Menko Muhadjir Ingatkan Pentingnya Inklusi Digital bagi Lansia untuk Kesiapan Generasi Indonesia Emas 2045
Jakarta – Untuk memastikan generasi Indonesia Emas 2045, Pemerintah tak hanya fokus mengurus usia produktif, namun tetap perhatikan warga lanjut usia. Selaras dengan tema Peringatan Hari Lanjut Usia Internasional Tahun 2021 “Digital Equity for All Ages”, di era transformasi digital ini, Pemerintah memandang penting akses dan partisipasi di dunia digital bagi semua kelompok umur termasuk lanjut usia.
“Untuk itu, perlu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya inklusi digital bagi lansia dan sekaligus memberikan pelindungan dari dampak yang ditimbulkannya,” tutur Menko PMK Muhadjir Effendy saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) ke-XIV tahun 2021 di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (20/10) malam
Lebih lanjut, menurutnya, PWRI sebagai organisasi kemasyarakatan yang menghimpun para pensiunan Pegawai Negeri Sipil juga perlu terus beradaptasi dalam era kemajuan teknologi digitalisasi ini. Selain itu membangun sistem informasi keanggotaan yang dapat mengakses informasi layanan-layanan yang dibutuhkan oleh para anggota.
Sementara itu, Muhadjir menyinggung era bonus demografi. Penduduk usia produktif nantinya akan menanggung beban mereka yang berusia lansia. Mengingat jumlah penduduk usia produktif akan jauh lebih banyak daripada yang nonproduktif, tantangannya adalah bagaimana mempersiapkan mereka agar juga mampu menjadi angkatan kerja yang produktif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2021 sebanyak 139,81 juta orang atau naik 1,59 juta orang dibanding Agustus 2020. Hanya, imbuh Muhadjir, setiap tahun juga terdapat 3,8 juta yang lulus dari SMA, SMK, ataupun MA serta 1,9 juta lulus dari perguruan tinggi.
“Kalau di Jerman, struktur industrinya sudah sangat mapan. Sehingga kalau ada lulusan 1 juta anak Jerman yang mau memasuki dunia kerja maka ada 1 juta yang mau pensiun. Nah di Indonesia, begitu ada lulusan 3 juta yang cari kerja, yang pensiun belum ada. Tentu ini berat,” cetusnya.
Oleh karenanya, menurut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut, selain harus melakukan ekspansi di bidang industri terutama padat karya juga yang terpenting mempersipkan semua generasi termasuk lansia agar siap menghadapi tantangan zaman.
“Intinya membangun manusia itu dari yang hulu sampai ke hilir. Dalam siklus pembangunan manusi, mulai dari 1000 Hari Pertama Kehidupan hingga post-produktif atau usia 65 tahun harus dipersiapkan betul-betul untuk mencapai cita-cita Indonesia di 2045,” tandas Menko PMK.
Dalam Munas, hadir tidak kurang dari 200 orang pensiunan pemerintah, termasuk Ketua Umum PB PWRI Haryono Suyono, Penasihat PB PWRI Fuad Bawazier, Walikota Cilegon Helldy Masduki, Sekda Sulsel Abdul Hayat Gani, serta Ketua Yayasan Damandiri Letjen TNI (Purn) Soegiono, dan Direktur Utama PT Taspen Antonius Steve Kosasih.
Pertemuan Munas itu dilaksanakan mulai tanggal 20-22 Oktober 2021 dengan tema “Dengan Munas PWRI ke-XIV Tahun 2021 Kita Mendukung Program Pemerintah dalam Penanganan Covid-19 untuk Indonesia”. Selain membahas AD/ART juga dilakukan pemilihan Ketua Umum PB PWRI periode berikutnya dengan diawali pemberian piagam penghargaan dan tanda kehormatan kepada sejumlah tokoh
BERITA
Komisi III Minta Komnas HAM Tingkatkan Peran, Selesaikan Pelanggaran HAM Berat
Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh memimpin rapat kerja dengan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rapat ini Komisi III meminta Komnas HAM untuk meningkatkan peran dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat.
“Baik itu penyelesaian yudisial maupun non-yudisial, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” ujarnya di ruang rapat Komisi III, Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5/2024).
Lebih lanjut Komisi III DPR meminta Komnas HAM untuk segera menyelesaikan peraturan terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi, agar dapat menjadi informasi dan tolak ukur dalam tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan.
Bahkan Komisi III meminta Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk lebih proaktif dan sinergis dalam mengidentifikasi potensi permasalahan, melakukan penanganan, maupun pendampingan terhadap seluruh pihak, dalam penerapan dan penegakan prinsip-prinsip HAM, termasuk perlindungan terhadap perempuan di seluruh sektor dan kegiatan.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Komnas HAM terkait Penilaian Tindak Lanjut Kepatuhan Rekomendasi Komnas HAM. “Sebagai salah satu upaya pemasangan untuk meningkatkan efektivitas dari rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM,” papar Atnike saat rapat.
Menurutnya rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM dari hasil pemantauan, mediasi, maupun kajian tidak selalu ditindaklanjuti oleh stakeholders maupun kementerian/lembaga karena dianggap tidak mengikat. “Sejumlah kasus juga menunjukkan fungsi mediasi Komnas HAM masih belum dipahami sebagai sebuah solusi strategis,” ucap Atnike.
BERITA
Anggaran Pendidikan Kemenag Dinilai Masih Kecil
Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menilai besaran anggaran pendidikan yang diterima Kemenag (Kementerian Agama) untuk mendanai seluruh lembaga pendidikan Islam dan keagamaan masih timpang dibanding kementerian lain.
“Soal anggaran pendidikan di bawah Kementerian Agama harus betul-betulan keadilan anggaran. Kalau kita dengar pidato Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dalam rapat paripurna, ya anggaran pendidikan Rp630 triliun, tapi kalau Kemenag hanya dapat Rp35 triliun, buat saya mengkhawatirkan,” kata Kang Ace, sapaannya, dalam keterangan persnya, Rabu (29/5/2024).
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, selain Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemenag, anggaran terbesar juga diberikan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag sebesar Rp35 triliun.
Ada satu hal yang sangat penting untuk didiskusikan bersama adalah soal berbagai hal terkait anggaran pendidikan nasional. Dari penjelasan Plt Dirjen Pendis, berapa persen KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKAI) dan perguruan tinggi agama lain.
“Apakah PIP, KIP, apakah sudah mencerminkan suatu keadilan anggaran? Rehab ruang kelas juga belum mencerminkan keseluruhan,” ujar dia.
Kang Ace melihat dari total anggaran pendidikan Rp630 triliun di APBN, Kemenag hanya mendapatkan Rp35 triliun, artinya belum mencerminkan suatu kesetaraan anggaran.
“Padahal anak-anak madrasah, yang kuliah di UIN, STAIN, STAI atau di manapun, mereka juga anak-anak bangsa yang sama untuk mendapatkan perlakuan sama dalam akses pendidikan,” tutur Kang Ace.
Ace mengatakan, keputusan tepat telah diambil Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menunda status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Itu keputusan yang tepat. Kalau tidak, meresnya sama mahasiswa. Berat,” ucap dia.
Jujur saja, ujar Ace, hampir sebagian besar siswa dan mahasiswa yang sekolah di bawah Kemenag berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah bawah. Namun penyaluran program KIP dan PIP untuk mereka juga sedikit.
“Itu anehnya. Jadi ada yang salah dari proses pendataan penyaluran program negara untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan itu,” ujar Kang Ace.
BERITA
Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, Komisi VII akan Audit Investigasi
Kutai Kartanegara – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengatakan, pihaknya akan segera melakukan audit investigasi terhadap pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri. Hal tersebut imbas dari peristiwa dua kali ledakan di pabrik smelter PT KFI yang menewaskan pekerja asing dan lokal belum lama ini.
“Kami akan panggil PT KFI beserta seluruh jajaran direksinya, untuk datang ke Gedung Senayan dan kami akan melakukan audit investigasi. Secara mekanisme, bisa dengan membuat panja nikel atau kita panggil secara khusus di Rapat Dengar Pendapat (RDP). Kami juga tentunya akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian KLHK dari sisi amdalnya, supaya benar-benar kita melihat secara komprehensif sebab terjadinya ledakan,” ujarnya saat memimpin Tim Kunspek Komisi VII DPR mengunjungi PT KFI di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (29/5/2024).
Menurut Politisi F-PDI Perjuangan ini, pihaknya menilai, hasil dari temuan dilapangan seperti sarana untuk keselamatan kerja dan sebagainya juga masih jauh dari kurang. Walaupun mereka sudah mendatangkan tim dari Kementerian Industri untuk mekanisme aturan pedomannya, tetapi pihaknya menemukan fakta di lapangan masih belum sesuai dengan harapan.
“Saya berpesan agar tidak terulang terjadi kebakaran atau ledakan, yang paling penting ini adalah mesin yang ada di setiap semelter itu perlu dicek selalu setiap periodik. Kemudian, kalibrasi mesin itu juga penting karena dengan begitu kita akan tahu ukuran mesin ini sesuai dengan kapasitasnya dia berproduksi atau tidak. Sehingga, Insya Allah dengan adanya perawatan yang berkala dan pengawasan yang kita lakukan ini Insya Allah tidak akan terjadi kembali,” jelas Nasyirul.
Selain itu, kami juga tidak menemukan alat pemadam kebakaran sepanjang jalan menuju lokasi meledaknya smelter. Kemudian, rambu-rambu yang ada juga masih sangat terbatas sekali, sehinhha dianggap tidak layak untu perusahaan smelter. “Jadi ini harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
“Kita menemukan sesuatu yang di luar dugaan, ketika PT KFI lagi dibangun ada proses namanya commissioning atau uji coba tetapi sudah menimbulkan kejadian terjadinya ledakan. Padahal masih tahap uji coba, tetapi dua tenaga kerja asing dan dua pekerja lokal turut menjadi korban akibat ledakan di smelter nikel tersebut,” ucapnya lagi.