penghormatan. Tahun 2020 ini pemerintah melalui Kementerian Sosial memberikan tunjangan kehormatan kepada 587 orang yang telah berjasa besar memperjuangkan kemerdekaan termasuk para keluarga pahlawan nasional.

Sesuai peraturan yang ada, Kementerian Sosial memberikan tunjangan kehormatan dan bantuan kepada mereka yang dinilai memiliki kontribusi besar terhadap kemerdekaan bangsa ini.

“Tunjangan sebagai bentuk penghargaan negara atas jasa dan pengorbanan mereka kepada nusa dan bangsa. Terutama para Perintis Kemerdekaan atau jandanya maupun keluarga/warakawuri pahlawan nasional,” katanya.

Dari total 587 orang yang menerima tunjangan dari Kementerian Sosial. Sebesar Rp50 juta per tahun kepada 90 orang warakawuri/keluarga pahlawan nasional. Kemudian kepada 56 orang Perintis Kemerdekaan dengan nilai sebesar Rp8.692.000 per tahun. Dan terakhir, kepada 441 orang janda Perintis Kemerdekaan dengan nilai Rp2 juta per tahun, disamping tunjangan yang diberikan negara melalui Taspen.

“Masih banyak keluarga perintis kemerdekaan dan keluarga pahlawan yang tentu terus mendapatkan perhatian dari Pemerintah, terutama dalam peningkatan kesejahteraan dan bentuk perhatian,” ia melanjutkan.

Anjangsana dilakukan di beberapa rumah keluarga pahlawan. Selain di kediaman H. KRMH Soerjo Wirjohadipoetro, juga ke kediaman janda Pahlawan Nasional Idham Chalid (Ibu Siti Rokayah) dan Perintis Kemerdekaan Wimo Sumanto, dan Nordjin Pandjer.

Dirjen Pemberdayaan Sosial Edi Suharto melakukan anjangsana sekaligus menyerahkan bantuan kepada Wimo Sumanto.

“Ini ada sedikit bingkisan sembako, tali asih, kursi roda untuk Bapak. Mohon diterima dan semoga bermanfaat ya pak,” kata Edi.

Bantuan ini merupakan hasil dari kerjasama antara Kementerian Sosial dengan beberapa mitra kerja, seperti Perum BULOG, Alfamart, YSKI, MNC Peduli, dan Conoccophilip.

Wimo terlihat bahagia melihat kedatangan Edi Suharto. Wimo antusias bercerita tentang perjuangannya bersama rekan-rekan veteran dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

“Saya terimakasih sekali Bapak Dirjen bisa hadir disini, selama ini juga sudah memperhatikan saya,” kata Pak Wimo sambil menyunggingkan senyumnya.

Koordinator Aliansi Mahasiswa dan Milenial Indonesia Nurkhasanah menyatakan, apresiasi sentuhan kemanusiaan seperti yang dilakukan Kemensos.

“Ini bukan sekedar mentransfer uang tapi menunjukkan perhatian langsung dan hadir. Mensos Juliari Batubara sampai mengutus Sekjennya untuk langsung memberi perhatian. Ini benar benar contoh bagi kami para milenial bagaimana menghargai para tokoh pejuang bangsa ini,” kata Nur.

985 Paket Sembako untuk UMKM

Dalam kesempatan berbeda, Ditjen Perlindungan dan Jaminan Sosial menyalurkan 985 paket sembako kepada Usaha Kecil Menengah (UKM)/Industri Kecil Menengah (IKM) beserta para pekerja Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung.

Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemensos, Grace Batubara menyalurkan bantuan secara simbolis kepada 5 perwakilan RW 10 di Unit Pengelola Kawasan Pusat Pengembangan UMKM serta Pemukiman (UPK PPUMKMP) di Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Paket Sembako yang disalurkan kepada 9 RT di RW 10 PIK Pulo Gadung untuk meringankan beban yang dipikul pelaku industri kecil dan menengah akibat pandemi.

“Kita pandemi belum selesai, sementara UMKM sudah sangat terdampak. Keadaan menjadi lebih sulit ditambah dengan adanya PSBB,” kata Grace.

Pemerintah pusat khususnya Bapak Jokowi, katanya, tentu tidak menutup mata terhadap hal ini sebab sudah banyak anggaran yang digelontorkan untuk memulihkan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Fikri Faqih Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Tur Belajar

Oleh

Fakta News
Fikri Faqih Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Tur Belajar
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih. Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih meminta pemerintah memperketat pengawasan terhadap kegiatan study tour (tur belajar) yang sudah menjadi kegiatan ‘wajib’ di sekolah-sekolah. Hal tersebut Fikri sampaikan menyusul tragedi kecelakaan bus yang membawa siswa SMK Lingga Kencana Kota Depok saat melakukan study tour ke Ciater, Subang, Jawa Barat, baru-baru ini.

“Perlu dievaluasi menyeluruh mengenai tujuan, manfaat, dan kelayakan program yang sudah menjadi agenda tahunan di sekolah tersebut,” kata Fikri dalam rilis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Lebih lanjut, ia menyampaikan belasungkawa kepada para keluarga korban tragedi kecelakaan tersebut. Maka dari itu, dirinya mendesak pihak yang bertanggung jawab dihukum sesuai dengan perundangan yang berlaku. Ia pun meminta pemerintah pusat dan daerah untuk mengevaluasi kegiatan study tour agar lebih terarah dan sesuai dengan asas, tujuan, dan kemanfaatan dalam Pendidikan para siswa.

“Misalnya perjalanan tur ke museum, pusat konservasi alam, atau instansi yang memberi edukasi dalam bidang-bidang tertentu,” imbuh Politisi Fraksi PKS ini.

Selain itu, kegiatan study tour yang bertujuan ke lokasi yang jauh, bahkan lintas provinsi dan lintas pulau sebaiknya ditinjau ulang. “Kegiatan ini tentu berbiaya besar dan bisa memberatkan bagi orangtua/wali siswa, kemudian ada faktor kelayakan dan keamanan yang harus dipenuhi dalam perjalanan tur jarak jauh tersebut,” urai Mantan Kepala Sekolah di suatu SMK di daerah Tegal tersebut.

Kegiatan study tour yang dilakukan di dalam kota juga dapat menjadi opsi yang terbaik, selain lebih murah dan lebih singkat waktu tempuhnya. “Tentu disesuaikan dengan tujuan dan manfaat yang mau diambil, karena kemungkinan besar masih banyak potensi di sekitar kota atau kabupaten sesuai domisili sekolah yang dapat menambah wawasan bagi siswa,” tambah dia.

Dengan begitu, sebenarnya kegiatan study tour dalam kota  juga dapat membantu meningkatkan perekonomian UMKM di wilayah asal/ domisili sekolah tersebut. “Wawasan siswa juga tetap diperkaya melalui pengenalan potensi alam, ekonomi, sosial dan budaya di daerahnya sendiri,” tutupnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Tak Hanya Kriteria Fisik, Penerapan KRIS Harus Pastikan Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Obat

Oleh

Fakta News
Tak Hanya Kriteria Fisik, Penerapan KRIS Harus Pastikan Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Obat
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani. Foto: DPR RI

Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menyatakan perlu ada kajian lebih lanjut pasca dihapuskannya kelas BPJS Kesehatan menjadi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang diwajibkan terhadap rumah sakit. Sebab, menurutnya, perubahan sistem tersebut, pasti akan memunculkan beberapa konsekuensi dari masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan. Konsekuensi tersebut tidak hanya terkait keharusan memenuhi kriteria fisik, melainkan juga harus memastikan adanya ketersediaan tenaga kesehatan dan juga obat-obatan yang terstandardisasi.

“Banyak rumah sakit yang tidak siap untuk mengimplementasikan Kelas Rawat Inap Standar. Kenapa? Karena memang kalau kita bicara tentang kemampuan rumah sakit, (maka juga terkait) cash flow rumah sakit untuk membuat penyesuaian. Jadi kita minta untuk dilakukan kajian, kenapa? karena ketika kelas rawat inap standar ini diterapkan, diimplementasikan sudah pasti akan terjadi beberapa fenomena ya,” ujar Netty kepada Parlementaria di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (15/5/2024).

Diketahui, penghapusan Kelas BPJS Kesehatan menjadi KRIS tersebut merupakan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU tersebut lalu diturunkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.  Salah satunya yakni mengatur penerapan fasilitas ruang perawatan rumah sakit dengan 12 kriteria. Namun implementasinya selalu diundur oleh Pemerintah karena banyak rumah sakit yang tidak siap.

Konsekuensi yang akan terjadi di antaranya yakni adanya gejolak di antara peserta BPJS Kesehatan. Adanya KRIS ini bisa diartikan akan tidak adanya perbedaan antara kelas satu, dua dan tiga karena setiap kelas akan mendapatkan layanan yang sama dengan kamar yang sama. Untuk itu perlu pengkajian, baik mengenai Premi BPJS, Imigrasi Peserta, dan Insentif untuk rumah sakit swasta.

“Jika semua peserta akan mendapatkan layanan yang sama, berarti kan kita harus mulai menghitung atau melibatkan aktuaria untuk menghitung paket INA-CBG. Apakah betul jarum suntiknya, obatnya, alat infusnya itu sama? kalau kemudian semuanya mendapatkan layanan yang sama. Nah ini saya minta kemarin supaya dilakukan kajian apakah Premi BPJS nya masih seperti itu?,” ujarnya.

Imigrasi peserta juga dikhawatirkan akan terjadi, karena pasti banyak peserta yang menganggap tidak adanya perbedaan pelayanan yang didapatkan antara kelas satu, dua dan tiga sehingga semua akan memilih kelas yang rendah saja. “Karena (masyarakat) pasti berpikirnya sama-sama? (Ibaratnya) kok Tuan dengan Pekerja, (bayar preminya) sama. Atasan dengan bawahan (bayar preminya) sekarang  sama gitu, bisa di ruangan yang sama, itu analoginya yang paling mudah,” jelas Politisi Fraksi PKS itu.

Kemudian insentif untuk rumah sakit swasta juga perlu dipikirkan, karena dengan adanya KRIS ini membuat rumah sakit swasta juga perlu melakukan penyesuaian. “Karena kan enggak ada anggaran dari pemerintah untuk rumah sakit swasta, berbeda dengan rumah sakit pemerintah. Ya pastinya mereka mendapatkan anggaran untuk bisa melakukan penyesuaian ruangan, tirai, kamar mandi dan seterusnya,” tambahnya

Namun, menurut Legislator dapil Jawa Barat VIII itu, catatan penting dalam penerapan KRIS ini bukan hanya soal kriteria fisik mengenai fasilitas pelayanan ruang inap saja, yang terpenting juga ketersediaan tenaga kesehatan dan obat bagi para pasien.

“Jadi jangan cuma kemudian kita merasa sudah memberikan layanan terbaik ketika kita bicara fisik, padahal kemudian ada dokter yang tidak datang pada jam prakteknya atau ketika pasien masih banyak dokter sudah pulang atau obat-obatan sebagiannya masih cost sharing, harus ambil dari kocek pasien. Nah hal seperti ini menurut saya perlu dibenahi. Kenapa? karena bagaimanapun ketika kita bicara kesehatan, yang sakit tidak bisa menunggu, yang miskin tidak dapat diabaikan,” tegasnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Forum WWF 2024 Diharapkan Turunkan Konflik Air di Seluruh Dunia

Oleh

Fakta News
Forum WWF 2024 Diharapkan Turunkan Konflik Air di Seluruh Dunia
Wakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana, saat mengikuti rapat bersama Ms. Yoon Jin selaku Director of 10th World Water Forum di Ruang Delegasi Nusantara III, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2024). Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan, melalui WWF 2024 diharapkan akan melahirkan komitmen bersama terkait air yang disepakati oleh seluruh Parlemen yang ada. Hal ini disampaikan dalam rangka World Water Forum (WWF) 2024 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 mendatang.

“Yang pertama kan jelas untuk meng-evaluasi SDGs Nomor 6 tentang Air dan Sanitasi. Yang kedua bagaimana perspektif ini masa lalu ini harus dihadirkan. Contoh di Bali, karena saya orang Bali, ada Tri Hita Karana hubungan harmoni antara alam manusia dan Sang Pencipta. Yang kedua bagaimana di Bali, air yang disebut tirta selalu dimuliakan ada tempat sucinya, ada bagaimana kita melakukan penyucian dengan air juga, ada bagaimana air ini juga sangat dihormati, dihargai,” kata Putu usai rapat di ruang delgasi, Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Putu menilai pengelolaan air yang benar dapat menurunkan potensi terjadi konflik. Menurutnya, sudah banyak negara yang mengalami konflik karena air contohnya di Sungai Nil. Sementara itu telah terjadi perselisihan selama 10 tahun antara Mesir dan Ethiopia mengenai pasokan air di Sungai Nil. Kedua pihak mencari solusi internasional, namun perundingan yang dipimpin oleh Departemen Luar Negeri AS – dan diikuti oleh Uni Eropa dan PBB – hanya menghasilkan sedikit kesepakatan setelah empat tahun.

“Nah tentu kita harus merawat menata air bagaimana kita juga jangan sampai air ini menimbulkan konflik. Karena banyak negara sudah mulai ada konflik terhadap air di Sungai Nil, jadi Afrika ini sudah menjadi konflik. Nah tentu karena belum menuju potensi itu tentu kita harus mengelola bersama. Kita cari komitmen bersama agar akses terhadap air ini khususnya air bersih bisa diterima oleh masyarakat. Jadi artinya bisa diterima langsung dan masyarakat mendapat kesejahteraan jangan ada beban biaya yang tinggi untuk akses terhadap air,” ungkapnya.

“Nah tentu forum ini sangat monumental sehingga kita berpikir awal sudah baik kita tentu harus sukseskan ke depan. Dan forum ini juga kita memiliki komitmen bagaimana menggerakkan aksi parlemen untuk peduli terhadap air dan pada akhirnya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,” tambahnya. Dengan tema WWF kali ini, “Mobilizing Parliamentary Action on Water For Shared Prosperity”, Putu menjelaskan Parlemen di WWF ingin mengeluarkan sebuah dokumen antara komitmen bersama maupun deklarasi.

Baca Selengkapnya