Connect with us

Dalam 5 KTT ASEAN, Presiden Bahas Kerja Sama Penanganan Pandemi sampai Stabilitas Kawasan

Presiden Jokowi menghadiri rangkaian pertemuan KTT ke-37 ASEAN yang digelar secara virtual, Kamis (12/11), dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat

Jakarta – Di dalam pertemuan KTT ke-37 ASEAN yang digelar secara virtual, Kamis (12/11), Presiden Joko Widodo menyampaikan dampak pandemi masih dirasakan oleh kawasan dan dunia baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi ekonomi. Hal tersebut diungkapkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers usai pertemuan.

“Tantangan masih besar, namun Presiden terus mengajak kerja sama dan tetap optimis. Presiden menyambut baik deklarasi mengenai Travel Corridor Arrangement (TCA) Framework dan mendorong agar rencana implementasi harus segera diwujudkan,” ujar Menlu.

Presiden menyampaikan, Dewan Koordinasi ASEAN atau ASEAN Coordination Council dan Badan Sektoral ASEAN harus bekerja cepat dan efisien dan diharapkan TCA ini akan dapat dioperasionalisasikan pada kuartal pertama tahun 2021.

“Selain itu, Presiden menyambut baik penandatanganan RCEP (The Regional Comprehensive Economic Partnership), karena setelah negosiasi selama delapan tahun akhirnya kita bisa menandatangani. Presiden menyampaikan integrasi ekonomi ini harus membawa manfaat bagi rakyat semua negara RCEP,” papar Menlu.

Presiden juga mendorong agar ASEAN terus memainkan peran agar dapat berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Dikutip Menlu, Presiden menyampaikan ASEAN harus solid bekerja sama untuk terus menyampaikan prinsip-prinsip Treaty of Amity and Cooperation, serta terus menekankan penghormatan, dan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional.

“Dengan soliditas dan komitmen kuat untuk memajukan kerja sama inklusif, maka ASEAN tidak akan terjebak di antara rivalitas negara besar. Presiden mengatakan, ini bukan hal yang mudah namun dengan soliditas dan komitmen kuat, maka ASEAN akan dapat menjalankannya,” ujar Menlu.

Dalam KTT ASEAN-RRT, diungkap Retno, Presiden menyampaikan tiga hal. Pertama, mengenai transformasi kerja sama ekonomi berbasis digital. Disampaikannya, transformasi ekonomi dari cara konvensional menuju ekonomi berbasis digital sangat krusial. Tantangan pandemi ini harus dijadikan peluang dan lompatan kemajuan, dengan cara ini ekonomi dan kesehatan dapat berjalan secara seimbang.

“Tahun 2020 merupakan tahun kerja sama ekonomi digital antara ASEAN dan RRT, dan Presiden menyampaikan bahwa RRT adalah mitra strategis ASEAN di bidang ekonomi digital,” kata Menlu.

Yang kedua, mengenai pemenuhan ketersediaan vaksin dan obat-obatan di kawasan. “Ditekankan oleh Presiden mengenai pentingnya kerja sama ini dan Presiden mengapresiasi keputusan RRT untuk bergabung dalam COVAX Facility, dan menjadikan vaksin sebagai barang publik global,” ujar Menlu.

Yang ketiga, mengenai stabilitas kawasan terutama Laut China Selatan. “Presiden kembali menekankan pentingnya penghormatan hukum internasional di Laut China Selatan. Jika kita ingin melihat Laut China Selatan damai dan stabil, Presiden menekankan pentingnya semua pihak menahan perilaku yang dapat meningkatkan tensi,” ujar Menlu.

Pada KTT ASEAN-Jepang, Presiden antara lain menyampaikan ASEAN-Jepang tidak memiliki pilihan kecuali bekerja keras, bekerja bersama untuk menangani pandemi.

“ASEAN-Jepang memiliki potensi yang sangat besar, misalnya di tahun 2019, investasi Jepang di ASEAN mencapai 20,3 miliar (terbesar kedua) dan perdagangan mencapai 225,9 miliar, sementara pariwisata mencapai angka 10 juta,” ujar Retno mengutip pernyataan Presiden.

Oleh karena itu, lanjutnya, Presiden menekankan dua hal. Yang pertama, pentingnya percepatan kerja sama ekonomi untuk terus dilakukan. ASEAN dapat menjadi mitra utama Jepang dalam diversifikasi rantai pasokan dan perluasan investasi.

“Presiden juga menyambut baik rencana pendirian ASEAN Centre for Public Health Emergency and Emerging Diseases. Presiden menyampaikan Indonesia siap untuk menjadi tuan rumah dari centre tersebut,” ungkap Menlu.

Yang kedua, mengenai pentingnya menebalkan strategic trust di kawasan. Di tengah pandemi ini, tidak ada ruang untuk trust deficit. Paradigma kerja sama yang inklusif dan win-win penting, antara lain melalui kerangka ASEAN Outlook on the Indo-Pacific

Dalam KTT ASEAN-Korea Selatan. Presiden antara lain menekankan kembali pentingnya menjaga optimisme yang dapat terwujud melalui dua hal.

Pertama adalah kolaborasi pemulihan ekonomi kawasan. Presiden menyambut baik ditandatanganinya RCEP, mengaktifkan kembali rantai pasok, dan transformasi digital, termasuk untuk UMKM.

“Hal kedua yang disampaikan Presiden adalah pentingnya penguatan kerja sama ketahanan kesehatan, terutama di dalam penyediaan obat-obatan dan vaksin. Indonesia juga menyambut baik kerja sama dengan ROK, termasuk melalui COVAX Facility dan pentingnya membangun ketahanan kesehatan kawasan,” ujar Menlu.

Pada KTT ASEAN-India, Presiden menyampaikan, pertama mengenai pentingnya penguatan kerja sama kesehatan. Kemitraan ini antara lain dapat dilakukan melalui kerja sama pembuatan obat dan vaksin, bahan baku obat industri kesehatan, research and development kesehatan, serta mendorong terciptanya affordable health care for all.

“Yang kedua, Presiden menekankan pemulihan ekonomi, mendorong platform digital dan penting untuk memperluas kerja sama digital talent and digital skills untuk UMKM, kerja sama keamanan siber. Presiden juga menyambut baik kerja sama pendidikan doktoral di Indian Institute of Technology untuk 1000 ilmuwan ASEAN,” ujar Menlu.

Selain itu, penguatan implementasi ASEAN-India Free Trade Area juga disampaikan oleh Presiden. Presiden berharap dalam waktu yang dekat, India dapat bergabung dengan RCEP. Presiden juga menekankan pentingnya pengelolaan berbagai ketegangan di kawasan Indo-Pasifik.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Fikri Faqih Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Tur Belajar

Oleh

Fakta News
Fikri Faqih Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Tur Belajar
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih. Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih meminta pemerintah memperketat pengawasan terhadap kegiatan study tour (tur belajar) yang sudah menjadi kegiatan ‘wajib’ di sekolah-sekolah. Hal tersebut Fikri sampaikan menyusul tragedi kecelakaan bus yang membawa siswa SMK Lingga Kencana Kota Depok saat melakukan study tour ke Ciater, Subang, Jawa Barat, baru-baru ini.

“Perlu dievaluasi menyeluruh mengenai tujuan, manfaat, dan kelayakan program yang sudah menjadi agenda tahunan di sekolah tersebut,” kata Fikri dalam rilis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Lebih lanjut, ia menyampaikan belasungkawa kepada para keluarga korban tragedi kecelakaan tersebut. Maka dari itu, dirinya mendesak pihak yang bertanggung jawab dihukum sesuai dengan perundangan yang berlaku. Ia pun meminta pemerintah pusat dan daerah untuk mengevaluasi kegiatan study tour agar lebih terarah dan sesuai dengan asas, tujuan, dan kemanfaatan dalam Pendidikan para siswa.

“Misalnya perjalanan tur ke museum, pusat konservasi alam, atau instansi yang memberi edukasi dalam bidang-bidang tertentu,” imbuh Politisi Fraksi PKS ini.

Selain itu, kegiatan study tour yang bertujuan ke lokasi yang jauh, bahkan lintas provinsi dan lintas pulau sebaiknya ditinjau ulang. “Kegiatan ini tentu berbiaya besar dan bisa memberatkan bagi orangtua/wali siswa, kemudian ada faktor kelayakan dan keamanan yang harus dipenuhi dalam perjalanan tur jarak jauh tersebut,” urai Mantan Kepala Sekolah di suatu SMK di daerah Tegal tersebut.

Kegiatan study tour yang dilakukan di dalam kota juga dapat menjadi opsi yang terbaik, selain lebih murah dan lebih singkat waktu tempuhnya. “Tentu disesuaikan dengan tujuan dan manfaat yang mau diambil, karena kemungkinan besar masih banyak potensi di sekitar kota atau kabupaten sesuai domisili sekolah yang dapat menambah wawasan bagi siswa,” tambah dia.

Dengan begitu, sebenarnya kegiatan study tour dalam kota  juga dapat membantu meningkatkan perekonomian UMKM di wilayah asal/ domisili sekolah tersebut. “Wawasan siswa juga tetap diperkaya melalui pengenalan potensi alam, ekonomi, sosial dan budaya di daerahnya sendiri,” tutupnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Tak Hanya Kriteria Fisik, Penerapan KRIS Harus Pastikan Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Obat

Oleh

Fakta News
Tak Hanya Kriteria Fisik, Penerapan KRIS Harus Pastikan Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Obat
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani. Foto: DPR RI

Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menyatakan perlu ada kajian lebih lanjut pasca dihapuskannya kelas BPJS Kesehatan menjadi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang diwajibkan terhadap rumah sakit. Sebab, menurutnya, perubahan sistem tersebut, pasti akan memunculkan beberapa konsekuensi dari masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan. Konsekuensi tersebut tidak hanya terkait keharusan memenuhi kriteria fisik, melainkan juga harus memastikan adanya ketersediaan tenaga kesehatan dan juga obat-obatan yang terstandardisasi.

“Banyak rumah sakit yang tidak siap untuk mengimplementasikan Kelas Rawat Inap Standar. Kenapa? Karena memang kalau kita bicara tentang kemampuan rumah sakit, (maka juga terkait) cash flow rumah sakit untuk membuat penyesuaian. Jadi kita minta untuk dilakukan kajian, kenapa? karena ketika kelas rawat inap standar ini diterapkan, diimplementasikan sudah pasti akan terjadi beberapa fenomena ya,” ujar Netty kepada Parlementaria di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (15/5/2024).

Diketahui, penghapusan Kelas BPJS Kesehatan menjadi KRIS tersebut merupakan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU tersebut lalu diturunkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.  Salah satunya yakni mengatur penerapan fasilitas ruang perawatan rumah sakit dengan 12 kriteria. Namun implementasinya selalu diundur oleh Pemerintah karena banyak rumah sakit yang tidak siap.

Konsekuensi yang akan terjadi di antaranya yakni adanya gejolak di antara peserta BPJS Kesehatan. Adanya KRIS ini bisa diartikan akan tidak adanya perbedaan antara kelas satu, dua dan tiga karena setiap kelas akan mendapatkan layanan yang sama dengan kamar yang sama. Untuk itu perlu pengkajian, baik mengenai Premi BPJS, Imigrasi Peserta, dan Insentif untuk rumah sakit swasta.

“Jika semua peserta akan mendapatkan layanan yang sama, berarti kan kita harus mulai menghitung atau melibatkan aktuaria untuk menghitung paket INA-CBG. Apakah betul jarum suntiknya, obatnya, alat infusnya itu sama? kalau kemudian semuanya mendapatkan layanan yang sama. Nah ini saya minta kemarin supaya dilakukan kajian apakah Premi BPJS nya masih seperti itu?,” ujarnya.

Imigrasi peserta juga dikhawatirkan akan terjadi, karena pasti banyak peserta yang menganggap tidak adanya perbedaan pelayanan yang didapatkan antara kelas satu, dua dan tiga sehingga semua akan memilih kelas yang rendah saja. “Karena (masyarakat) pasti berpikirnya sama-sama? (Ibaratnya) kok Tuan dengan Pekerja, (bayar preminya) sama. Atasan dengan bawahan (bayar preminya) sekarang  sama gitu, bisa di ruangan yang sama, itu analoginya yang paling mudah,” jelas Politisi Fraksi PKS itu.

Kemudian insentif untuk rumah sakit swasta juga perlu dipikirkan, karena dengan adanya KRIS ini membuat rumah sakit swasta juga perlu melakukan penyesuaian. “Karena kan enggak ada anggaran dari pemerintah untuk rumah sakit swasta, berbeda dengan rumah sakit pemerintah. Ya pastinya mereka mendapatkan anggaran untuk bisa melakukan penyesuaian ruangan, tirai, kamar mandi dan seterusnya,” tambahnya

Namun, menurut Legislator dapil Jawa Barat VIII itu, catatan penting dalam penerapan KRIS ini bukan hanya soal kriteria fisik mengenai fasilitas pelayanan ruang inap saja, yang terpenting juga ketersediaan tenaga kesehatan dan obat bagi para pasien.

“Jadi jangan cuma kemudian kita merasa sudah memberikan layanan terbaik ketika kita bicara fisik, padahal kemudian ada dokter yang tidak datang pada jam prakteknya atau ketika pasien masih banyak dokter sudah pulang atau obat-obatan sebagiannya masih cost sharing, harus ambil dari kocek pasien. Nah hal seperti ini menurut saya perlu dibenahi. Kenapa? karena bagaimanapun ketika kita bicara kesehatan, yang sakit tidak bisa menunggu, yang miskin tidak dapat diabaikan,” tegasnya.

Baca Selengkapnya

BERITA

Forum WWF 2024 Diharapkan Turunkan Konflik Air di Seluruh Dunia

Oleh

Fakta News
Forum WWF 2024 Diharapkan Turunkan Konflik Air di Seluruh Dunia
Wakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana, saat mengikuti rapat bersama Ms. Yoon Jin selaku Director of 10th World Water Forum di Ruang Delegasi Nusantara III, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2024). Foto: DPR RI

Jakarta – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan, melalui WWF 2024 diharapkan akan melahirkan komitmen bersama terkait air yang disepakati oleh seluruh Parlemen yang ada. Hal ini disampaikan dalam rangka World Water Forum (WWF) 2024 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 mendatang.

“Yang pertama kan jelas untuk meng-evaluasi SDGs Nomor 6 tentang Air dan Sanitasi. Yang kedua bagaimana perspektif ini masa lalu ini harus dihadirkan. Contoh di Bali, karena saya orang Bali, ada Tri Hita Karana hubungan harmoni antara alam manusia dan Sang Pencipta. Yang kedua bagaimana di Bali, air yang disebut tirta selalu dimuliakan ada tempat sucinya, ada bagaimana kita melakukan penyucian dengan air juga, ada bagaimana air ini juga sangat dihormati, dihargai,” kata Putu usai rapat di ruang delgasi, Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Putu menilai pengelolaan air yang benar dapat menurunkan potensi terjadi konflik. Menurutnya, sudah banyak negara yang mengalami konflik karena air contohnya di Sungai Nil. Sementara itu telah terjadi perselisihan selama 10 tahun antara Mesir dan Ethiopia mengenai pasokan air di Sungai Nil. Kedua pihak mencari solusi internasional, namun perundingan yang dipimpin oleh Departemen Luar Negeri AS – dan diikuti oleh Uni Eropa dan PBB – hanya menghasilkan sedikit kesepakatan setelah empat tahun.

“Nah tentu kita harus merawat menata air bagaimana kita juga jangan sampai air ini menimbulkan konflik. Karena banyak negara sudah mulai ada konflik terhadap air di Sungai Nil, jadi Afrika ini sudah menjadi konflik. Nah tentu karena belum menuju potensi itu tentu kita harus mengelola bersama. Kita cari komitmen bersama agar akses terhadap air ini khususnya air bersih bisa diterima oleh masyarakat. Jadi artinya bisa diterima langsung dan masyarakat mendapat kesejahteraan jangan ada beban biaya yang tinggi untuk akses terhadap air,” ungkapnya.

“Nah tentu forum ini sangat monumental sehingga kita berpikir awal sudah baik kita tentu harus sukseskan ke depan. Dan forum ini juga kita memiliki komitmen bagaimana menggerakkan aksi parlemen untuk peduli terhadap air dan pada akhirnya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,” tambahnya. Dengan tema WWF kali ini, “Mobilizing Parliamentary Action on Water For Shared Prosperity”, Putu menjelaskan Parlemen di WWF ingin mengeluarkan sebuah dokumen antara komitmen bersama maupun deklarasi.

Baca Selengkapnya