Benahi Sistem Pengelolaan Limbah Ikan Pindang di Cicinde Utara Karawang
Jakarta – Komisi IV DPR RI melakukan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) ke Desa Cicinde Utara, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Ketua Tim Kunspik Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi menjelaskan kunjungan ini dalam rangka untuk memantau pengembangan usaha pengolahan ikan pindang di wilayah tersebut.
Selain itu, Komisi IV juga ingin berdiskusi mengenai upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran lingkungan akibat limbah pengolahan ikan pindang. Karena itu, Dedi meminta agar tata pengelolaan ikan pindang dari aspek proses pengolahan ikan dan aspek sanitasi segera dibenahi.
Beberapa masukan dari Dedi, yaitu, pertama, dari aspek sanitasi. Ia menyarankan agar tempat pengolahan ikan ini memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal. Sehingga, tidak ada lagi pembuangan bekas pencucian ikan ke saluran air.
Kedua, dalam proses pembuatan. Dedi meminta agar menggunakan Baden (alat untuk memproses ikan pindang) yang berbahan aluminium, tidak lagi dibuat oleh plastik. Ketiga, aspek transportasi. Ia berharap angkutan ikan yang berasal dari Jakarta ke Cicinde diharapkan ke depannya ada mobil dengan fasilitas pendingin ikan.
“Sehingga tidak lagi ikan rusak kualitasnya karena mobil pendingin yang rusak,” ujar Dedi kepada Parlementaria usai memimpin Tim Kunspik, Rabu (14/12/2022).
Selain itu, Dedi mendorong pemerintah untuk Menyusun regulasi mengenai sistem permodalan. Sehingga, masyarakat di Desa Cicinde terhindar dari jeratan Bank Emok atau rentenir. Pasalnya, ia mendengar keluhan dari salah satu warga Cicinde perihal maraknya rentenir.
Menurut Dedi, keberadaan Bank Emok di Jawa Barat sangat merugikan masyarakat karena menerapkan bunga pinjaman yang cukup tinggi. Oleh karena itu, ia meminta kementerian terkait untuk menangani perihal sistem permodalan tersebut.
“Saya lihat kan bank emok ini masih kuat tuh distribusi uang yang digunakan oleh masyarakat. Apa sih yang mereka miliki? yang mereka miliki adalah kecepatan. Saya meminta dirjen kementerian terkait untuk menangani dan mendorong permodalan dengan mempertimbangkan kecepatan pelayanan. Sehingga tidak kalah dengan Bank Emok,” pinta Politisi Fraksi Partai Golkar ini.
Hal senada disampaikan oleh Anggota Komisi IV DPR RI Muhammad Syafrudin terkait fenomena Bank Emok yang meresahkan masyarakat Cicinde. Ia menegaskan harus ada regulasi yang jelas agar masyarakat tidak terjebak dengan iming-iming proses peminjaman modal yang cepat.
“Kita juga melihat bagaimana para nelayan atau UMKM ini terpesona dengan usaha ini, dengan modal yang terbatas namun di situ ada Bank Emok. Ini juga harus punya regulasi yang jelas sehingga masyarakat tidak diiming-imingi. Memang cepat prosesnya peminjamannya, tetapi ini kan tidak benar, menyalahi prosedur. Oleh karena itu pemerintah juga harus melihat fenomena Bank Emok ini agar tidak terlalu melonjak dan meregulasi koperasi-koperasi peminjaman modal,” tandas Syafrudin.
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.