Connect with us

Menuju Orde (Dunia) Baru

Penulis:
Dewi Arum Nawang Wungu
Senior Researcher Indopolling Research and Consulting

Kini masih pekan pertama dari tahun 2022. Tentu tidak berlebihan jika saya memulai tulisan dengan ucapan : “Selamat Datang, 2022!”. Untuk mewakili semangat awal tahun yang masih membara, ijinkan saya mengajak Anda untuk sejenak mengamati masa depan dari titik tolak anda berada saat ini. Kira-kira, bagaimana rupa ekosistem masa depan dari sudut pandang Anda ? Terlihat ? Jika sulit untuk diimajinasikan, saya ubah pertanyaannya. Pernahkah Anda menonton film Ready Player One (2018) ? atau mungkin serial Black Mirror: White Christmas (2014) ? Membaca sebuah novel berjudul Snow Crash ? Atau, bagi yang sudah menjadi Orang Tua dengan anak yang masuk kedalam kategori Gen Z, pernahkan menemani anak Anda bermain Roblox ?

Jika belum, tak apa. Hanya saja, cukup diingat bahwa semua referensi “Science- FICTION” yang saya sebutkan sebelumnya merupakan sandaran atas realitas “Dystopian” yang akan tercipta dalam waktu dekat. Seberapa dekat ? Bisa 10 tahun, bisa kurang. Bisa juga lebih dari satu dasawarsa namun perubahan yang terjadi bersifat evolutif. Tunggu dulu, ketika saya sebut “Dystopian”, janganlah Anda berpikir tentang dunia seperti dalam film Star Wars, Star Trek, Marvel Universe, atau Dune. Dystopian Era yang saya maksud adalah dunia masa depan dimana teknologi yang diciptakan tidaklah khayalan namun instrumen ilmiah yang dikembangkan secara holistik dimana ia dapat membentuk perubahan perilaku manusia dalam hubungan sosial, hubungan dagang, relasi hukum, dan metode pendidikan. Dalam film Black Mirror : White Christmas (2014), ada dua teknologi yang diperkenalkan. Pertama adalah Z-Eye, sebuah sistem mata artifisial yang bisa membantu orang untuk memblok atau memute seseorang di dalam kehidupan nyata. Konsepnya sama saja seperti kita tidak suka dengan seseorang atau konten seseorang, lantas kita mute atau block orang tersebut. Teknologi kedua yang diperkenalkan adalah Cookie, di mana kesadaran diri seseorang bisa didownload – dikopi – dan nantinya digunakan untuk menjadi AI yang membantu mereka. Cookie ini mirip dengan Google Nest saat ini. Dan yang menarik, teknologi Google Nest ini rilis tahun 2016. Berjarak hanya dua tahun dari beredarnya film tersebut.

Anda tentu ingat bagaimana penemuan telepon seluler di akhir tahun 1980 – awal 1990 merubah kultur komunikasi secara masif. Selanjutnya ketika internet semakin mudah diakes, lahirlah era media sosial yang banyak bermunculan sepanjang tahun 2000-an. Jika anda melihat lagi kebelakang, kira-kira seberapa lama waktu adaptasi yang dibutuhkan untuk berperilaku mengikuti “arahan/rayuan” yang media sosial tawarkan ? Kini semua berita lebih sering kita akses secara online. Anda pun kini sedang membaca tulisan saya melalui sebuah platform digital, yang bila kemudian Anda suka, maka akan Anda teruskan melalui berbagai opsi “share” kepada kerabat, keluarga, sahabat, teman kerja, grup hobi dan lainnya. Kini belanja makanan, minuman, barang, hingga mengakses layanan jasa juga dilakukan secara online. Kegiatan dagang pun makin riuh di ranah digital dengan omzet yang lebih besar dari perdagangan offline. Market Place pun sering perang diskon. Bahkan akibat pandemi Covid-19, kegiatan bekerja dan belajar pun makin mengarah kepada blend system atau hybrid system, dimana tatap muka langsung tidak lagi 100% dilakukan.

Orde Dunia Baru

Dunia kini semakin dekat kepada era baru. Sebuah tatanan baru. Orde Dunia yang Baru. Realitas kita di masa depan bisa jadi bukan hanya realitas yang terikat darah, tulang dan daging. Eksistensi kita di dunia nyata mungkin saja memiliki kembaran di dunia maya. Digital Twin. Dan kembaran ini bukanlah avatar yang berperan sebagai profile picture di akum media sosial kita. Digital Twin ini adalah realitas diri yang kita bagi ke dunia maya. Intelejensia yang tidak lagi artifisial, namun seutuhnya mengenali diri kita seolah lahir dengan satu jiwa. Anda tidak siap mendengar ocehan antologi Sci-Fi saya ini ? Baiklah, kalau begitu mari kita bahas entitas yang mulai muncul setahun belakangan : Metaverse. Metaverse adalah konsep kompleks dalam lanskap digital, yang didalamnya menjanjikan peluang luar biasa bagi miliaran orang. Definisi lengkap dari metaverse saat ini masih sedang digarap oleh para pionir teknologi modern. Namun agar lebih mudah, kebanyakan orang menyebut “metaverse” sebagai jenis pengalaman internet baru, yang dibangun oleh sejumlah teknologi unik.

Menurut Mark Zuckerberg, pendiri Facebook yang belum lama mengubah nama brand-nya menjadi META, metaverse adalah semacam “embodied internet”, yakni sebuah ruang yang dapat Anda lompati (melalui Virtual Reality) atau bawa ke realitas Anda (melalui Augmented Reality). Itu sebabnya ia juga dikenal dengan MR (Mixed Reality) atau XR (Extended Reality). Anda bisa menentukan kapan dan dimana Anda “hidup”. Apakah pada ruang Online atau Offline atau keduanya. Bisa dipahami jika tiba-tiba muncul di benak anda komentar semacam ; “Apa tidak over-lapping hidup dalam dunia dua realitas begitu? Menonton Marvel Universe saja sudah pusing”. Justru itulah yang dituju oleh Metaverse. Metaverse menawarkan masa depan di mana kita dapat menikmati tumpang tindih (over-lapping) yang lebih kuat antara kehidupan fisik dan digital kita. Coba bayangkan tentang bagaimana pemindai LiDAR di iPhone baru dapat memindai lingkungan Anda dan membawa konten baru ke dalamnya melalui kamera Anda. Atau pertimbangkan bagaimana Anda sekarang dapat berinvestasi dalam bentuk seni digital menggunakan Non- Fungible Token (NFT). Ini adalah contoh dari ekosistem Metaverse.

Bila anda kemudian berpikir “Ah, kejauhan betul berfantasinya. Memang siapa yang sudah siap dengan dunia versi Metaverse! Siapa pula di Indonesia yang sudah menjadi pengguna NFT? Belanda masih jauh, kita cukup mikir gimana beli minyak goreng yang tidak mahal! “. Wah, saya harus kecewakan Anda dengan menjawab : Di Indonesia sudah banyak yang menggunakan NFT. Bahkan telah ada tokoh publik yang menjual seni digitalnya dengan nilai NFT, yakni Denny JA. Lalu, bagaimana contoh Mixed Reality atau Xtended Reality yang paling gamblang ? Nah, sesekali cobalah tanya anak atau keponakan Anda yang berusia 7-13 tahun mengenai Roblox. Dijamin, Anda tidak akan menyangka bahwa permainan VR untuk bocah ingusan sudah memiliki dasar Metaverse-nya sendiri. Roblox adalah contoh lain dari metaverse yang dibangun dalam lingkungan game. Pemain Roblox dapat mencoba pengalaman membangun rumah, memainkan skenario unik, membeli pakaian atau aksesoris untuk melengkapi penampilan avatar mereka, bahkan memasak Pizza. Roblox bahkan memiliki aktivitas ekonomi nyata yang berjalan menggunakan crypto-currency bernama Robux (uang digital). Bisa jadi anak atau keponakan Anda adalah lapisan masyarakat yang paling cepat dan paling siap beradaptasi ketika struktur Metaverse paripurna dibangun para juragan teknologi.

Selama masa PSBB dan Lockdown, banyak dari kita beralih ke dunia digital untuk menciptakan kembali koneksi manusia. Komunikasi dengan orang yang dicintai dan kolega mulai dilakukan secara online, melalui sejumlah platform, dari lingkungan game hingga hub realitas virtual. Pengalaman sosial adalah beberapa pilar metaverse yang paling dikenal, terutama sejak pandemi. Seiring langkah kita menuju masa depan, bukan tidak mungkin kita melihat sejumlah perayaan dan acara terjadi di Metaverse, mulai dari konser hingga pernikahan atau pemakaman. Seiring berkembangnya teknologi, para ahli memperkirakan pengalaman sosial di metaverse akan mencakup bentuk tambahan dari kehadiran simulasi dan koneksi manusia. Bayangkan, misalnya, dapat membawa diri Anda secara holografis ke pesta ulang tahun yang tidak dapat Anda hadiri. Untuk menciptakan rasa “kehadiran” yang lebih besar, teknologi baru akan muncul untuk meningkatkan kualitas interaksi sosial spontan dengan komunikasi dan avatar manusia yang realistis.

Ekonomi Metaverse

Lantas, bagaimana metaverse dapat memengaruhi dinamika sebuah perusahaan ? Saat ini saja sudah semakin banyak perusahaan di berbagai industri yang telah menggunakan konsep realitas dan metaverse yang diperluas untuk menyatukan para ahli /spesialis dan karyawan dalam lingkungan hibrida. Misalnya, perusahaan dapat menciptakan lingkungan virtual yang luar biasa untuk membangun produk, menguji ide, dan berinovasi dengan rekan kerja. Ruang pertemuan dan interaksi realitas virtual yang ditingkatkan oleh MR dan AR di tempat kerja akan semakin umum. Metaverse juga akan menciptakan peluang yang lebih luar biasa untuk pembelajaran dan pelatihan online di tempat kerja, memungkinkan orang untuk masuk ke pengalaman unik di mana mereka dapat membangun memori otot dan keterampilan baru. Kita bahkan dapat melihat penciptaan lanskap virtual di mana orang dapat lebih mudah mengakses alat untuk meningkatkan alur kerja mereka baik di dalam maupun di luar kantor. Microsoft dan Accenture telah bereksperimen dengan membangun ruang kerja virtual untuk kolaborasi, sementara Facebook (Meta) Horizon menawarkan cara untuk bekerja secara virtual melalui sebuah headset.

Salah satu peluang terbesar di masa depan metaverse adalah penciptaan ekonomi model baru dan bisa jadi lebih baik. Kita sudah melihat bukti dari pasarmodel baru (digital market / market place) dimana barang retail dan barang tradisional sama-sama berinteraksi dengan klien melalui segala hal mulai dari realitas virtual dan augmented reality, hingga pengiriman aset digital baru. Pengecer fesyen bahkan telah melakukan lompatan besar ke Metaverse dalam beberapa tahun terakhir. Burberry berkolaborasi dengan Elle Digital di Jepang untuk memungkinkan pelanggan menelusuri dan berbelanja dalam versi digital dari salah satu toko mereka. DressX mengubah konsep belanja pakaian dengan memungkinkan pelanggan mencoba dan membeli pakaian digital untuk avatar online mereka.

Komponen utama Metaverse adalah kemampuan setiap orang untuk memiliki kontrol lebih besar atas lanskap digital mereka, melalui lingkungan yang terdesentralisasi dan terbuka. Dalam lingkungan ini, para profesional kreatif berjuang untuk mendapatkan lebih banyak peluang untuk memonetisasi kreasi mereka, daripada membiarkan kreasi tersebut jatuh ke tangan organisasi yang lebih besar. NFT adalah bagian penting dari pertempuran ini.

NFT adalah konsep pilar “blockchain” di dalam metaverse. Dengan NFT, pelanggan dapat mengautentikasi kepemilikan barang digital mereka, dan mendukung artis dan kreator digital yang belum pernah ada sebelumnya. Di masa lalu, seniman sering berjuang untuk memonetisasi kreasi mereka karena struktur Web 2.0 (lingkungan internet yang ada kini), dan sebagian besar uang dan keuntungan didistribusikan di antara beberapa aktor utama, seperti Google, atau Amazon. Di metaverse, pencipta akan sekali lagi memiliki lebih banyak kesempatan untuk memiliki dan mendistribusikan alat berharga mereka sendiri tanpa perantara yang mengambil sepotong kue.

Namun diatas segala peluang terciptanya Metaverse dalam waktu dekat, tentu yang menjadi tantangan bukanlah kesiapan teknis atau hardware-nya semata. Dari pengalaman yang sudah-sudah, kita bisa dengan amat mudah bertransisi dari pager ke ponsel nokia, Blackberry, Iphone dan sebagainya. Tantangan yang paling tidak bisa dielak adalah seputar implikasi moral dan etika dari cepatnya kemajuan teknologi terhadap peradaban manusia. Jika metaverse pada dasarnya adalah perpanjangan dari internet yang kita miliki saat ini, kita hanya perlu memikirkan banyak sekali masalah yang belum kita selesaikan dalam keberadaan online kita—peretasan, illegal phising, pelecehan, ujaran kebencian—juga problem faktual yang nampaknya tidak mungkin dilakukan melalui Metaverse seperti ; ketidaksetaraan pendapatan di negara berkembang, kelangkaan makanan, kesenjangan sosial, dan akses perawatan kesehatan. Isu-isu tersebut perlu diperhatikan sejak dini untuk melihat seberapa berbahayanya masa depan di metaverse nanti.

 

Dewi Arum Nawang Wungu

Senior Researcher Indopolling Research and Consulting

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Mulyanto Sesalkan Impor Migas dari Singapura Semakin Meningkat

Oleh

Fakta News
Mulyanto Sesalkan Impor Migas dari Singapura Semakin Meningkat
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. Foto: DPR RI

Jakarta – Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyesalkan nilai impor Migas (Minyak dan Gas) nasional dari Singapura yang semakin hari bukan semakin berkurang, melainkan semakin meningkat. Menurutnya, hal ini merupakan kabar buruk bagi pengelolaan Migas nasional.

Hal tersebut diungkapkannya menyusul rencana Menteri ESDM yang akan menaikkan impor BBM menjadi sebesar 850 ribu barel per hari (bph), terutama dari Singapura. “Pemerintah jangan manut saja didikte oleh mafia migas. Harus ada upaya untuk melepas ketergantungan impor migas. Paling tidak impor migas ini harus terus-menerus dikurangi. Jangan sampai pemerintah tersandera oleh mafia impor migas,” ungkap Mulyanto dalam keterangan tertulis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Untuk itu, lanjut Politisi dari Fraksi PKS ini, perlu adanya terobosan berarti terkait upaya pembangunan dan pengelolaan kilang minyak nasional di tanah air. Pasalnya, Sejak Orde Baru belum ada tambahan pembangunan kilang minyak baru, sementara rencana pembangunan Kilang Minyak Tuban, sampai hari ini tidak ada kemajuan yang berarti.

“Masa kita kalah dan tergantung pada Singapura, karena kita tidak punya fasilitas blending dan storage untuk mencampur BBM. Padahal sumber Migas kita tersedia cukup besar dibandingkan mereka,” tambahnya.

Mulyanto berharap Pemerintah mendatang perlu lebih serius menyelesaikan masalah ini. Hal itu jika memang ingin mengurangi defisit transaksi berjalan sektor migas serta melepas ketergantungan pada Singapura. Diketahui, Singapura dan Malaysia memiliki banyak fasilitas blending dan storage yang memungkinkan untuk mencampur berbagai kualitas BBM yang diproduksi dari berbagai kilang dunia, untuk menghasilkan BBM yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

“Karena kita tidak memiliki fasilitas ini maka kita terpaksa mengimpor BBM sesuai dengan spesifikasi kebutuhan kita dari negara jiran tersebut,” pungkasnya.

Untuk diketahui, produksi minyak nasional saat ini hanya mencapai sekitar 600 ribu barel per hari, sementara kebutuhan mencapai 840 ribu barel per hari. Kekurangan tersebut harus ditutupi melalui impor, dengan 240 ribu barel per hari berasal dari minyak mentah dan 600 ribu barel per hari dari BBM.

Baca Selengkapnya

BERITA

Proyek BMTH di Pelabuhan Benoa Diharapkan Mampu Pulihkan Ekonomi Nasional

Oleh

Fakta News
Proyek BMTH di Pelabuhan Benoa Diharapkan Mampu Pulihkan Ekonomi Nasional
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Martin Manurung saat memimpin pertemuan dalam Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi VI DPR RI di Denpasar, Bali, Senin (22/4/2024). Foto : DPR RI

Denpasar – Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, diharapkan mampu memulihkan ekonomi nasional, selain mempromosikan pariwisata Bali lebih luas lagi.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Martin Manurung saat memberi sambutan pembuka pada pertemuan Komisi VI dengan sejumlah direksi BUMN yang terlibat dalam pembangunan BMTH. Komisi VI berkepentingan mengetahui secara detail progres pembangunan proyek strategi nasional tersebut.

“Ini proyek strategis nasional  (PSN) yang diharapkan mampu  memulihkan ekonomi nasional melalui kebangkitan pariwisata Bali. Proyek BMTH diharapkan mampu membangkitkan kembali sektor pariwisata Bali pasca pandemi Covid 19,” katanya saat memimpin pertemuan dalam Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi VI DPR RI di Denpasar, Bali, Senin (22/4/2024).

Dijelaskan Martin, PSN ini dikelola PT. Pelindo  III  yang merupakan mitra kerja Komisi VI DPR RI. Proyek ini membutuhkan dukungan berbagai pihak, seperti PT. Pertamina Patra Niaga, PT. Pertamina Gas Negara, dan pihak terkait lainnya, agar bisa bekerja optimal dalam memulihkan ekonomi nasional. Pariwisata Bali yang sudah dikenal dunia juga kian meluas promosinya dengan eksistensi BMTH kelak.

Proyek ini, sambung Politisi Fraksi Partai Nasdem tersebut, memang harus dikelola secara terintegrasi. Namun, ia menilai, progres pembangunan BMTH ini cenderung lamban. Untuk itu, ia mengimbau semua BUMN yang terlibat agar solid berkolaborasi menyelesaikan proyek tersebut.

Baca Selengkapnya

BERITA

Dyah Roro Ingatkan Konflik di Jazirah Arab Berimplikasi Kenaikan Harga Minyak

Oleh

Fakta News
Dyah Roro Ingatkan Konflik di Jazirah Arab Berimplikasi Kenaikan Harga Minyak
Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti. Foto: DPR RI

Jakarta – Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti mengungkapkan bahwa konflik antara Iran dan Israel dapat memiliki implikasi ekonomi dan geopolitik yang signifikan, terutama dalam segi harga minyak mentah dunia (crude palm oil/CPO).

“Konflik antara Iran dan Israel dapat memiliki implikasi ekonomi dan geopolitik. Terutama dalam segi harga minyak mentah dunia,” ujar Roro dalam siaran pers yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Meski, saat ini harga minyak mentah dunia masih terpantau cukup stabil, dan per tanggal 22 April 2024 pukul 16.00, harga untuk WTI Crude Oil berada pada kisaran 82,14 dolar AS per barel, dan untuk Brent berada pada kisaran 86,36 dolar AS per barel. Namun, konflik di jazirah arab itu berpotensi menimbulkan kenaikan harga minyak mentah dunia, yang bisa menembus 100 dolar AS per barel.

Terkait dengan dampak dari konflik geopolitik terhadap kondisi harga BBM di dalam negeri tersebut, Politisi dari Fraksi Partai Golkar menjelaskan bahwa dari pihak pemerintah, melalui Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto, telah menegaskan dan memastikan bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak akan naik akibat konflik ini, paling tidak sampai bulan Juni 2024 ini.

“Untuk selanjutnya, Pemerintah masih perlu melihat dan mengobservasi lebih lanjut terlebih dahulu. Saya berharap agar dampak dari eskalasi konflik di Timur Tengah ini masih bisa ditahan dan diatasi oleh Pemerintah Indonesia, sehingga kenaikan BBM masih bisa dihindari,” pungkasnya.

Baca Selengkapnya